V1ーCh3 : Viani Fiolera.

60 4 2
                                    

POV: Viani

Perang saudara yang terjadi tujuh tahun lalu merupakan sebuah kejadian yang bisa di bilang telah merubah hidupku. Perang yang merebut nyawa muridku satu satunya. Muridku adalah seorang gadis cerdas dan berbakat. Dia sangat berbakat, bahkan di umur 12 tahun dia sudah mendapatkan gelar Sorcerer Supreme dan sedang membuka jalannya untuk menjadi seorang witch. Saat perang saudara terjadi, dia diwajibkan untuk berpartisipasi. Tentu saja aku menentangnya, walaupun dia telah menjadi Sorcerer Supreme. Dia masih muda dan belum dewasa, juga masih belum memiliki pengalaman yang cukup. Namun sang kaisar sangat bersikeras dan tidak ingin merubah keputusan miliknya. Aku kemudian memutuskan untuk berpartisipasi dan mendampingi muridku. Sang kaisar hanya tersenyum dan mengijinkanku untuk berpartisipasi. Orang orang dari keluarga Fiolera juga tidak ada yang menentang keputusanku. Fiolera tidak terikat oleh suatu negeri dan setiap individunya berhak menentukan jalannya sendiri. Kemungkinan itu adalah alasan kenapa tidak ada yang menentang keputusanku.

Di medan perang, aku bersama muridku bertarung melawan pasukan dari Duke Clifford. Awalnya semuanya baik baik saja, namun tiba tiba seseorang dari pasukan kaisar berusaha membunuhku di saat aku sedang fokus bertarung. Muridku kemudian dengan cepatnya mendorongku, pedang kemudian menancap di tubuh muridku. Aku berlari ke arahnya dengan cepat dan berusaha menyembuhkan dia dengan sihir, namun semuanya sudah terlambat. Hari itu aku kehilangan kesadaran dan mataku, Evil Eye... Eye of Vileness.... mengambil alih setiap tindakanku. hampir seluruh pasukan di medan perang, kawan maupun lawan mati disebabkan oleh ku yang dikendalikan oleh Evil Eye.
Hari berikutnya aku tersadarkan diri di tengah tengah tumpukan mayat yang berlumuran darah. Melihat tumpukan mayat itu, aku yakin kalau mataku ini telah mengambil alih diriku saat aku tak sadarkan diri.

Saat aku kembali ke kota, aku mendapatkan berita bahwa Duke Clifford berhasil merebut tahta dari sang kaisar dan menjadi kaisar baru di Kekaisaran Igna. Beberapa hari setelahnya, aku di tangkap sebagai tahanan perang.

Saat aku hendak di bawa ke ruang penjara. Aku bertemu dengan ibu dari muridku. Apa yang dia katakan sangat membuatku ... putus asa.

"Kau monster!!, seharusnya aku tidak mempercayakan anakku padamu!!"

Pasukan yang selamat saat Evil Eye mengambil alih diriku ternyata menceritakan apa yang terjadi. Cerita tersebut sampai ke telinga ibu muridku, dan kemudian menganggap akulah yang membunuh putrinya. Aku tak bisa berkata apa apa, dan hanya bisa terdiam. Aku sudah terbiasa di panggil monster karena mataku ini. Tapi... aku benar benar sangat merasa bersalah akan kematian muridku... Emilia Veze Fiolera. Ayah dan ibunya menerima gelar bangsawan dari kekaisaran igna, yang membuat dirinya terikat oleh ketetapan kekaisaran igna.

Ya... salah mereka yang membuat takdir Emilia berakhir seperti itu, bukan salahku... bukan salahku.... bukan..... salahku.

°°°

Di hari berikutnya, salah satu petinggi dari keluarga Fiolera datang dan membebaskanku dari penjara. Aku tidak terlalu mengerti kenapa mereka ingin membebaskanku, sampai aku di perintahkan untuk menghadap ke hadapan kepala keluarga Fiolera. Aku langsung ingat kalau setiap anggota keluarga Fiolera yang melakukan tindak kriminal akan di perintahkan untuk menghadap ke hadapan kepala keluarga. Hukuman yang akan setiap anggota keluarga Fiolera akan di tentukan oleh kepala keluarga Fiolera.

Lourel Fiolera, Witch yang telah hidup selama ribuan tahun. Dia adalah kepala keluarga Fiolera, sekaligus guru yang membimbingku untuk menjadi Witch. Saat itu dia berada di hadapanku, duduk di kursi mega bagaikan ratu dari suatu negeri. Aku berdiri di tengah tengah ruangan di saksikan oleh ratusan anggota keluarga Fiolera lainnya. Semua yang ada di ruangan itu menunggu keputusan dari Kepala Keluarga Fiolera. Suasana begitu ramai akan bisikan setiap orang yang ada di ruangan tersebut. Sampai Lourel mengangkat tangannya tanda meminta semua orang untuk diam. Lourel kemudian mengembalikan tangannya di posisi semula, lalu berkata.

Emilia The WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang