22

5.1K 584 56
                                    

Bus berhenti di halte deket gerbang komplek, gue turun diikuti Dohwan setelahnya.

Yap, pada akhirnya Dohwan nganter gue pulang walau naik bus bareng-bareng. Ga duduk sebelahan, dia menghargai perasaan gue dengan berdiri cukup jauh karena bus lumayan penuh.

"Ma-makasih." Ucap gue yang masih sedikit terbata dengan senyum super kikuk yang pernah gue lakukan.

Dohwan senyum dan ngangguk. "Mau aku anterin sampe depan rumah?"

"Ga! Ga perlu. Disini aja." Kalo papa, mama apalagi Jaehyun liat... Bisa abis Dohwan. "Aku duluan."

Bahkan jarak kita berdiri aja bisa terlihat cukup nyata, sangat aneh untuk orang yang lagi berbincang. Tapi gue agak tersentuh sama sikapnya, yang seolah paham harus ada batas diantara kita.

"Hati-hati!" Ucapnya lembut.

Gue cuman ngangguk dan berbalik, berjalan menuju rumah.

Tampak luar, gue baik-baik aja. Tapi siapa yang menyangka kalo keringet dingin bahkan udah membanjiri punggung, leher dan tangan gue.

Gue jalan cepat bahkan lari, pengen cepet-cepet sampe kamar.

Bersyukur sekali rumah sepi, ga ada siapapun. Ga nunggu lama lagi, gue masuk kamar dan...

Bruk!

Lutut lemes banget dan tangan gue bergetar hebat. Jantung gue berdegup lebih kencang dari biasanya.

Ini kenapa?

Bukannya tadi gue ngerasa cukup bisa menerima?

Bayangan mengerikan itu perlahan kembali berputar. Menusuk seolah hendak menghancurkan isi otak ini. Berusaha hentikan itu, gue jambak rambut gue sendiri. Tangisan kecil mulai terdengar, rasanya mengerikan sekali ketika rasa sakit dari trauma ini datang, demi apapun!

"Tolong.." lirihan yang terdengar sangat memilukan ini akhirnya lolos dari mulut gue.

Hampir 15 menit gue terus melawan rasa sakit ini, sampe akhirnya gue berakhir dengan tertidur lemas dengan wajah basah karena air mata.

Sungyoung yang egois, nakal, binal, ga tau diri, si penikam temannya... adalah sebuah topeng dari rapuhnya seorang gue.

****

Sehabis mandi, gue merasa sedikit lebih baik, lebih tenang dan lebih seger aja. Orang rumah belum pada pulang kayanya, makanya gue masih berniat buat berleha-leha di dalam kamar.

Dilempar gitu aja handuk diatas ranjang. Gue ngambil hp buat cek notif chat.

Ada beberapa chat dari Mingyu yang belum kebuka. Mau buka tapi takut pengen nangis, ga dibuka tapi penasaran dicampur rindu. Percuma sih, gue juga masih ga akan bales. Bukan ga mau, tapi menahan-nahan aja.

Gue narik kursi meja belajar, mau fokus sama snapgram anak-anak yang jemput Mingyu hari ini. Dari anak 97 sampe geng gue.

Cukup banyak yang update, ini sedikit membantu gue untuk tetap tau keadaannya meski gue ga disana. Gue bersyukur sekali dia terus pulih dan keliatan sangat sehat hari ini.

Tanpa sadar gue tersenyum sambil nitikkin air mata. Gue pengen disana, pengen sama dia. Pengen dampingi dia sepanjang hari dalam hari terburuknya. Tapi..

Mingyu yang mau gue menjauh, Mingyu yang mau gue jaga jarak, Mingyu yang mau fokus sama ceweknya. Gue mengiyakan karena gue sayang, gue mau dia bisa tenang dalam hidupnya.

Really Bad Boy✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang