36

9.7K 1.1K 63
                                    

Mata Jeno memang terpejam, tapi Renjun yakin jika pemuda itu belum tertidur. Terbukti dari tangan yang saat ini masih memeluk erat pinggangnya dan kecupan-kecupan kecil yang ia rasakan pada pucuk kepalanya.

Dada bidang Jeno menjadi objek fokus pandangan Renjun saat ini. Tangannya lalu bergerak, hinggap dengan tenang di bagian dada kekasihnya dan merasakan detak menenangkan yang berasal dari jantung Jeno.

Pemuda Lee itu lantas membuka mata dan menoleh pada Renjun yang berada dalam rengkuhannya. Tangannya kemudian menahan tangan Renjun untuk tetap diam di dadanya. Menahan jemari kurus itu untuk tetap disana, merasakan detak jantungnya.

"Saat melihatmu terbaring kaku di rumah sakit dengan perban dan alat-alat yang memuakkan itu, rasanya aku sudah siap menggantikan posisimu saat itu juga."

Ucapan Jeno yang terdengar pelan menjadi satu-satunya pemecah keheningan di antara mereka.

Jeno menarik Renjun untuk semakin mendekat, dan membawa wajah manis sang kekasih untuk bisa bersandar di dadanya.

"Kau membuatku takut, Renjun... Dua tahun dengan pikiran akan kehilanganmu membuatku ketakutan."

Renjun tak menyahut. Yang pemuda kecil itu lakukan hanyalah semakin mendekatkan dirinya pada Jeno ketika menyadari getaran lirih didalam suara kekasihnya.

"Renjun, kumohon jangan menyerah padaku," setetes air mata jatuh dari wajah Jeno. Pemuda tampan itu semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh kurus Renjun ketika perasaan kalut dengan tiba-tiba mengusainya. "Kumohon, tetap bertahan disisiku."

Entah kenapa, keheningan malam ini malah membuat Renjun merasa nyaman. Hembus nafas Jeno yang terdengar oleh telinganya juga bagaikan menjadi alunan musik pengiring sebelum ia menjemput mimpi.

.

.

.

.

.

Terbangun dalam pelukan Lee Jeno mungkin bukan pertama kali ini Renjun rasakan. Tapi setelah semua hal yang telah mereka lalui, membuat Renjun tak bisa menahan diri untuk bergerak mengecup pipi Jeno yang masih tertidur. 

Hanya sebagai ungkapan kecil atas rasa syukurnya karena masih bisa melihat wajah tampan itu dengan ingatan dan perasaan yang jauh lebih baik.

Renjun sudah akan beranjak dengan mencoba melepaskan rengkuhan tangan Jeno di pinggangnya, namun yang terjadi malah tangan itu semakin memeluk erat, membuat Renjun kembali jatuh terbaring.

"Jangan pergi dulu," gumam Jeno dengan mata yang masih terpejam.

Pemuda Lee itu semakin mendekat, membawa wajahnya untuk masuk kedalam ceruk leher Renjun, masih dengan tangan yang memeluk erat pinggang ramping kekasihnya.

"Kau sudah bangun." erang Renjun. Sedikit jengkel ketika melihat senyuman tipis muncul di wajah tampan itu.

Jeno hanya terkekeh pelan. Wajah bangun tidurnya melihat pada Renjun yang saat ini menukikkan alis. "Seharusnya kau memberikannya disini," Jeno menunjuk bibirnya yang berhasil membuat Renjun mengernyit.

"Memberikan apa?"

"Ciumanmu." Jawab Jeno yang di hadiahi dengan dorongan kuat dari Renjun hingga rengkuhannya berhasil terlepas.

Pemuda mungil itu dengan cepat bangkit dari ranjang dan berkacak pinggang menatap Jeno yang masih terlihat kusut karena bangun tidur. Renjun bahkan baru menyadari, kemeja kantor yang semalam pemuda itu kenakan bahkan belum berganti.

"Sekarang kembali kekamarmu, dan mandi. Kalau perlu hilangkan juga pikiran aneh mu yang sudah muncul sepagi ini." Renjun mendumel sembari berjalan kearah pintu. Membuka lebar-lebar benda kayu itu sebagai tanda agar Jeno segera menuruti perkataanya.

Jeno mendengus kasar.

Dengan sedikit decakan ia melepas selimut yang semalaman telah membalut tubuh mereka dan turun dari ranjang tanpa niat. Pemuda tampan itu lantas menyempatkan diri untuk berdiri di hadapan Renjun yang masih menatapnya dengan alis yang menukik tajam.

"Kalau begitu sampai jumpa di meja makan," ucap Jeno sebelum dengan cepat mencuri sebuah kecupan di bibir Renjun dan berlari keluar dari kamar.

.

.

.

.

.

Renjun menampilkan raut bersalah ketika telah melihat sajian sarapan telah tersaji diatas meja makan dan Taeyong yang sudah duduk manis di kursinya dengan senyuman hangat.

"Karena hari ini adalah hari spesial, jadi kau tidak perlu membantuku menyiapkan sarapan." jelas Taeyong ketika menyadari kekasih anaknya itu sudah akan mengeluarkan kalimat meminta maaf.

Renjun tersenyum kaku. Meskipun Taeyong telah mengatakan itu, tetap saja ia merasa tak enak hati.

Memikirkan tak bisa membantu sang nyonya Lee, membuat Renjun menatap tajam pada sosok gagah yang sedang menikmati sarapannya dengan tenang. Tatapannya menyipit, seolah-olah bisa membolongi kening mulus Jeno yang akhirnya menyadari pandangan membunuh Renjun yang tertuju padanya.

"Apa?" tanya Jeno tanpa dosa.

Seolah-olah melupakan perbuatannya yang membuat Renjun menunggu dengan diam di kamarnya dan  tak bisa turut membantu Taeyong didapur.

Renjun mendengus kesal. Ia memakan sarapannya masih dengan picingan tajam yang tertuju pada Jeno yang saat ini tersenyum geli.

Melihat interaksi dua pemuda di hadapannya membuat Taeyong tersenyum. Sudah lama sekali rasanya, ia bisa melihat Jeno dengan wajah ceria di pagi hari seperti ini. Taeyong lalu menoleh pada sebuah kursi kosong yang sudah lama tidak ditempati pemiliknya. Senyum di wajah cantik itu langsung luntur ketika bayangan Jaehyun yang mengisi kursi itu terlintas di pelupuk mata.

Nyonya Lee itu mendesah pelan. Mencoba berusaha mengurangi rasa rindu atas sosok kepala keluarga yang saat ini masih berusaha menjauh darinya.

Sosok Lee Jaehyun yang masih menghukum diri dengan menjauhi keluarganya sendiri.

"Eomma punya sesuatu," ucap Taeyong yang berhasil menarik perhatian kedua pemuda itu.

Seorang pelayan lalu maju mendekat dan meletakkan sesuatu diatas meja makan. Berbagai kertas tebal berwarna-warni dengan bentuk beragam kemudian telah berjejer rapi disana. Berhasil membuat Renjun dan Jeno menatap tak percaya pada Taeyong yang masih tersenyum lembut.

"I-ini.." Jeno menunjuk benda itu dan menatap ibunya mencoba memastikan.

Taeyong mengangguk senang dan melihat pada Renjun yang sepertinya masih tak menyangka. "Kalian bisa memilih yang mana yang kalian suka. Karena akan lebih baik jika undangan pernikahan dipersiapkan sedari sekarang." 




.

.

.

.

.

==============
To be Continued
==============
.

.

.

.

.

(✔) FOR HIM; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang