03. Dia Memaksa

39.5K 2.5K 248
                                        

[Warning¡]



Malam ini Kim Yerim seperti biasa datang ke Club tempatnya bekerja. Wajahnya tampak cemberut sejak tadi, bahkan Park Sooyoung pun bisa merasakan perbedaan dari raut wajah gadis Kim itu.

Sudah dua hari terakhir ini Kim Yerim selalu terlihat tidak secerah biasanya. Entah masalah apa yang ia dapat, Park Sooyoung belum bisa mengetahui alasan di balik wajah murung Kim Yerim.

“Aku tidak tau apa yang membuatnya menjadi murung begini, tapi tolonglah hentikan itu, oke? Aku rasa Nyonya Bae menyadarinya dan nanti pasti akan memarahimu lagi.” Tutur Sooyoung dengan pelan. Ia ingin Kim Yerim untuk tetap menjaga batasannya di hadapan Nyonya Bae. Karena jika tidak, Nyonya Bae bisa saja marah besar dan memecat Kim Yerim.

“Aku hanya lelah saja.” Sahut Kim Yerim, memperhatikan pantulan dirinya sekali lagi di cermin besar yang berada tepat di depannya.

Kim Yerim sesungguhnya sangat mengeluh detik ini. Biasanya ia tidak pernah merasa seterpuruk ini sebelumnya, tapi entah mengapa sejak wanita bertubuh gempal yang notabennya adalah orang yang di hutangi oleh kedua orang tuanya itu terus-terusan menekannya, menagih hutangnya dalam jangka waktu yang sangat cepat.

Ya Tuhan, dari mana gadis itu bisa mendapatkan uang secepat kilat? Bahkan bekerja di Club ini adalah cara mencari uang tercepat yang pernah Kim Yerim lakukan, tapi masih saja kurang bagi wanita gempal penagih hutang itu.

“Berxia Rim,” Kim Yerim memutar tubuhnya, menghadap sosok yang baru saja memanggil namanya.

Di dekat pintu, sosok Nyonya Bae dengan balutan dress hitam menawan berdiri memegang ponselnya yang menjadi titik fokusnya sesaat. Kim Yerim tahu apa ini maksudnya, pasti seseorang sudah menyewa Kim Yerim.

Bae Irene kini melangkah maju mendekati Kim Yerim. Gadis itu sedikit menengok ke samping, ternyata rekan kerjanya yang lain sudah masuk ke ruang ganti, menyisakan dirinya saja dengan Nyonya Bae itu.

“Bersiaplah, berdandan yang cantik. Sepuluh menit lagi aku akan ke mari lagi.” Ujar Bae Irene sambil meneliti jam tangannya sejenak.

“Aku sudah selesai bersiap, Nyonya.” Sahut Kim Yerim, memaksakan senyumnya agar Nyonya Bae tidak marah melihatnya murung.

Nyonya Bae menggelengkan kepalanya. Ia meronggoh tas miliknya dan mengeluarkan sebuah botol kaca kecil, sebuah parfum dengan warna merah muda menghampiri bening.

Kim Yerim hanya diam saja saat Bae Irene menyemprotkan cairan pewangi itu pada tubuhnya. Ia tidak tahu mengapa Bae Irene harus melakukan ini.

“Bagus, penampilanmu oke. Dengarkan aku, gadis kecil. Lakukan yang terbaik, maka kau akan mendapatkan banyak bonus.” Tutur Bae Irene sembari menepuk pelan pundak kanan Kim Yerim.

Kim Yerim hanya bisa diam menatap kepergian Nyonya Bae itu yang baru saja mengucapkan kalimat yang tidak dapat Kim Yerim pahami.

Ia memutar kembali tubuhnya, menatap pantulan dirinya lagi pada cermin. Balutan mini dress hitam, rambut pirang yang terurai bebas, heels hitam yang senada dengan pakaiannya serta bibirnya yang sudah di polesi dengan lipstik merah. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara mendeskripsikan penampilannya yang sudah benar-benar gila ini.

Semoga, ada jalan keluar yang lebih cepat untuk melunasi hutang sialan itu agar ia bisa lepas dan bebas dari pekerjaannya ini.

•••

Kim Yerim duduk di sofa hitam dalam sebuah ruangan VIP yang sudah biasa dia datangi. Sedari tadi ia sudah menunggu di sini dengan cemas, pikirannya tidak tenang dengan pertanyaan kapan kiranya pelanggannya datang.

[3] BERXIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang