Sekolah mendadak rame dan ricuh. Gimana engga, seorang Kim Mingyu yang dikenal kuat dan ditakuti banyak orang.. ditusuk oleh orang yang ga dikenal di lingkungan sekolah. Sekolah itu bisa dibilang tempat yang aman selain rumah, tapi Mingyu berhasil dilukai disini.
Setelah mendapati Mingyu yang tergeletak dengan luka tusuk di perut, gue syok sih pasti. Tapi ga menye-menye nangis ala sinetron. Sesigap mungkin gue telepon ambulan, ngabarin guru-guru dan Jaehyun.
Tadinya gue yang mau dijadiin saksi sama sekolah, cuman Jaehyun ngelarang. Gue udah cerita kalo yang nusuk Mingyu ini kemungkinan Dohwan. Jaehyun ga mau gue terlibat, makanya dia yang bersedia gantiin gue sebagai saksi setelah denger detail cerita gue sebelum polisi datang.
Dan disinilah gue sekarang, dilorong UGD bersama geng gue dan anak 97 kecuali Jaehyun dan Minghao yang lagi ke kantor polisi. Minghao mau nemenin Jaehyun doang.
Chaeyeon nangis histeris, orang tua Mingyu lagi otw sini. Yang gue tau sih ortunya lagi di luar negeri. Perkiraan nyampe mungkin malam hari.
Dibilang takut dan khawatir, jelas gue rasakan. Tapi gue ga mungkin nangis kaya Chaeyeon gitu meskipun gue ingin saking takutnya Mingyu kenapa-napa. Tangan gue bergetar hebat tanpa seorang pun tau. Muka gue udah pucet mungkin.
Sambil menunggu team medis bertindak, gue jalan menjauh dari mereka. Menuju ke halaman belakang rumah sakit. Gue butuh waktu untuk menenangkan diri sendiri.
Ada sebuah pembatas antara lantai loring dengan rumput disana. Gue menopang tangan disamping pagar itu yang langsung menghadap ke halaman belakang. Disini cukup ramai, tapi gue ngambil tempat yang sedikit sepi.
Barulah gue menitikan air mata disana. Air mata yang sedari tadi gue tahan. Demi apapun, Tuhan pasti tau banget gimana khawatirnya gue sekarang. Gue nangkup wajah dengan telapak tangan. Nangis sesenggukan namun berusaha ga mengeluarkan suara yang nyaring dan berisik.
Menjauh dari Mingyu aja udah merupakan hal terberat buat gue. Sekarang gue malah harus liat dia terluka parah karena Dohwan.
Butuh beberapa belas menit gue berusaha menghentikan tangis. Mencoba berdoa walau gue ga pantas minta sama Tuhan, tapi gue bener-bener berharap luka Mingyu ga parah dan ga menimbulkan efek serius.
Tiba-tiba terfikir morif apa yang bikin Dohwan lakuin ini ke Mingyu. Emang sih belum pasti itu Dohwan, tapi dari bentuk fisik aja gue udah sangat yakin kalo itu dia. Apa mungkin misi Mingyu mulai terendus? Atau masalah lain?
Masalahnya waktu itu Dohwan kaya mata-matain gue yang kebetulan ada Mingyu disana. Apa dia niat meneror cowok yang ada di deket gue?
Tapi buat apa? Dulu Dohwan bener-bener berjanji untuk ga mengusik gue lagi.
Apa ini saatnya gue harus turun tangan?
Ok anggaplah gue sangat tolol, tapi asal kalian tau bahwa berurusan sama Sehun pun bukan pilihan baik. Nyawa Mingyu pun bisa melayang ketika misinya ga berjalan sesuai rencana. Makanya kalo berhasil, untungnya sangat besar dan menggiurkan. Karena taruhannya nyawa. Kalah dalam misi itu ada dua kemungkinan akhirnya, dibunuh musuh atau Sehun. Kenapa? Karena ini bisnis sangat berbahaya dan melibatkan banyak orang penting. Ketika kinerja seseorang tidak memuaskan, mereka akan marah dan ga ada ampun.
Ya, Mingyu sekarang udah kaya gini. Mungkin memang saatnya gue ikut campur. Bukan hanya tentang Mingyu, tapi tentang trauma gue. Gue ga mau hidup sampai akhir ditemani dengan rasa takut kepada satu orang. Rasanya sangat ga enak dan ga tenang. Gue pengen sembuh, tapi ga berhasil.
Dan mungkin dengan membantu Mingyu dalam misi ini dengan cara deketin Dohwan. Tatapannya yang terakhir kali itu, gue bisa liat dia sangat menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Bad Boy✔️✔️
Fiksi PenggemarKetika Sungyoung harus berurusan dengan pria yang merupakan pria paling brengsek yang pernah ia temui. Sialnya, ia harus jatuh cinta! 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞