V1ーCh 7: Tak terduga.

33 3 11
                                    

Daerah vasal Duchy Lorena, Halaman belakang rumah besar kediaman keluarga Lorena. Emilia terjatuh dan kehilangan kesadaran sesaat setelah serangan miliknya membela dua rapier milik Natalia. Melihat Emilia jatuh tak sadarkan diri, Natalia kemudian mendekat ke arah Emilia kemudian membawa masuk Emilia masuk ke dalam rumah tampa pikir panjang. Tilea hanya bisa berdiri melihat dengan khawatir tampa berbuat apa apa. Dia hanya mengikuti apa yang ibunya katakan dan tak tahu harus berbuat apa tampa perintah ibunya.

Louis yang mendengar kejadian tersebut merasa marah terhadap istrinya Natalia. Mereka berdua berdebat berjam jam lamanya, namun pada akhirnya mereka kembali akur. Sementara semua itu terjadi, Tilea menemani adik kecilnya yang sedang berbaring di dalam ruang tidur adiknya. Tilea melihat adiknya dengan wajah sedih dan rasa bersalah. Dia berjanji pada dirinya sendiri, dia akan melindungi adik kecilnya agar dia tidak akan mengalami hal ini lagi. Setelah kembali akur bersama suaminya, Natalia kemudian bergegas menuju ke kamar Emilia. Di sana dia melihat Tilea yang sedang bersedih. Natalia kemudian mendekat ke arah Tilea.

"Tilea... apa yang terjadi hari ini merupakan kesalahanku sepenuhnya. Kamu jangan salahkan dirimu akan apa yang terjadi"

Tilea hanya terdiam dan melihat Emilia. Tak adanya respon dari Tilea membuat Natalia khawatir bila anaknya yang satu ini mulai membenci dirinya. Dia kemudian hanya duduk tampa berkata apa apa. Ayah Emilia, Louis dan Kakeknya Barney benar benar sangat khawatir dan ingin menjenguk Emilia. Namun mereka berdua sangat sibuk dan saat ini tidak bisa mengunjungi Emilia. Bahkan saat Louis berdebat dengan istrinya, tampa ia sadar pekerjaan miliknya semakin menumpuk.

°°°

Sehari kemudian, di suatu kamar, Emilia terbangun dari tidurnya. Di sisi kanan dan kirinya, ibu dan kakaknya masih tertidur. Sejak kejadian kemarin, Natalia dan Tilea tidak meninggalkan ruangan tersebut sama sekali. Para pelayan khawatir ini akan seperti ini untuk jangka waktu yang lama, namun mereka tidak bisa berbuat apa apa. Pada saat makan malam, para pelayan membawakan hidangan langsung ke ruangan tersebut. Tapi kedua ibu dan anak tersebut tak mengeluarkan satu patah kata sama sekali.

Louis tidak punya waktu untuk khawatir pada mereka berdua. Besok adalah hari yang penting. Jika Louis berfokus pada hal lain, ada kemungkinan rencana ini akan gagal dan Viani yang mengirim surat ke Weston akan menjadi sia sia saja. Louis mementingkan ego miliknya di bandingkan keluarga miliknya. Natalia sangat paham dengan jalan pikiran suaminya dan tidak ingin mengungkit masalah yang menurutnya sepele. Dan begitulah hari sebelumnya terlewati.

Emilia tidak membangunkan kakak dan ibunya. Dia membiarkan mereka melanjutkan tidurnya. Emilia melihat sekitar kamarnya, dia mencari seorang figur yang seharusnya sudah berada di ruangan tersebut. Namun dia tidak melihat figur tersebut sama sekali. Emilia memanggil nama figur tersebut.

"Viani?.."

Namun tak ada jawaban. Emilia kemudian turun dari tempat tidurnya. Dia terus menerus memanggil nama Viani dengar suara lembutnya. Namun tetap saja tak ada jawaban. Terdengar suara ketukan pada pintu ruangan tersebut, kemudian pintu tersebut terbuka.

"Viani!!"

Emilia mengira pelayan yang masuk adalah Viani, namun sayangnya pelayan tersebut bukanlah Viani.

"Ah nona muda, anda akhirnya siuman!... Nona sebaiknya anda berbaring dul..." Sebelum pelayan tersebut menyelesaikan kata kata miliknya, Emilia memotong.

"Viani di mana?.."

Pelayan tersebut kemudian masuk ke dalam ruangan dan menyimpan makanan yang di bawahnya di meja dekat tempat tidur.

"Viani sedang tidak ada di rumah ini nona, Nyonya memberikan Viani sebuah tugas" Kata pelayan tersebut.

Emilia terdiam sejenak, kemudian "... begitu?.."

Dia kemudian keluar dari kamar tersebut.

"Nona!!... Anda mau kemana!!.."

Emilia mengabaikan perkataan pelayan tersebut dan berlari menuju perpustakaan. Seorang pelayan muda yang berdiri tepat di depan pintu kaget melihat nona muda dari rumah keluarga ini berlari di koridor. Tak lama setelahnya seorang pelayan membawa sebuah sebuah hidangan makan pagi di tangannya keluar dari pintu tersebut.

"Tolong bawakan ini ke perpustakaan, nona muda Emilia pasti akan kesana , aku perlu membangunkan nyonya Natalia dan nona Tilea" Kata pelayan tersebut.

"Baiklah" Pelayan muda tersebut menerima hidangan makan pagi tersebut dan berjalan menuju perpustakaan.

Di perpustakaan, Emilia sedang membaca sebuah buku yang berhubungan dengan sihir. Dia duduk di sebuah sofa nyaman dan membaca buku di tangannya dengan tenang. Kemudian seseorang masuk ke perpustakaan dan membawa sebuah hidangan makan pagi. Emilia melihat pelayan muda yang membawa makanan tersebut, dia teringat bahwa dirinya masih belum memakan apa apa sejak terbangun.

Emilia menutup bukunya. Dia kemudian berdiri dan berjalan menuju sebuah meja makan yang tersedia di perpustakaan. Dikarenakan Louis yang biasanya menghabiskan waktu membaca seharian di sini dalam beberapa tugasnya, di tambah dengan Emilia yang hobi membaca. Meja tersebut diletakkan di perpustakaan. Meja tersebut tidak terlalu besar namun tak kecil juga. Emilia kemudian duduk di salah satu kursi, pelayan muda tersebut kemudian menyajikan hidangan tersebut di atas meja makan tersebut. Setelah itu dia mundur beberapa langkah dan berdiri di sana. Emilia tak berkata apa apa, dan langsung menyantap makanan tersebut. Setelah Emilia selesai menyantap makanan di meja, pelayan tersebut kemudian kembali mendekat dan membereskan meja tersebut.

"Hey kamu, siapa namamu?" Kata Emilia.

Pelayan tersebut tidak menduga ini, dan kaget akan pertanyaan Emilia.

"Na...namaku Alisha nona" Jawab Alisha.

"Alisha?.. nama yang bagus, aku akan panggil kamu Lisha. Setelah kamu selesai dengan tugas tugasmu, tolong temani aku di sini sebagai pengganti Viani untuk sementara" Kata Emilia.

"Ba..baiklah nona"

Lisha benar benar gugup berbicara dengan nona muda yang satu ini. Walaupun dia benar benar menginginkan posisi pelayan pribadi, dia tidak ingin menjadi pelayan pribadi Emilia. Ini sangat kontras dari pemikiran pelayan pelayan muda lainnya yang sangat ingin menjadi pelayan pribadi Emilia. Jika di tanya kenapa, Lisha sangat takut dengan Emilia. Jarangnya dia mengubah ekspresi wajahnya dan dinginnya suara miliknya. Emilia benar benar tidak seperti anak yang berumur lima tahun. Bahkan dengan sepuluh tahun perbedaan umur mereka, Lisha merasa seperti berhadapan oleh seseorang yang lebih tua darinya.

Saat Lisha menyelesaikan semua tugasnya, hal yang pertama dia lakukan adalah melapor kepada kepala pelayan. Mendengar apa yang Lisha katakan, kepala pelayan kemudian menyuruh dia bergegas kembali ke perpustakaan dan menemani nona muda. Sesampainya Lisha ke perpustakaan, dia melihat Emilia sudah kembali membaca buku dengan auranya yang elegan. Saat Emilia melihat Lisha di pintu perpustakaan, dia berkata.

"Lisha, kemarilah"

Lisha kemudian berjalan menuju ke sisi Emilia. Dia kemudian berdiri di sisi kanan sofa tempat Emilia membaca buku. Tak lama setelahnya dua orang masuk kedalam perpustakaan. Natalia dan Tilea melihat Emilia yang membaca buku di perpustakaan seperti biasanya, mereka kemudian mendekat ke arah Emilia. Natalia memerhatikan Emilia yang membaca dengan fokus. Emilia akhirnya menyadari seseorang datang mendekat ke arahnya dan melihat kedua orang tersebut.

"Ibu, kakak..ada perlu apa??" Kata Emilia.

Natalia menyadari sesuatu, mata Emilia yang kemarinnya berwarna hijau daun kembali menjadi mata emas seperti sebelumnya.

"Emilia.. matamu??.."

"Ada apa dengan mataku ibu??"

"Ah, tidak.. apa kamu baik baik saja?"

Emilia kemudian tersenyum " Aku baik baik saja ibu".

"Maafkan aku, ini salahku harusnya aku melarang mu waktu itu" Kata Natalia.

"Ibu tidak usah meminta maaf, kejadian itu cuma kecelakaan. Siapa sangka saat itu ledekan mana akan terjadi" Kata Emilia.

"Eh?.." Natalia dan Tilea kaget mendengar kata kata Emilia.

Emilia The WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang