2

13.1K 1.4K 19
                                    

Renjun mengetuk-ngetuk layar ponselnya pelan ketika benda persegi itu mengeluarkan nada sambung, yang tak lama jawaban dari operator mengiringi ketika panggilannya tidak dijawab oleh seseorang di ujung bumi sana.

Jeno tidak mengangkat telepon nya. Padahal ini sudah hari kelima sejak percakapan terakhir mereka.

Apa dirinya membuat kesalahan? Tapi biasanya Jeno tidak pernah seperti ini. Renjun tiba-tiba menjadi gusar.

Bukannya ingin bersikap kekanakan, tapi kehilangan kontak dengan Jeno seperti ini membuatnya panik. Ia takut.

Renjun mencoba melihat akun Jeno di media sosial, mengantisipasi jika Jeno mengupdate sesuatu tentang kegiatannya. Tapi nihil. Jeno tidak mengupdate apapun bahkan sejak 2 bulan yang lalu.

Renjun semakin khawatir.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Siang ini kafe cukup sepi karena sedang turun salju yang cukup lebat. Hanya ada beberapa pelanggan yang berkunjung. Salah satu diantaranya ada Haechan dan Jaemin.

Renjun bisa melihat bagaimana wajah Haechan yang sepertinya kesal dan Jaemin yang..... juga terlihat kesal?

"Ya sudah terserah mu saja!"

Bentakan Haechan mengundang perhatian orang-orang disana. Bahkan Renjun juga mau tak mau ikut penasaran apa yang terjadi pada pasangan baru itu. Haechan beranjak pergi meninggalkan Jaemin dan orang-orang semakin penasaran dengan drama singkat mereka.

"Jaemin ada apa?"

Jaemin menghela nafasnya dengan lemah. Bibirnya secara menyedihkan membentuk kurva lengkung kebawah, "Aku belum bisa mengerti Haechan, padahal aku hanya minta dia untuk mengabariku jika sedang melakukan sesuatu, tapi sepertinya dia tidak suka..."

"..... Apa aku kelewatan injun-ah?"

Renjun menggeleng, tentu saja ingin tahu kegiatan apa yang sedang dilakukan kekasihmu bukanlah kesalahan. Renjun bahkan merasa jika sepasang kekasih harusnya memang mengabari satu sama lain.

Ya... Begitulah seharusnya.

Tapi mengingat hubungannya dan Jeno yang saat ini tidak ada kejelasan kabar menyadarkan Renjun, bahwa hubungan mereka juga sedang tidak baik-baik saja.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Semakin lama, waktu semakin berjalan dan Jeno masih tetap tidak memberi kabar. Hari berganti bulan, bahkan bulan hampir berganti musim. Renjun kehilangan jejak, Jeno seolah-olah memang menghilang dari muka bumi.

Renjun sudah berkali-kali menelepon nomor ponselnya, berkali-kali mengecek akun sosialnya, bahkan berkali-kali juga mengunjungi rumah Jeno, berharap pemuda itu telah pulang kerumah meskipun yang bisa ia lihat hanyalah pagar besar yang menjulang. Tapi tetap saja, ia tidak mendapatkan hasil apapun. Enam bulan terlalui dengan Renjun yang kebingungan dan putus asa.

"Minum obatmu Renjun," Kun menyodorkan segelas air dan beberapa butir obat pada pemuda disebelahnya. Stress dan juga tekanan yang dirasakannya membuat Renjun semakin kurus dan pucat, sehingga Kun harus mengontrol asupan makanan dan obat untuk pemuda itu.

Kun menghela nafasnya, melihat Renjun seperti ini sedikit banyak membuat ia khawatir juga. "Bisakah kau lupakan saja dia?" tawarnya.

Tahu betul alasan dibalik semua ini.

"Aku tidak bisa ge," suara Renjun yang lirih menambah raut iba di wajah Kun.

"Dia pergi Renjun-ah. Dia pasti sengaja menghilang darimu."

Renjun terdiam. Tanpa diberitahu pun, Renjun sudah menduganya berkali-kali. Tapi tetap saja ia tidak bisa berhenti memikirkan Jeno. Hatinya tak bisa.

"Ge, bisakah aku mengambil cuti?"

Kun mengangguk, "Tentu. Kau memang harus beristirahat, kalau perlu pergi ke rumah sakit."

Renjun menggeleng. "Tidak ge, aku... Aku ingin menemui Jeno. Aku ingin ke Amerika."

Kun terkejut, tentu saja. Keinginan Renjun untuk ke Amerika bukan lah hal yang sepele. Banyak hal yang bisa terjadi jika dia benar-benar pergi kesana, "Amerika bukan negara yang kecil Renjun. Tidak akan ada yang bisa menjamin keselamatanmu disana, dan kau belum tentu bisa bertemu langsung dengan Jeno."

Renjun mengangguk. Ia tahu, ia tahu konsekuensinya, ia juga tahu jika ia pergi belum tentu tujuannya untuk bertemu Jeno bisa tercapai. Tapi Renjun harus mencoba kan? Ia ingin memastikan jika tidak terjadi apa-apa pada Jeno.

Ia hanya ingin memastikan... jika Jeno baik-baik saja.









.

.

.

.

.
===============
To be Continued
===============
.

.

.

.

.

(✔) FOR HIM; ╰Noren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang