V1ーCh5 : Takdir

36 2 1
                                    

Daerah vasal, Duke Lorena. Halaman belakang rumah besar keluarga Lorena.

"Viani, apa kamu benar benar yakin Emilia akan baik baik saja?" Kata Natalia.

"Nona muda akan baik baik saja. waktu aku kecil aku juga melewati masa yang sama dengan apa yang di alami Emilia sekarang, namun..." Kata Viani.

" Namun?!.."

"Ah, tidak... aku memiliki kondisi spesial tak seperti Nona muda Emilia"

Viani sebenarnya ingin memberi tahu Natalia. Mana yang di keluarkan Emilia sebenarnya tak akan membuat Emilia kecapean hingga tak sadarkan. Faktanya , mana yang berkurang dari tubuh Emilia hanya secuil saja. Alasan kenapa Emilia berada di kondisi ini karena Mana di seluruh tubuhnya berkumpul di satu tempat. Viani tak ingin membuat mereka khawatir, jadi dia hanya memberi penjelasan palsu.

"Sepertinya Nona muda tertidur saat kita semua sedang berbincang"

Viani kemudian melihat ke arah Tilea, Lalu berkata " Nona Tilea, untuk beberapa hari kedepan.. mungkin dalam seminggu , tolong perhatikan adikmu baik baik yah"

"Ah.. iya.." Tilea terdiam sesaat, lalu melanjutkan " Apa bibi Viani akan pergi ke suatu tempat "

Viani hanya mengangguk sekali.

"Kalau begitu, Nona.. Nyonya. Saya mohon pamit" Kata Viani.

"Eh.. Viani! tunggu sebentar " Kata Natalia.

"Ada apa nyonya?"

"Tolong sampaikan salamku padanya..."

"Baiklah nyonya"

Viani kemudian bergegas mempersiapkan perjalanan menuju kekerajaan Weston. Natalia melihat Viani masuk ke rumah besar. Setelah Viani sudah tak terlihat oleh mata, Natalia kemudian berkata.

"Jadi... kenapa ledakan mana bisa terjadi" Kata Natalia dengan nada sedikit marah.

"A..aku juga tak tahu ibu, aku hanya meminta Emilia untuk memfokuskan mana ke tangan miliknya" Kata Tilea.

"Kenapa kau meminta Emilia memfokuskan mana miliknya?"

"Ibu!!!... ibu sendiri yang membiarkan aku mengajarkan Emilia. Aku sama sekali tidak bisa menolaknya. Dan lagi aku tidak pernah menduga akan hal ini!!." Tilea sesaat hampir meneteskan air mata.

Melihat Tilea hampir menangis, Natalia merasa bersalah.

"Maaf Tilea, kurasa kali ini adalah salahku" Kata Natalia.

Tilea hanya terdiam, dia tidak ingin menyalahkan ibunya akan apa yang terjadi. Tapi di saat yang bersamaan, dia tidak ingin di salahkan oleh ibunya. Perasaan yang begitu berkontradiksi tersebut benar benar tidak nyaman bagi Tilea.

"Maaf, ibu.. kurasa ini memang salahku" Tilea kemudian menyalahkan dirinya sendiri.

"Tilea..."

Natalia ingin mengatakan sesuatu, namun kata kata tersebut tak mampu keluar dari mulutnya. Dia hanya melihat Tilea dengan wajah yang menunjukan rasa kasihan dan kasih sayang di saat yang bersamaan. Dia kemudian mendekatkan dirinya ke Tilea, dan memeluk anak tertuanya.

"Kurasa ini salah kita berdua kalau begitu.."

Suara Natalia terdengar lembut dan mengandung banyak perhatian di dalamnya. Perlahan Natalia melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah Tilea.

"..Untuk kedepannya, kita harus menebus kesalahan kita pada Emilia.. kita buat dia menjadi anak gadis yang paling bahagia yang ada di dunia ini " Kata Natalia.

Senyum muncul di wajah Tilea, Dia mengangguk.

" Aku berjanji, akan membuat adikku bahagia sepanjang hidupnya!!" Kata Tilea.

°°°

Dalam alam bawa sadar Emilia. Emilia berdiri di tengah tengah ruangan hitam, begitu hitam namun tak berarti ruangan itu gelap. Dia hanya berdiri terdiam melihat tangan miliknya. Kedua tangannya terlihat transparan yang membuatnya dapat di tembus pandangan mata.

Kemudian, muncul sebuah cahaya putih kekuningan yang merubah suasana ruangan hitam tersebut. Perlahan cahaya itu membentuk tubuh berupa wanita muda. Namun Emilia tidak bisa melihat jelas penampilan wanita itu. Sekujur tubuh wanita itu di terangi oleh cahaya terang, seakan tubuh wanita itu terbuat dari cahaya terang yang kekuningan.

"Takdir!... kamu memiliki takdir besar di bandingkan tubuh mungilmu itu" Kata Wanita tersebut.

Emilia hanya melihat dan mendengar tanpa berkata apa apa.

"Suatu hari nanti, kamu akan berada di posisiku. Menggantikanku dalam menjalankan tugas panjang dan melelahkan ini.

Di suatu hari, kamu akan menempatkan kaki di puncak dan dapat melihat kebawah. Tapi pada akhirnya, pilihan ada di tanganmu. Apakah kamu akan membiarkan semua itu terjadi, ataukah..."

Wanita itu berhenti sesaat, kemudian mendekat ke arah di mana Emilia berdiri.

"...Kamu akan mencapai sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak bisa capai?"

Emilia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang wanita itu katakan. Namun jauh di dalam lubuk hatinya, dia merasa kalau kata kata wanita ini harus dia ukir jelas di dalam hatinya.

"Aku menciptakanmu agar aku dapat beristirahat dengan tenang"

Wanita itu kemudian menghilang dari hadapan Emilia. Tak lama setelahnya, Emilia merasakan sesuatu yang hangat dan nyaman mengelilingi daerah sekitar matanya. Emilia perlahan menutup mata dan merasakan kehangatan itu. Dia menutup matanya dengan waktu yang cukup lama. Kemudian, dia perlahan membuka mata miliknya kembali. Apa yang dia lihat membuatnya terpesona. Ruangan hitam yang tadinya tidak memiliki apa apa, kini di penuhi oleh cahaya terang yang berwarna warni. Pandangan yang Emilia saat ini benar benar sangat indah dan mempesona. Emilia merasa ingin tetap berada di tempat ini selamanya dan menikmati pemandangan indah. Namun seketika, pandangan Emilia menjadi redup dan perlahan dia menutup mata.

°°°

Tiga hari setelahnya. Di kamar tidurnya, Emilia terbangun dan membuka matanya. Hal yang pertama kali yang ia lihat adalah plafon kamarnya. Namun selain itu, pandangan Emilia dikelilingi oleh cahaya kerlap kerlip yang berwarna warni. Dia membangunkan tubuhnya, kemudian melihat ibunya yang tertidur di sampingnya.

Natalia selama tiga hari ini terus menemani Emilia. Dia sangat mengkhawatirkan putri kecilnya. Di malam hari, dia akan membacakan buku cerita pada Emilia. Walau tahu Emilia tidak bisa mendengarkan cerita yang di bacanya, dia tetap melakukannya. Kakak Emilia, Tilea Lorena juga mengunjungi adik kecilnya setiap hari. Setelah sesi belajar dan latihannya, dia selalu bergegas menuju ke kamar Emilia. Louis, ayah Emilia sangat sibuk dengan urusan pemerintahan dan rencana independen. Tapi dia tetap menyempatkan dirinya untuk menjenguk putri kecilnya yang manis. Dan hari ini, adalah hari di mana putri kecilnya terbangun dari tidur panjangnya.

'tok..tok..tok'

Suara ketukan terdengar dari pintu kamar Emilia. Pintu kamar tersebut terbuka setelahnya. Figur orang yang masuk keruangan itu adalah seorang pria tua yang sudah beruban. Barney Lorena, kakek dari Emilia. Melihat Emilia sudah terbangun, Barney menyuruh pelayan yang berdiri di luar untuk menginformasikannya kepada Louis dan Tilea. Setelahnya dia masuk ke kamar lalu berkata.

"Oh Emilia cantik, akhirnya kau sudah bangung" Kata Barney.

Barney sangat mencitai cucunya yang satu ini. Di hari kejadian, Barney kebetulan datang berkunjung ke Rumah Besar Lorena untuk suatu alasan. Saat mendengar insiden yang terjadi pada Emilia. Hatinya terasa terperas dan khawatir akan keadaan cucu kesayangannya. Olehnya Barney memutuskan untuk menetap di kediaman Lorena hingga, setidaknya Emilia sadarkan diri. Emilia hanya memiringkan kepalanya dengan kebingungan Melihat Barney. Barney kemudian mendekat ke Emilia.

"Ada apa Emilia kenapa kamu terlihat bengung?" Kata Barney.

Emilia hanya menjawab.

"Anda siapa ya?".

Entah kenapa, terdengar suara retak setelah Emilia mengatakan itu.

Emilia The WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang