05. Aku Terbuai

39.1K 2.4K 280
                                        

WARNING¡

Aku merindukanmu, cantik."

Rambut halus di sekujur tubuhku berdiri, seolah ada terpaan angin yang baru saja meniup, pada kenyataannya semua itu karena suara orang yang terdengar familiar bagiku. Suaranya jelas, tepat di depan telingaku. Hembusan nafasnya menerpa daun telinga sampai sekujur sisi leherku, menimbulkan reaksi yang tidak ku duga dari tubuhku.

Beberapa detik tenggelam dalam pikiran dan keterkejutan, aku mulai mengerjapkan mata. Tanganku berusaha melepaskan pelukannya, aku takut sekali saat ini.

Ingatanku akan lelaki ini dan segala hal yang pernah kami perbuat membuatku ingin berlari tanpa menoleh ke arahnya, aku tidak berani.

Ada rasa takut, malu, dan kesal dalam diriku saat ini. Takut karena lelaki ini bisa saja melakukan hal yang sama seperti tempo hari, meluluhkan diriku dengan mudahnya dan mengambil kesempatan seolah tidak ada yang salah. Malu karena aku tahu bahwa dia sudah memiliki anak dan istri, seharusnya tidak perlu seperti itu, maksudku rata-rata pelangganku pasti sudah berkeluarga, tapi sisi buruknya disini adalah aku mengetahui anaknya dan bahkan sudah bercengkrama dengannya hingga saling berkenalan dengan anak manis itu.

Rasanya menjadi beda, kau tahu, saat aku berbicara dengan anak itu, rasa bersalah yang belum pernah ku rasakan sebelumnya selama melakukan pekerjaanku mulai muncul. Aku mengetahui anak itu adalah anak Tuan Jeon dan aku dengan ayahnya melakukan sesuatu yang seharusnya pantang di lakukan terlebih lagi bagi Tuan Jeon sendiri. Rasanya aku seperti menghancurkan hati anak itu jika ia tahu ayahnya senang bermain ke tempat hiburan malam.

Anak itu berbicara padaku, matanya bulat besar, bibirnya merah muda, pipinya sedikit chubby. Aku membayangkan bagaimana bencinya dia padaku jika ia tahu bahwa aku pernah sebut saja 'melayani' ayahnya, dia pasti merasa terluka. Aku menyesal karena telah melihatnya dengan Tuan Jeon saat itu, andai saja waktu bisa di putar, aku tidak akan pergi ke supermarket agar tidak memunculkan rasa bersalah sebesar ini dalam diriku.

“T-tuan Jeon, lepaskan.” Aku merasa lelah setelah terus menerus gagal melepaskan pelukkan eratnya.

Orang-orang di sekitarku tidak ada yang menyadari dan bersibuk diri menggerakkan tubuh mereka mengikuti alunan musik. Sedangkan aku membutuhkan pertolongan.

“Aku sudah memesanmu malam ini, pilihlah kamar yang kau suka.” Mataku mendelik terkejut, kenapa dia bisa memesanku? Bukankah malam ini adalah malam bebas!

Nyonya Bae mengatakan bahwa malam ini seluruh Berxia hanya perlu menemani semua pelanggan di ruang utama, tepat dimana pesta berlangsung, tidak ada pelanggan pribadi ataupun ruangan pribadi. Aku yakin aku mengingat jelas perkataan Nyonya Bae.

“Tidak bisa, Tuan. Malam ini ti-tidak bisa memesanku.” Sial, aku ingin menutupi kegugupanku tapi bibirku sangat payah.

Tangan besarnya mengusap lengan telanjangku, lagi-lagi menimbulkan reaksi seperti tadi, rambut-rambut halus pada tubuhku berdiri lagi dan dentuman besar seolah terjadi pada jantungku.

“Oh ya? Tapi aku sudah memesanmu, Min Yoongi bahkan sudah menerima uangku.” Tuan Min! Astaga, lelaki dingin jahat itu!

Sedari awal aku bekerja aku sudah sangat kesal padanya. Aku kira dulu itu hanya sifat luarnya pada orang baru dan bila sudah saling mengenal akan mulai baik dan hangat, tapi memang dasarnya dia orang yang dingin, tidak mau rugi, dan jahat!

“A-aku akan meminta Bos untuk mengembalikan uangmu, Tuan. Dia pa-pasti lupa kalau malam ini kami tidak bisa di pesan untuk pribadi.” Kenapa harus aku yang menghadapi lelaki ini? Dia sangat... keras kepala. Aku ingin marah padanya, tapi Bosku alias Min Yoongi pasti akan memarahiku juga ujung-ujungnya karena telah membuat pelanggannya merasa tidak nyaman.

[3] BERXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang