V2 ー CH 31 : Imaginary Library.

18 3 1
                                    

Entah berapa lama Emilia menyiksa Tamil. Tapi sayangnya Tamil tidak ingin membuka mulutnya sama sekali. Hal itu membuat Emilia sangat geram. Dia kemudian memotong jari Tamil satu persatu secara perlahan. Kemudian mengiris kulit Tamil dan mengupasnya sehingga daging tubuhnya terlihat. Namun tetap saja Tamil tidak ingin berbicara. Seakan ada sesuatu yang lebih menakutkan daripada siksaan yang dialaminya jika dia membuka mulutnya.

"PAK TUA JANGAN MEMBUAT KESABARANKU HABIS!!!" Kata Emilia.

Namun Tamil hanya terdiam saja tanpa mengatakan apa apa. Emilia menghela nafasnya dan berbalik melihat Viani.

"Viani.. apa kau bisa menguras informasi dari dia??. Aku punya perasaan komplotan mereka tidak sesimpel yang kukira sebelumnya."

Viani yang hanya melihat Emilia menyiksa Tamil juga berpikir serupa dengan Emilia. Jadi tanpa ragu dia membuka mata miliknya dan menatap mata tamil. Apa yang Viani lihat dengan mata miliknya membuat dirinya tercengan sesaat.

"Nona Emilia. Anda mengingat kristal misterius yang dulu anda temukan?."

Emilia mengerutkan wajahnya mendengar kata Viani.

"Tentu aku ingat?. Apa hubungannya kristal itu dengan Tamil?."

"Dalam tubuh Tamil, ada kekuatan serupa. Namun juga sedikit berbeda."

"Jadi begitu.."

Emilia tersenyum mendengar kata kata Viani. Emilia tersenyum karena menurutnya ini adalah sebuah petunjuk yang akhirnya muncul. Dia kemudian mengumpulkan Mana di tangan kanannya. Tanpa ragu dia mencekik leher Tamil. Awalnya tamil hanya tetap terdiam saja. Namun ketika ia merasakan kekuatan yang berada di tangan Emilia. Dia membuka lebar matanya dan melihat Emilia dengan rasa tidak percaya.

"D......DIVINE POWER!!!!!!."

"Hooh.... kau tahu divine power?... sepertinya orang yang ada di belakangmu itu bukanlah orang biasa."

Tamil hanya terdiam dan terus menatap Emilia dengan rasa tidak percaya dalam dirinya. Sementara itu, Viani mendengar Emilia dapat menggunakan Divine power kini mulai mengerti kenapa sang dewi ingin dirinya untuk membimbing Emilia.

"Hahahahahahaha" Tamil kemudian tertawa. " Jadi begitu...kau juga ternyata bidak catur mereka!!!.... hahaha.... MIMPI SAJA JIKA KAU PIKIR AKU AKAN MEMBERITAHUKAN LOKASI MARKAS KAMI!!!."

"Sepertinya kau salah paham..." Kata Emilia dengan nada yang tenang.

Emilia sebenarnya sangat bingung dengan apa yang di katakan Tamil. Dia sama sekali tidak tahu siapa mereka yang tamil maksud. Tapi Emilia tidak terlalu menghiraukan itu. Apa yang dia dengar dan dapat kali ini adalah sebuah petunjuk. Emilia tidak berharap jawaban akan datang dengan mudahnya.

"A.. apa maksudmu." Kata Tamil.

"Aku baru pertama kali melakukan ini... tapi karena kau memiliki secuil divine power dalam dirimu. Hal yang perlu kulakukan adalah menginvasi alam bawa sadar mu dan mencari jawaban yang ingin kuketahui."

Tamil awalnya ingin mengatakan sesuatu. Namu dia merasakan kesadaran tertarik jatuh dan tiba tiba semuanya menjadi gelap. Tak ada apa apa selain kegelapan sejauh mata memandang. Dia lalu mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Namun tak tahu dari mana arah suara tersebut berasal. Perlahan suara langkah kaki itu mendekat. Tamil ingin membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu. Namun dia tak dapat membuka mulutnya sama sekali. Jangankan membuka mulut, dia tidak dapat bergerak sama sekali.

Dia kemudian melihat ada sesuatu yang bergerak di kejauhan. Sebuah bayangan putih keemasan. Bayangan itu tak lain adalah Emilia. Dia berjalan perlahan mendekati Tamil. Emilia kemudian menjentikan jarinya. Seketika, kegelapan tergantikan oleh perpustakaan yang megah yang memiliki banyak buku yang berlimpah.

"Imaginary Library... Setiap orang memiliki tempat ini di alam bawah sadar mereka. Tempat di mana ingatan seseorang di simpan. Setiap orang memiliki akses ke imaginary library. Tapi tak semua orang memiliki akses penuh. Mengingat dan menghafal sesuatu merupakan salah satu bentuk akses ke imaginary library. Walau ku sebut Imaginary Library, tempat ini tidak harus berwujud seperti perpustakaan. Selama informasi dapat diakses. Seperti apapun bentuknya, itu adalah imaginary library."

Emilia kemudian sampai ke hadapan Tamil. Dia memegang dagu tamil dan menatap tajam mata Tamil.

"Kuberikan kau kesempatan terakhir. Katakan, dimana markas kawanan rekan sampahmu itu?!."

Tamil tidak mengatakan apapun. Dan sepertinya tidak akan membuka mulut bahkan jika nyawanya melayang. Walau begitu Emilia tersenyum. Dia kemudian mengulurkan tangannya ke samping. Sebuah buku kemudian melesat katangan Emilia.

"Kau mungkin tidak ingin memberitahukan dimana markas itu. Tapi saat aku menanyakan pertanyaan itu kau memikirkan lokasi markas mu itu. Jika ini di luar alam bawa sadar. Kau hanya akan mengingat tempat itu saja. Tapi sayang sekali. Sekarang kita berada di Imaginary Library."

Emilia kemudian melepas dagu Tamil dan membuka buku yang ada di tangannya.

" Nymph Valley?... ah.. bukannya itu bekas kerajaan Burton tempat Alisha berasal??..

Tamil yang mendengar lokasi markasnya terbongkar berusaha meronta. Namun sayangnya tubuhnya tak dapat bergerak sama sekali. Setidaknya tubuh miliknya yang berada di Imaginary Library. Tubuhnya yang berada di dunia nyata meronta ronta hingga tangan Emilia yang memegangi leher Tamil terlepas.  Itu membuat Emilia keluar dari imaginary library Tamil. Emilia saat ini terlihat sangat kelelahan. Dia duduk di tempat tidur ruangan tersebut.

" Viani tolonglah."

"BINDING."

Ivasi ke imaginary library Tamil benar benar menguras habis divine power yang ada di tubuh Emilia. Walau Emilia masih memiliki mana di dalam tubuhnya. Emilia tetap kelelahan, dan saat ini dia tak bisa mengeluarkan satu mantra sihir sama sekali. Emilia masih bisa bertarung tanpa menggunakan sihir. Tapi itu akan menguras mana dalam tubuhnya dengan cepat. Efek samping menginvasi imaginary library sangatlah besar. Itupun sebenarnya efek sampinya terkurang sedikit karena sudah ada divine power dalam tubuh Tamil. Emilia tahu betul resiko invasi imaginary library. Tapi dia tetap memutuskan untuk menggunakannya.

"Viani, bersiap siaplah. Besok kita akan ke Nymph Valley. " Emilia kemudian mengingat sesuatu.

"Ah kurasa tak bisa besok. Kita harus menunggu kesatria elios bersiap dulu. Tetap bersiap siap saja. Bersedia lebih awal tak asa salahnya juga. " Kata Emilia.

"Baiklah nona Emilia."

°°°

Di alam bawa sadar Emilia. Seorang gadis membuka matanya. Gadis itu memiliki penampilan serupa dengan Emilia. Yang membedakan hanyalah mata hijau emeraldnya saja. Gadis itu tak lain adalah Amelia.

"Emilia.. jadi kau menamakan tempat ini sebagai imaginary library. Kurasa itu nama yang cocok dari pandanganmu."

Gadis itu berdiri membangunkan badannya dari altar tempat ia tertidur.

"Walau aku tertidur selama kurang lebih lima tahun. Rasanya aku tak tertidur sama sekali. "

Ingatan Emilia dapat di lihat jelas oleh Amelia. Melihat semua ingatan itu. Amelia tersenyum. Namun tak lama senyum itu hipang dari wajahnya di gantikan dengan ekspresi sedih.

"Maafkan aku Emilia, kita belum bisa seperti dulu untuk saat ini."

Sebuah pintu besar muncul di belakang Amelia. Pintu itu di hiasi oleh tanaman hijau dan emerald yang berkilauan.

"Aku masih belum menemukan kebenarannya. "

Amelia kemudian membuka pintu besar dan megah itu.

"Kebenaran akan dunia ini. Dewa dan Dewi... tidak... para bangsa deity yang menyebut diri mereka sebagai tuhan. Aku perlu petunjuk. Imaginary Library, kau benar mengatakan setiap orang memiliki Imaginary Library. Terkhususnya orang yang memiliki Eye of Truth. Imaginary Library.. atau mungkin Library of Truth??.. tempat di mana setiap pengetahuan tercatat di dunia ini. Ah aku ingat namanya. "

Amelia kemudian memasuki ruangan di balik pintu tersebut. Meningalka kata kata yang menggema di seluruh imaginary library.

"Akashic Record.... "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Emilia The WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang