Dari terakhir yang kulihat, Bunda jauh beda. Keriput di mukanya semakin jelas saja. Padahal umurnya lima tahun di bawah Ayah. Belum berkepala empat.
Bunda nggak pernah nanya, "Kamu apa kabar? Tidurnya nyenyak? Makannya enak?" Padahal itu kalimat yang pengen aku dengar kalau ketemu sama Bunda.
Bunda masih hangat, di matanya. Tapi mataku masih menyelisik dalam garis Bunda. Mencari dalam pandang tegas itu sedikit keteduhan yang disisakan untukku. Namun, tak kuperoleh.
Bunda bilang, waktunya bisa berhenti kapan saja. Alasan yang cukup kuat mengapa usapan lembut Bunda selalu tertuju padanya. Tapi, bukan berarti aku akan hidup seribu tahun lagi, 'kan?
.
.
.Jumo, 07.10.19
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Teen FictionDasha pernah mengandai kalau saja hidupnya dapat sedramatis cerita dalam novel yang dibacanya. Bagaimana ia akan mencairkan ice boy, menaklukkan bad boy, atau mengendalikan perasaannya saat bertemu good boy, gadis itu sudah menyiapkan beribu cara ji...