02. Semua Tentang Uang

29.2K 2.4K 102
                                    


Tangan gadis Kim itu begitu telaten menuangkan cairan dengan kandungan alkohol tinggi ke dalam gelas kaca kecil di meja pendek, tepat di depannya.

Sudah bisa ia hitung ini adalah gelas ke sembilan yang sudah pelanggannya itu teguk.

Sedari tadi tidak banyak percakapan yang terjadi. Awal pertemuan, sosok yang Kim Yerim ketahui sebagai Tuan Jeon itu hanya berbicara saat mempersilahkannya duduk dan saat ia meminta di tuangkan vodka lagi.

Tapi mungkin tidak akan berlangsung lama, karena sekarang, setelah ia memberikan gelas ke sepuluhnya pada Tuan Jeon itu, sebuah pertanyaan terlontar dengan begitunya.

"Siapa namamu?" Tanya lelaki Jeon itu memiringkan wajahnya, menatap lekat wajah Kim Yerim.

Kim Yerim sesungguhnya tadi cukup terkejut saat mulai bisa melihat jelas wajah pelanggannya ini. Tidak mau berbohong bahwa rupanya begitu tampan, panas. Tipe pria berdompet tebal dan tahta yang tinggi, walau terlihat sedikit urakan.

"Berxia Rim." Jawab gadis itu dengan cepat, tidak lupa tetap menjaga nama aslinya.

Suara kekehan dari lelaki di sebelahnya membuat rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya berdiri, seolah meronta, memberi tahu bahwa tubuhnya baru saja di serang, di serang oleh suara berat dari lelaki itu tepatnya.

"Tidak mau memberi tahu nama aslimu, begitu?" Kim Yerim paham jika lelaki ini menanyakan nama aslinya, tapi tentu saja Kim Yerim tidak akan memberi tahunya. Itu privasi seorang Berxia.

"Maaf, Tuan. Itu adalah privasi setiap pekerja disini." Jawabnya sesopan mungkin. Ia yakin, selama ia bersikap ramah, maka pelanggan juga bisa menjaga batasan mereka. Tentunya selagi mereka waras.

Lelaki Jeon itu tidak merespon apapun, ia melanjutkan tegukannya. Kemudian menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa.

Kim Yerim sekarang mulai semakin tidak nyaman, ia menunggu kapan kiranya waktunya berakhir. Normalnya hanya berjalan selama satu jam sampai dua jam, dan setau Yerim, Tuan Jeon ini hanya memesannya selama satu jam lamanya.

Sekarang ia hanya perlu menunggu para penjaga menjemputnya seperti biasa. Biasanya, jika batas waktu sudah berakhir maka ia akan di jemput dan bersiap-siap menunggu pelanggan lainnya. Tapi itulah mengapa sekarang Kim Yerim menjadi jauh lebih resah, masalahnya satu jam sudah berlalu dan tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan di jemput.

Hanya saja, Kim Yerim berusaha untuk tetap tenang walau hatinya gelisah. Ia harus percayakan semuanya pada Nyonya Bae, semuanya pasti akan berakhir secepatnya.

"Berikan aku satu gelas lagi." Suara lelaki itu mengusik lamunan Kim Yerim.

Dengan cepat Kim Yerim kembali menuangkan minuman itu, memberikan lagi pada lelaki Jeon yang merupakan pelanggan pertamanya malam ini.

"Berapa usiamu, hm? Jangan katakan itu adalah privasi. Aku ingin tau." Akhir kalimatnya seolah menuntut jawaban dari Kim Yerim.

Gadis Kim itu mengerutkan keningnya, masih menatap ke depan, ke arah botol-botol minuman di atas meja, enggan menatap sang pemberi pertanyaan.

"Tapi itu memang privasi, Tuan." Balas Kim Yerim dengan suara rendah.

Selain itu memang persyaratan, tidak boleh memberi tahu identitas kepada pelanggan, itu juga merupakan keuntungan bagi Kim Yerim karena ia tidak mau pelanggannya tahu mengenai privasi-privasinya.

Lelaki itu tiba-tiba berdiri, merapikan jas hitamnya dan menyisir rambut panjangnya dengan tangan kiri secepat kilat hingga Kim Yerim sulit memproses apa yang sedang terjadi. Gadis itu ikut berdiri secara spontan, berhadapan dengan sang pelanggan. Ia tahu Tuan Jeon pasti akan pergi setelah ini, jadi ia berinisiatif untuk memberi hormat dan terimakasih seperti biasanya.

[3] BERXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang