POV : Emilia
Apa yang kulihat saat ini adalah sebuah buku yang pernah ku baca sebelumnya. Aku tidak pernah memerhatikan apa yang ada di sekitarku. Apa yang terjadi hanyalah sebuah kejadian biasa yang tak ada hubungannya denganku. Amelia, alter egoku yang memiliki kekuatan Eye of Truth saat ini sedang mengendalikan tubuhku. sementara aku berada di alam bawa sadar, duduk santai membaca buku. Dia saat ini sedang melawan empat golem setinggi dua meter. Aku tahu golem itu bukanlah golem biasa. Dengan kekuatan divinity yang ada di tubuhku, aku bisa merasakan kekuatan yang sama pada golem tersebut. Golem tersebut di ciptakan oleh seorang divine being. Aku tak akan menyebutnya dewa, karina pemilik kekuatan yang ada di kristal itu belum tentu seorang dewa. Bisa saja dia seseorang yang memiliki fisik sama denganku, terlahir dengan kekuatan divinity. Terlalu banyak hal misterius yang masih tak ku ketahui tentang dunia ini. Bahkan suara yang memisahkan ego ku dan Amelia, aku tak tahu siapa atau apa dia. Aku pikir dia adalah seorang dewi. Tapi kenapa dia memisahkan ego ku dan ego Amelia?. Bukannya kekuatan divinity di sertai dengan kekuatan melihat kebenaran akan menjadi kekuatan hebat?. Aku tak mengerti sama sekali. Tapi itu bukan masalah besar, suatu hari nanti. Aku yakin, ego kami berdua akan bersatu kembali. Saat ini aku hanya bisa mempercayakan analisa Amelia saja. Tapi dia berani beraninya menyembunyikan beberapa informasi dariku. Dia pikir aku tak tahu? sangat naif, pemikiran dia sangat naif.
Awalnya aku hanya ingin menghukum dia untuk bertarung kewalahan dengan babi hutan. Tapi aku tak mengira menemukan reruntuhan ini. Melihat golem dengan kekuatan divinity, aku memilih untuk membuat Amelia bertarung dengan golem ini sebagai hukuman. Aku sendiri tahu , kekuatanku saat ini tak mampu mengalahkan golem ini. Tapi aku yakin dua orang itu akan datang membantu di saat terjadi sesuatu yang berbahaya. Viani memasang sihir pelindung dan pelacak padaku, dan kak Tilea melihat aku keluar dari kota. Saat aku merasakan keberadaan mereka sudah dekat, aku sengaja menghilangkan enchantment dari pedang batu yang ku ciptakan. Pedang itu akan hancur dan Amelia akan berada dalam bahaya. Di saat itu pula, dua orang itu akan tiba dan menyelamatkan Amelia. Hukuman ini tak hanya melukai fisik, namun jugs mental Amelia. Jika kedepannya dia ingin berbohong dan menyimpan sesuatu lagi padaku, dia tidak akan berani.
"Kau duduklah dulu di situ, aku tak tabu apa yang kau lakukan sehingga di serang golem ini. Tapi tenanglah, aku dan Viani akan mengurusnya" Kata Tilea.
Amelia hanya diam dan mengangguk. Dia saat ini tak bisa mengeluarkan kata kata. Dengan rasa takut dan tangisan tanpa henti, bagaimana mungkin gadis naif ini bisa berbicara.
"Lia, apa kau tahu mereka berdua akan datang?."
Amelia menyaiku dengan nada yang masih terisak oleh tangisan.
"Tentu"
Aku jawab dengan jujur.
"Kau jahat."
Jahat?, terserah kau mau melabeliku dengan kata apa. Biar kau menangis seribu tahun di hadapanku, itu tak akan menggerakan hatiku sama sekali. Walau semua orang yang ada di dunia ini menjadi musuhku, itu tak akan membuatku gentar.
"Ini hukuman, lain kali jangan sembunyikan sesuatu dariku."
"Eh apa maksudmu.."
Gadis ini berpura pura bodoh yah.
"Kau kira aku tak tahu, sesekali kau menyembunyikan sesuatu?. Mau itu berupa informasi ataupun lainnya. Kau bisa melihat kebenaran apa yang kau lihat, tapi hanya sebagian kebenaran yang kau berikan ke aku. Kau pikir aku bodoh?"
"Lia aku..."
"Diam saja... hari ini aku memberimu hukuman sebagai peringatan, walau aku tahu kau adalah bagian dari diriku.. aku tak akan segan segan menghapus arwahmu dari tubuhku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Emilia The Witch
FantasiaDi suatu malam gelap yang di terangi bulan purnama, seorang bayi perempuan terlahir di dunia ini. Bayi tersebut menggenggam sebuah takdir di tangannya, takdir yang akan mengakhiri dunia ini dan melahirkan dunia yang baru. Namanya adalah Emilia, di m...