17

9.1K 1.1K 54
                                    

"Kenapa?" Jeno bertanya pada sosok pria yang seharusnya ia panggil ayah.

"Kenapa menyuruh Ryujin datang kesini!" marahnya. Nafasnya memburu terlebih saat ia tak mendapatkan reaksi apapun dari Jaehyun. Ayahnya itu malah dengan santai melepaskan kacamatanya dan memandang Jeno dengan pandangan seolah-olah Jeno baru saja menanyakan pertanyaan terbodoh.

"Karena dia tunanganmu, apa lagi?"

Jeno menatap tak percaya saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Jaehyun, "Apa lagi sekarang?! Apa lagi yang Appa mau?!"

Jaehyun memukul meja kerjanya dengan keras. Rahangnya terkatup, ia memandang putranya itu dengan tajam. "Pernikahanmu dan Ryujin, harus cepat dilaksanakan." desisnya.

Saat ini, ruang kerja milik kepala keluarga Lee telah menjadi saksi bisu atas perseteruan antara ayah dan anak itu. Perang dingin yang terjadi antara mereka masih saja berlanjut sejak beberapa tahun yang lalu.

Perang dingin yang dimulai sejak Jaehyun mulai merasakan ketamakan dan haus akan kejayaan, Jaehyun yang hanya memandang segalanya dengan harta dan tahta. Bahkan melupakan arti penting kasih sayang keluarga.

.

.

.

.

.

.

.

.

Renjun terbangun karena bel apartmentnya yang berbunyi. Dalam hati ia menebak-nebak, siapa gerangan yang datang berkunjung disaat hujan dan tengah malam begini. Ketika membuka pintu, ia langsung saja dikagetkan dengan tubuh basah kuyup Jeno yang menubruknya, membuat Renjun hampir terjatuh jika saja tangan kokoh pemuda itu tidak menahan pinggangnya.

"Jeno?"

Renjun mencoba melepaskan pelukan itu, tapi Jeno tak bergerak. Ia bahkan semakin membawa wajahnya untuk menyusup lebih dalam pada perpotongan leher Renjun. "Biarkan begini.." bisik Jeno pelan, membuat Renjun tak bersuara setelahnya. Ia juga tak mempermasalahkan pakaiannya yang ikut basah.

Saat ini yang bisa Renjun lakukan hanyalah membalas balik pelukan itu dan menepuk-nepuk pelan punggung lebar Jeno, mencoba memberikan pemuda itu rasa tenang.

Sebenarnya ada apa?






Renjun menolehkan kepalanya untuk menatap wajah tampan Jeno yang saat ini sedang terpejam. Membawa tangannya untuk melingkari pinggang itu dan menyelusupkan wajahnya pada dada bidang di hadapannya.

Jeno membuka matanya saat merasakan pergerakan Renjun, ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil itu lalu mengecup pelan pucuk kepala kekasihnya.

Saat ini mereka hanya saling berpelukan ditempat tidur, setelah Renjun membuatkan Jeno teh hangat dan memberikan pakaian kering yang bisa digunakan oleh pemuda tampan itu. Tak ada pembicaraan. Mereka hanya mencoba menikmati moment ini dengan diam. Meskipun banyak sekali tanda tanya yang berputar dikepala Renjun, tapi ia tidak berani menyuarakannya.

Renjun hanya takut dengan jawaban yang akan diterimanya jika ia bertanya.

"Kau hangat," Jeno mengumam. Ia tersenyum ketika hidung mancungnya dapat mencium aroma shampoo dari rambut Renjun.

"Renjun," panggilnya pelan, membuat Renjun mendongak, menatap pada Jeno yang juga balas menatap padanya. Tangan Jeno bergerak mengelus rambut pemuda yg lebih kecil, menyingkirkan poni yang menutup netra coklat kesukaanya. "Saat melihat pertunanganku... apakah sangat menyakitkan?"

(✔) FOR HIM; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang