Part 10 -Cemburu

128 14 166
                                    

Aruna pagi hari ini tengah badmood gara-gara kejadian kemarin malam dan sampai saat ini ia belum juga minta maaf pada ayahnya padahal semalam Banni sudah menasehati gadis itu untuk meminta maaf pada Bagas namun karena gengsi Aruna mengurungkan niatnya.

Ia berjalan menuju kelasnya yang amat sangat berisik, benar-benar berisik--mungkin kelas sebelas akan benar-benar terganggu dengan kebisingan itu padahal ini masih pagi.

Ketika hendak masuk kelas--Bara menghalangi jalannya, ketika Aruna ke samping kanan, lelaki itu ikut-ikutan ke samping kanan dengan sengaja.

"Bara!" Ketus Aruna.

"Pagi-pagi udah badmood aja," balas Bara terlihat kesenangan.

Aruna mendelik. "Awas gak?!"

Bara malah terlihat acuh--tidak ingin pergi dari sana--mentang-mentang Metta belum datang dan kesenangan menjahilinya.

Dengan penuh kekesalan Aruna segera mendorong tubuh Bara hingga lelaki itu terdorong sampai anak-anak kelas menatap mereka berdua lalu mengalihkan pandangannya kembali seolah hal itu sudah biasa terjadi.

"Bara lo ganggu Aruna mulu deh," celetuk Anya mulai tidak positif thinking.

"Bilang aja lo suka kan Bar?" Goda Reza sengaja--mungkin agar hubungan Bara dan Metta rengang karena dia memang suka memecahkan hubungan orang.

Aruna hanya acuh dengan sinis karena ia sedang badmood jadi malah untuk menjawab.

Dengan dramatis Bara bilang. "Hati gue mah always punya Metta."

"Terus ngapain lo ganggu Aruna mulu?" Dengan sewot Reza berkata itu.

"I-iya sebelum gue pacaran sama Metta, gue emang sering ganggu-in Aruna, ada yang salah ya?" Heran Bara langsung menyeletuk.

"Salah lah bego," desis Reza.

Bara menggaruk tengkuknya merasa tak bersalah. "Dimana letak salahnya--"

"WHAT THE FUCK!" Teriak Anya mengalihkan semua pandangan.

Aruna memutar bola matanya malas. "Apasih bangsat, berisik banget goblok!" Makinya sinis.

"INI," Nafas Anya tak teratur.

"APA GOBLOK KALAU NGOMONG JANGAN SETENGAH-SETENGAH!" Pekik Veronika yang sudah jengah.

"Ketua pelaksana buat kemah nanti sama KAK TRISTAN!"

Semuanya langsung tercengang seketika.

"Bohong lo!" Reza tak percaya.

"Anjing..." Maki Bara berdesis.

"Yah..." Keluh Clara tak suka.

"Ah..." Desah Veronica kecewa.

Sedangkan Aruna hanya bersikap datar, kenapa mereka begitu takut jika ketua pelaksana nya adalah Tristan? Bukankah lelaki itu tidak ada masalah?

"KENAPA SIH YANG KAYAK GITU DI JADIKAN KETUA?" Komentar pedas Anya.

"IYA IH BANYAK ATURAN BANGET!" Sahut Veronika menyetujui.

ARUNA STORY: Feel Again [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang