Salam kenal juga. Makasih, btw udah mampir.
"Mil!"
Ukhuk!
Gadis berkucir tinggi itu tersedak saat Dasha menepuk punggungnya. Air yang harusnya masuk ke tubuh, menyembur sebelum ditelannya. "Njir." Mila mendesis.
"Mil lihat! Arlan bales komen gue!" Dasha menunjukkan ponselnya. Men-zoom sebuah balasan komentarnya di blog Shadowmaster itu.
Menghela napas malas, Mila melirik sejenak ke arah gadis di samping kirinya itu. "Emang kenapa?"
"Seorang Arlan, Gaes!" Seru Dasha mengundang tatap beberapa siswi di sekitarnya.
Pak Endro, guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sedang rapat bersama tenaga pendidik lainnya. Sebelas IPA 6 dibiarkan berolahraga sendiri tanpa arahan. Alhasil, para siswa sebagian besar bermain futsal dan sisanya bermain basket. Sedangkan para siswi menggerombol, membentuk forum rumpi.
"Ya, emang kenapa kalau Arlan? Kan, lo juga udah save WA-nya, saling follow IG juga." Mila meluruskan kakinya. Mengubah posisi duduknya yang semula bersila menjadi berselonjor.
"Ada sensasi beda aja gitu." Kembali Dasha jatuhkan tatapan pada ponselnya. Menimbang-nimbang apakah ia harus membalas jawaban komentar itu.
"Mil, mending gue bales apa ya?" Dasha berpikir, "Eh nggak usah aja. Dia nggak nanya-nanya juga. Tapi ... eh, masa nggak dibales lagi sih? Ini peluang buat gue PDKT pakai lain media, kan? Tapi ... tapi Mil, kalau gue bales keliatan fan berat gitu nggak sih? Ntar kalau Arlan tahu itu gue gimana?"
Tak terdengar jawaban.
"Mil! Elah! Lo nggak dengerin gue?" Dasha berdecak kesal saat menemukan pandangan Mila masih terpusat pada lapangan basket. Tepat pada Vean yang tiba-tiba mengambil langkah menepi.
Dasha layangkan pandangan pada objek yang sama. Gadis itu mengigit bibir bawahnya saat kejadian beberapa menit yang lalu terulang dalam benaknya.
."Chik, tungguin gue elah!" Dasha berteriak saat Chika, teman sekelasnya hendak keluar. Berniat mengganti seragam untuk mengikuti pelajaran olahraga.
Chika melambai. Mengisyaratkan "bye" dengan tangan kanan yang diangkatnya ke atas, tanpa memandangnya. Dasha masih sempat mengumpat. Gadis itu berjalan cepat menuju bangkunya. Lantas mengambil seragam olahraganya dari dalam tas, langsung berlari menuju pintu keluar yang sudah ditutup.
"Jangan buka, bego!" Terdengar suara dari belakang.
Dasha menoleh. Mendapati teman lelakinya yang sebagian besar tengah melepas kemeja sekolahnya. "Kalian jorok banget sih? Ganti tuh di toilet, bukannya di kelas!" sentaknya.
"Hak asasi manusia." Bayu, ketua kelas menyahut.
Dasha menciut. Bukannya takut, hanya saja terdesak suasana yang membuatnya tak dapat bergerak. Gadis itu mematung selagi satu tangannya memegang daun pintu. "Tapi setiap hak dibatasi oleh hak orang la ... Aaaa!" Dasha menutup matanya saat seorang di pojok ruangan membuka kemejanya. Menampilkan dada bidang miliknya. Dalam batinnya, gadis itu menyumpahserapahi teman-teman yang meninggalkannya sendirian. Terkurung bersama para lelaki yang hendak ganti baju.
"Kenapa, Sha? Nih punya gue sixpack!" Nicho, orang paling 'miring' terkekeh menggoda.
Masih menutup matanya, Dasha berpaling. Memegang daun pintu erat seraya mendorongnya. "Please kalian jangan aneh-aneh! Yang di luar, buka woy!" Tak sabar, gadis itu mulai menggedor pintu. Dasha dapat mendengar siisi kelas menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Teen FictionDasha pernah mengandai kalau saja hidupnya dapat sedramatis cerita dalam novel yang dibacanya. Bagaimana ia akan mencairkan ice boy, menaklukkan bad boy, atau mengendalikan perasaannya saat bertemu good boy, gadis itu sudah menyiapkan beribu cara ji...