Bagian 7

128 14 0
                                        

BAGIAN 7 – Ingin Bertemu

Ranum melirik jam di tangannya, waktu menunjukkan pukul 09.05 WIB. Pesan yang ia terima dari orang yang dinanti membuat ia senang sekaligus kesal. Ia kembali bepikir untuk memulai obrolan dengan sosok lelaki di seberang sana. Ranum bingung antara malu untuk memulai tapi hati masih ingin berbincang dengan sang pencuri hati, Zaviyar.

Akhirnya Ranum memberanikan diri untuk kembali memulai obrolannya dengan Zaviyar, 1 pesan pun ia luncurkan. Tak menunggu lama, balasan ia terima dan obrolan pun berlanjut dengan perasaan berbunga.

[ Ra? ]

[ Dalem, Mas? ]

Beberapa saat tak ada jawaban, membuat Ranum salah tingkah sendiri.

“Aduh… Ranum, iku jawab e kok gitu se?” Ranum menepuk-nepuk kepalanya.

Ingin menghapus, tapi terlihat dua centang biru yang menandakan pesan telah dibaca.

[ Minggu depan Insya Allah aku mau ke desa kamu lagi. Bisa kita ketemu? ]

Jantung Ranum berdendang riang mengetahui bahwa Zaviyar akan kembali berkunjung ke desanya.

[ Insya Allah ]

[ Kok? Kamu gak mau ketemu lagi? ]

[ Bukan gitu, Mas. Kita kan manusia yang hanya bisa berencana, pada akhirnya Allah juga yang menentukan. Sekarang kita bisa berencana untuk ketemu, tapi gak tahu nanti ]

[ Oh, iya. Kirain ]

[ Kirain apa? ]

[ Gak apa-apa ]

[ Selalu ]

[ Selalu apa? ]

[ Ya gitu ]

[ Gitu apa? ]

[ Tahu, ah ]

[ Gitu aja ngambek ]

[ Gak. Siapa juga yang ngambek? ]

[ Ibu guru Ranum ……… ] Dengan 1 emoticon berpikir.

[ Oh iya, kayaknya kita belum sama-sama tahu nama lengkap kita ya? Boleh aku tahu nama lengkap kamu, Ra? ]

[ Hmmm …. ] Sama seperti Zaviyar, 1 emoticon berpikir mengikuti pesan Ranum.

[ Gak boleh? ]

[ Ranum Nasha Razita ]

[ Nama yang cantik ]

[ Namanya doang yang cantik? ]

[ Orangnya manis ]

Pipi Ranum merona membaca pesan singkat itu, tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika Zaviyar mengatakan itu langsung dihadapannya. Ranum berusaha menahan senyum bahagianya, khawatir jika sampai ada orang yang melihatnya senyum-senyum sendiri.

[ Lalu, Mas Zaviyar? ] Ranum masih berusaha menetralisir kegugupannya.

[ Zaviyar Raffasya Hafis ]

[ Cakep ]

[ Apanya? ]

[ Ya, namanya ]

[ Orangnya gak? ]

Ranum menggigit bibir bawahnya, bingung harus menjawab apa. Kata 'cakep' yang terlanjur ia lontarkan dalam pesan, ternyata kembali membidik dirinya sendiri. Ingin rasanya berkata 'Mas Zaviyar mah gak cuma cakep, tapi cakep banget. Pinter pula.' Tapi Ranum tak mampu mengatakan yang sebenarnya.

[ Mas Zaviyar gak balik ngajar? ] Ranum berusaha mengalihkan pembicaraan.

[ Iya, ini sambil siap-siap ]

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang