10. Selamatkan Aku, Lagi

29.2K 2.4K 269
                                    

Aku ga yakin minggu depan bakal bisa update. Karna tanggal 2 aku udah PTS(":

Enjoy ya, walau chapter ini ngebosenin.

•••

Ibarat lupa akan identitas, Jeon Jungkook bahkan mengakui bahwa dirinya lebih senang menghabiskan waktu diluar rumah. Pria dengan karir yang bagus, sangat bagus, kesibukan kantor adalah maknan sehari-harinya. Tapi rumah tidak pernah menjadi tempat favoritnya untuk beristirahat atau bahkan mencari ketenangan barang sedetik pun.

Dengan status sebagai seorang suami, katakanlah ia belum bisa menjadi sosok yang sempurna, ia tidak mengelak karena memang benar adanya. Kembali kerumah hanya membuatnya muak dan ingin cepat-cepat pergi.

Jikalau pun ia pulang, alasan satu-satunya adalah anak semata wayangnya-Jeon Seungjae. Alasan ia menyempatkan diri untuk selalu pulang setidaknya menghabiskan satu sampai dua jam atau menemani anaknya tidur hingga pagi datang. Tidak banyak yang tahu tentang kehidupan pribadi sosok yang kerap disapa Tuan Jeon ini, walau presensinya sangat diakui dalam masyarakat. Dia tertutup, well-setidaknya untuk urusan keluarga yang memang tidak ingin ia beberkan.

"Sejak kapan kau bekerja diclub-ku?" Ia buka suara setelah membiarkan keheningan menghalangi keduanya.

Kim Yerim sedikit terkejut, ia jadi semankin gugup, jujur saja. Beberapa menit yang lalu ia baru mengetahui fakta bahwa pria didepannya ini adalah pemilik club tempat ia bekerja selama ini. Pantas saja banyak hal aneh yang ia rasakan semenjak lelaki bermarga Jeon itu tiba-tiba muncul dihadapannya sejak hari itu.

"Hampir dua bulan, kurasa." Jawabnya dengan suara pelan, masih tidak terbiasa berbincang dengan Jeon Jungkook, terlebih lagi setelah ia tahu bahwa si lelaki adalah pemilik tempatnya bekerja.

"Kau tahu? Aku tidak menyangka gadis sepertimu akan bekerja ditempatku. Sedikit mengejutkan." Kim Yerim tahu betul maksud lelaki itu, mungkin kalau semua orang yang ada diruangan ini tahu pekerjaan si gadis itu, mereka juga akan berpikir hal yang sama.

Haruskah tampangnya dijadikan alasan ia tidak cocok bekerja disebuah tempat hiburan malam? Dia pula tidak pernah ingin melakukannya jika saja bukan karena paksaan ekonomi. Jika boleh waktu diputar, ia berharap untuk kembali kemasa dulu dan menikah dengan seorang konglomerat, hidup bahagia dan tidak perlu memikirkan uang lagi. Tapi rasanya itu sangatlah bukan dirinya, bukan sifat seorang Kim Yerim yang sesungguhnya. Keadaan yang mendesaknya untuk berpikir soal 'memutar waktu' itu.

"Aku juga terkejut, Tuan." Sahut Kim Yerim, menunduk dan memikirkan lagi perihal pekerjaannya yang sesungguhnya sangat memalukan.

Untuk sebagian wanita diluaran sana, mungkin pekerjaan yang Kim Yerim geluti ini adalah hal mudah, dia juga tidak harus menjual tubuhnya, mudah sekali. Tapi masalahnya, dia adalah Kim Yerim, si gadis yang sangat memikirkan harga dirinya. Setidaknya bekerja disana adalah sebuah keterpaksaan, ia masih bisa menjaga dirinya, selalu berusaha menenangkan dirinya sembari mengingatkan bahwa ia tidak melakukan pekerjaan yang salah. Hanya seorang Berxia, ia selalu mengingatkan dirinya.

Tidak ada kalimat lagi yang dilontarkan Jeon Jungkook, ia meneguk minuman dengan kadar alkohol didalamnya, sedikit terganggu pikirannya dikarenakan Kim Yerim yang duduk didepannya dengan begitu cantik dan manis diwaktu yang bersamaan.

Siapa sebenarnya yang memberikan gadis itu ide untuk mengenakan gaun merah yang tidak memiliki penutup untuk bagian pundaknya? Memperlihatkan betapa indah dan halusnya setiap inci kulit yang ada pada tubuh gadis itu. Sebuah perhiasan rambut bertengger diatas kepalanya, terlihat sangat manis untuknya. Oh, jangan lupakan kalung dengan inisial nama sang gadis yang menggantung indah pada lehernya itu. Jeon Jungkook juga merasa, gadis ini jatuh cinta dengan lipstick berwarna merah, ia kerap kali terlihat memakainya. Tidak hanya saat bekerja, tapi kali ini juga, lipstick merah merona yang sangat cocok untuknya.

[3] BERXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang