Lima

1.7K 116 2
                                    

Aviany menatap pintu masuk Dojo. Dua minggu ini sosok yang dia harapkan tidak juga hadir. Dia merindukan tatapan tajam itu. Kata kata dingin dan datarnya juga lirikan sinisnya. Dia tahu dibalik itu semua. Sebenarnya laki laki itu seorang yang baik tapi entahlah kenapa dia bersikap seperti ini. Mungkin karena kerasnya kehidupan yang dia jalani atau juga mungkin dia pernah patah hati, sehingga seperti itu. Gadis itu menggeleng lemah.

Senpai Donny masuk dengan sebotol minuman ditangannya yang langsung disodorkan kehadapannya. Aviany menerima dengan senyum samar.

" Terima kasih. Jangan terlalu sering membelikanku minum Senpai.."

" Donny..panggil aku Donny saja. Umur kita hanya beda 3 tahun kan." Aviany mengangguk.

" Kenapa ga boleh beliin minum sering sering ?" Tanya Donny sambil menatap Aviany yang segera memalingkan mukanya.

" Nanti jadi keenakan." Jawabnya asal. Donny terkekeh.

" Aku suka ko kalau kamu keenakan." Kata kata Donny ambigu.

Haqeem yang baru datang menatapnya penuh tanya. Aviany menatap sosok yang sedari kemarin kemarin ditunggunya.

" Siapa sih yang ga keenakan dibeliin minum terus. Enak kan gratisan."

Aviany seolah mengerti arti tatapan Haqeem yang kemudian terlihat menarik napas lega.

" Don..tolong temuin Bayou di Gym. Sparta Gym."

Suara berat itu terdengar beraura perintah. Donny mengangguk patuh.

" Sekarang Shihan..?" Tanyanya kemudian.

" Tahun depan Don.."

Donny menatapnya. Haqeem menatapnya tajam.

" Sekarang Don..se..ka..ra..ng.."

Haqeem berkata sambil membawa langkahnya ke ruangannya.

" Ikut yu...kita sekalian makan malam, resto di sebelah Sparta Gym, makanannya enak banget."

Donny mengajak Aviany yang menatapnya gelisah. Haqeem menghentikan langkahnya, penasaran dengan jawaban yang akan diberikan gadis itu.

" Eehm, mau sih nyoba makan disitu. Tapi...aku harus pulang cepat. Tante masak banyak malam ini. Maaf ya."

Haqeem tersenyum samar mendengar jawaban gadis itu. Ada rasa lega terlihat di wajah datar laki laki itu.
Donny meninggalkan gadis itu yang segera menuju ruang ganti. Tidak lama dia keluar dan membereskan tasnya.

Langkahnya menuju pintu keluar. Meninggalkan Dojo dengan menyusuri side walk seperti biasanya, menuju shalter untuk menunggu angkutan umum. Sepasang mata menatapnya dari balik jendela ruangannya. Baru beberapa langkah dua orang laki laki seumurannya menjejeri langkahnya.

" Aviany kan..murid baru X5." Sapa salah satu dari mereka.

Aviany menatap laki laki itu, kemudian  mengangguk.

" Bareng aja yu..aku anter sampai rumah."

Laki laki itu menatap Aviany yang menghentikan langkahnya. Gadis itu menggeleng.

" Tidak..terima kasih..eh..."

" Luthfan..dan ini Arky."

" Terima kasih Luthfan. Aku.."

" Ada apa.." Suara berat itu mengusik mereka.

" Aah..Shihan...aku menunggu dia. Shihan yang akan mengantarku."

Aviany merapatkan tubuhnya mendekati Haqeem. Dua laki laki itu melangkah mundur. Tampak sekali wajah mereka menyimpan rasa segan. Mereka tersenyum ramah. Haqeem hanya menatapnya.

" Baiklah..kami duluan. Selamat malam bang..Avi.." ucap mereka berbarengan lalu segera masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan lambat.

Haqeem menatap gadis yang menempel disebelahnya. Merasa diperhatikan gadis itu bergeser menjauh.

" Maaf.." cicitnya ringan. Haqeem menatapnya.

" Ayo aku antar."

Haqeem memutar badannya dan melangkah kembali ke depan Dojo, dimana dia memarkir mobilnya. Aviany mengikutinya beberapa langkah dibelakangnya.
Setelah mereka duduk didalam mobil, suasana hening yang menemani.

" Shihan kemana saja dua minggu ini?"

Aviany memberanikan diri untuk membuka suara. Haqeem menatapnya.

" Namaku Haqeem." Ucapnya datar.

" Namaku Aviany." Balas Aviany sarkas.

" Aku sudah tahu."

Haqeem meliriknya sekilas. Gadis itu tersenyum. Manis sekali, batin Haqeem. Dia merutuki dirinya yang kagum disuguhi senyum tadi.

" Abang belum jawab pertanyaan saya." Suara Aviany mengusiknya.

" Aku bukan abangmu."

" Ah..yah..aku lupa. Abangku sedang bersembunyi di Amerika sana. Maaf." Haqeem gemas mendengarnya.

" Ternyata kamu bawel juga." Ketusnya. Aviany mendengus.

" Kenapa tanya aku kemana selama dua minggu ini huh." Tanya Haqeem ketus. Aviany mengangkat bahunya.

" Iseng aja. Dari pada ga ada obrolan." Jawabnya santai.

Haqeem meliriknya kesal. Gadis ini ternyata bikin kesal juga. Tapi Haqeem merasa gemas, hatinya seolah digelitik. Dia tersenyum kecut. Aviany menatap wajah Haqeem yang tegas. Dia meneliti setiap ruas wajahnya yang tanpa cela. Tapi kenapa semua orang mengatakan kalau dia tak suka perempuan. Apa benar laki laki ini gay. Aviany ragu akan itu. Gadis itu menggeser duduknya mendekati Haqeem. Laki laki itu sedikit kaget. Dia mengernyitkan keningnya.

" Kanapa ?" Tanya Haqeem penasaran.

Matanya menatap Aviany sekilas. Aviany menggeleng. Dia tersenyum. Senyum manis yang mampu menyihir Haqeem dan pasti nanti membuatnya susah tidur dan terus terbayang senyum itu. Haqeem berdecak.

" Kenapa ?"

Aviany menatap Haqeem menunggu jawaban. Laki laki itu menggeleng. Aviany membuang napasnya kasar.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang