23

8.6K 1.1K 86
                                    

"Arggh!"

Benda-benda di atas furniture mahal itu terpelanting jauh ketika Jeno dengan kasar melemparnya. "Brengsek!!" rambutnya ia cekram kuat, sebagai pelampiasan emosinya yang meledak-ledak.

Melihat kamarnya yang saat ini telah berantakan bahkan tak bisa menghentikan rasa bersalah yang menggelayutinya.

"Renjun..." Jeno menggumamkan nama sang terkasih dengan lirih. Ingatan tentang wajah menangis pemuda itu masih begitu membekas dikepala, membuat tubuh tegapnya terduduk dengan tak bertenaga seolah jiwa dalam raganya benar-benar telah pergi.

Renjun bukanlah noda.

Bagi Jeno, pemuda itu bahkan jauh lebih berharga daripada berlian.

Tapi, apakah untuk mendapatkan berlian memang harus sesulit ini?

Jeno menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong.

Dua bulan lagi...

Dua bulan lagi, Jeno benar-benar harus menyerah dengan hidupnya. Menikahi Ryujin dan harus melepaskan Renjun dari relung hatinya. "Dasar pengecut," lirihnya pada diri sendiri.

Pikiran bahwa nanti tidak akan ada lagi Renjun dalam hidupnya, dan tidak bisa tumbuh menua bersama dengan pemuda itu, membuat Jeno tak kuasa menahan air mata.

Dalam kekosongan hati yang dirasakan Jeno, Taeyong hanya bisa menatap nanar siluet tubuh anaknya dari celah pintu. Hati ibu mana yang tidak akan sakit, jika melihat putra semata wayangnya mengalami luka karena harus terpisah dari sang belahan jiwa.

.

.

.

.

.

"Kau... Tidak apa-apa?" Lucas bertanya pelan pada Renjun yang terlihat pucat disampingnya.

Saat akan mengunjungi apartement pemuda kecil itu, Lucas sudah dihadapkan dengan Renjun yang hanya diam mematung didepan pintu tanpa melakukan apapun. Renjun hanya menatap kosong benda persegi itu tanpa berniat membuka ataupun memasukinya.

Jadi dengan inisiatif, Lucas akhirnya membawa Renjun kesalah satu taman hiburan. Berharap suasana hati pemuda itu bisa sedikit lebih baik. "Renjun.. Ice cream-mu meleleh."

Renjun mengerjap, menatap pada tangannya yang sudah dipenuhi dengan lelehan ice cream yang sedari tadi ia pegang. "Maafkan aku," lirihnya. Merasa bersalah karena sudah menyia-nyiakan niat baik Lucas yang ingin menghiburnya.

Lucas lalu mengambil ice cream itu dari tangan Renjun dan membuangnya di tempat sampah terdekat. Pemuda Wong itu kemudian memeriksa saku celananya, berniat mencari sapu tangan yang biasanya selalu terselip disana untuk membersihkan tangan Renjun.

Berdecak pelan karena tidak menemukan benda yang dicarinya, Lucas pun memandang Renjun dengan pandangan meminta maaf. "Aku tidak membawa sapu tangan," ucapnya penuh sesal.

Renjun tersenyum maklum, lalu bangkit dari duduknya. Mengatakan ingin membersihkan tangannya di toilet dan akan segera kembali. Meninggalkan Lucas yang hanya bisa menatap khawatir pada pundak sempit itu.

.

.

.

.

.

Suasana taman hiburan Lotte membawa rasa senang tersendiri untuk Ryujin yang memang pecinta keramaian. Gadis itu bahkan terlalu bersemangat menyeret Jeno kesana kemari untuk menemaninya memainkan beberapa wahana.

(✔) FOR HIM; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang