Vote and comments for this chapter, please?
By the way, aku kangen nulis cerita ini hehehe.
•••
Kim Yerim merutuki heels merah terang yang tengah menghiasi kakinya kini. Pegal sekali rasanya karena harus berdiri sejak hampir satu jam lamanya didekat bar selagi menyapa tamu-tamu malam ini. Entah bagaimana bisa ia diposisikan sebagai hiasan bar sekarang, sangatlah melenceng dari pekerjaannya. Tapi masa bodo, semuanya harusnya terasa nyaman-nyaman saja seandainya ia tidak dipaksa memakai heels setinggi sepuluh senti yang membuat kakinya pegal tidak karuan.
"Pasti lelah, ya?" Pikirannya teralihkan pada sumber suara, lelaki tampan yang merupakan seorang bartender disana.
Felix itu lebih muda darinya, tapi sudah berbakat menjadi seorang bartender. Pekerjaan yang awalnya ia incar ditempat ini, namun kurangnya pengalaman membuatnya harus mundur.
"Lumayan, heels ini penyebab utamanya." Kim Yerim tidak menutupi keluhannya pada lelaki itu yang sedari tadi menyempatkan diri mengajaknya mengorbol setidaknya agar Kim Yerim tidak bosan.
Selain Kim Yerim, ternyata ada beberapa pekerja baru yang diposisikan seperti dirinya untuk berdiri disekitar bartender. Katanya sih hiasan, memamerkan model-model cantik milik Club ini. Duh, aneh-aneh saja.
"Mau minum, tidak? Untuk mengurangi lelahmu." Walau lebih muda dari gadis Kim itu, tapi tingkahnya lebih tua dan bahkan Kim Yerim sempat kaget kala tahu lelaki iti lebih muda darinya.
Untuk menjawab tawaran Felix, Kim Yerim menggeleng diawal sembari tersenyum. Alkohol tidak akan pernah menjadi temannya, serius. Tidak ada sensasi nikmat yang bisa ia dapatkan saat pertama kali mencicipi minuman dengan alkohol. Yang ada dirinya malah ingin memakan sesuatu yang manis untuk segera menghilangkan sensasi buruk yang melekat pada lidah serta tenggorokannya.
"Tidak usah, sebentar lagi juga aku akan istirahat. Terimakasih, Felix." Pun lelaki itu hanya mengangguk sembari terus sibuk mencampur minuman satu dengan yang lainnya secara lincah.
Kim Yerim semakin sadar bahwa passion-nya juga bukan sebagai bartender. Lihatlah kelihaian dan kelincahan Felix, dirinya sama sekali tidak memiliki bakat seperti itu. Astaga, apa sih yang dirinya bisa? Tidak ada, serius.
Banyak sekali hal yang ia lamunkan sampai tidak sadar akan kehadiran sosok yang berdiri tepat dihadapannya, tangan masuk kedalam saku celana serta penambah panasnya yaitu hampir setengah dari kancing atas kemejanya sengaja dilepaskan.
"Aku akan sangat marah jika yang sedang asik kau lamunkan bukan diriku, kitten."
Nafas Kim Yerim tertahan tanpa ia sadari, menatap terkejut Jeon Jungkook yang tengah berdiri menjulang tinggi dihadapannya sampai-sampai ia harus mendongak keatas dengan mata membulatnya.
"Sekarang kau terkejut, apa itu artinya perkataanku itu benar?" Kim Yerim mengutuk mulutnya yang masih saja tidak mampu berucap, setidaknya sepatah kata saja.
Kim Yerim mengeluarkan senyumannya untuk menyapa sembari menunggu kapan bibirnya ini mampu bergerak, dia merasa kaku seketika. Tidak enak rasanya jika mengabaikan Jeon Jungkook yang telah banyak berbuat baik padanya sejauh ini, Kim Yerim tidak akan berbuat seenaknya hanya karena ia ingin menjauhi Jeon Jungkook.
"M-malam, Tuan Jeon." Akhirnya ia mampu berbicara, setidaknya untuk menyapa sang lelaki.
Jeon Jungkook menarik ujung bibirnya, diikuti dengan kedua tangannya yang naik ke udara. Tangan kiri lelaki itu mendarat pada pundak sang gadis, sedangkan tangan kanannya menyelipkan helaian rambut Kim Yerim kebelakang telinga sebelum mengusap rambut hitam gadis itu yang kian memanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] BERXIA
FanfictionGadis bermarga Kim itu adalah seorang Berxia. Bagi para wanita, mungkin pekerjaan semacam ini mudah. Tapi baginya tidak. Singkat saja, dia hanya ingin segera berhenti dari pekerjaan ini. [JUNGRI] [Started : 29/08/19]