19. pengakuan

311 14 0
                                    

Azi turun ke lantai bawah untuk memanggil ain. Setelah sampai bawah, Azi melihat ain sedang tertidur pulas di sofa, faaz menonton TV dan Ruzi bermain di box bayi yang di letakkan di ruang tengah. Akhirnya Azi memutuskan untuk pergi ke dapur.

"Mba, tolong bawain air anget ke kamar saya ya." Ucap Azi.

Lastri mengangguk lalu menuangkan air panas ke wadah.

"Ibu mau ngapain?" Tanya Lastri, karena melihat Azi berjalan ke arah rak piring

"Saya mau bikinin teh anget buat mas Daru"

"Oh iya Bu" jawab Lastri lalu melenggang pergi meninggalkan dapur.

***

Saat sedang berjalan menuju kamar sang majikan, batin dan otak Lastri saling bertengkar. Antara mengaku atau tidak.

"Kalo saya ngaku, nanti saya di pecat. Tapi kalo ga ngaku, kasian nyonya" gumam Lastri sendirian.

Kini sampailah ia di kamar tidur Daru dan Azi. Ia letakkan baskom berisi air hangat tadi di nakas. Ia lihat Daru masih terbaring lemah. Matanya sedikit terbuka.

"Pak?" Panggil Lastri. Daru menoleh, lalu memalingkan wajahnya.

"Pak saya mau ngomong" ucap Lastri. Daru hanya menjawabnya dengan deheman.

"Sebenarnya ibu sama mas kafien tuh ga selingkuh pak. Bapak salah paham"

Daru memasang telinganya tajam tajam, agar ia tak salah dengar pengakuan dari Lastri.

"Bener kata ibu pak, saya yang mau nyosor mas kafien."

"Kamu saya pecat" akhirnya Daru buka suara. Dan ternyata, Azi sudah berada di ambang pintu kamar nya seraya membawa segelas teh hangat untuk sang suami.

"Saya minta maaf pak Bu. Saya ga ada maksud apa apa. Cuma mau pendekatan aja sama mas kafien" Lastri membela diri.

Azi berjalan mendekati Lastri yang berdiri di samping ranjang miliknya.

"Azi ga selingkuh mas" ucap Azi.

Bagai terhantam batuan besar. Dada Daru teramat sakit dan sesak. Bahkan ia sudah menuduh istri yang sangat mencintai nya dengan hal yang bukan bukan.

"Pak, Bu, saya minta maaf. Tolong jangan pecat saya. Saya udah nyaman kerja Disni" Lastri memohon.

"Kamu ga di pecat, asal jangan jadi wanita seperti itu. Kalo emang kamu mau cari jodoh, lakuin hal yang wajar wajar aja lah. Ga harus kaya yang waktu itu" ucap Azi.

"Iya Bu. Saya terimakasih banget. Dan maaf udah buat ibu sama bapak berantem" jawab Lastri.

"Itu bukan urusan mu. Kamu ke dapur lagi aja. Ah ya, tugas kamu saya tambah. Sekarang kamu jadi asisten rumah tangga. Segala urusan rumah, kamu yang atur. Termasuk masak dan bersih bersih. Soal gaji gampang. Itu bisa di atur" ucap Azi lagi. Lastri mengangguk sopan lalu meninggalkan kamar mewah milik majikannya itu

Azi menatap Daru dengan senyuman tulus nya. Sebuah senyuman tulus karena sang suami sudah membaik. Azi berjalan menuju nakas, dan meletakkan teh hangat tadi di meja.

"Aku bantu duduk ya mas?" Ujar Azi. Daru mengangguk. Azi pun mulai menyiapkan bantal untuk Daru menyender, lalu sedikit membantu Daru menegakkan badan nya. Kini posisi Daru sudah setengah duduk, kepalanya ia senderkan di kepala ranjang.

Azi kembali melangkahkan kakinya ke pintu, lalu menutup nya rapat. Ia tau, pasti setelah ini akan ada perbincangan antara suami istri yang tidak boleh orang tau:v

"Mas pengen peluk kamu deh zi" ucap Daru dengan suaranya yang serak. Azi pun langsung menuju ranjang, dan berbaring di sebelah Daru. Detik berikutnya, Daru sudah merengkuh tubuh Azi.

My Gesrek Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang