Dua puluh Lima

1.4K 90 10
                                    

Mobil Haqeem berhenti di depan sebuah bangunan tua. Bangunan itu tampak tidak terawat. Catnya kusam dan mengelupas. Disisi bagian bangunan itu terdapat bangunan kecil seperti pos penjagaan. Haqeem mengemudikan mobilnya menuju ke sana. Dia menatap tajam orang yang berjaga di sana. Orang itu seperti mengerti, dia tersenyum dan mengangguk penuh hormat. Kemudian dia menatap seolah meminta Haqeem untuk turun.

" Tunggu sebentar." Ucap Haqeem sebelum turun dari mobil. Aviany hanya mengangguk.

Sepeninggal Haqeem, dia mulai merasa tidak tenang. Kenapa Haqeem membawanya ke tempat seperti ini, batinnya. Matanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Suasana sepi yang menyambut pandangannya. Dia berjaga jaga dengan kemungkinan yang nanti akan terjadi. Terus terang hatinya sedikit bergidik ngeri melihat pemandangan bangunan itu yang terkesan angker. Dia menggedikkan bahunya. Suasana remang juga menambah keadaan jadi kian mencekam. Aviany kembali mengedarkan pandangannya kesegala penjuru. Tidak ada seorang pun yang terlihat.

" Sepi sekali." Desisnya.

Tangannya mulai merogoh kantongnya dan mengeluarkan ponselnya. Dia berpikir untuk menghubungi Haqeem. Tapi sayang, tidak ada sedikit pun signal yang tertangkap. Dia mulai sedikit gelisah, apalagi Haqeem lumayan lama juga perginya.

" Maaf agak lama." Suara Haqeem membuat Aviany terperanjat. Matanya membulat sempurna. Dia memukul tangan Haqeem kesal.

" Kau mengagetkanku." Ucapnya ketus. Haqeem terkekeh.

" Calon istriku tidak boleh penakut." Haqeem mengusap kepala Aviany penuh sayang.

" Aku tidak takut..hanya.."

" Ayo kita turun. Mereka sudah menunggu. Sebentar aku ambil ini dulu."  Potong Haqeem cepat.

" Mereka siapa?" Tanya Aviany. Matanya menatap Haqeem penuh curiga. Lelaki itu hanya tersenyum.

Haqeem mengajak Aviany untuk turun, tapi dia mengambil sebuah kotak kecil terlebih dulu dari laci mobil. Kemudian dia turun dan membukan pintu untuk Aviany. Dia merangkul wanita itu menuju dalam bangunan. Aviany menatap lelaki yang berjalan tenang disebelahnya.

" Tidakkah kau ingin memberitahuku siapa yang akan kita temui?"

" Nope."

Aviany berdecak. Haqeem mengacak sayang rambut wanitanya. Kemudian mengecup pelipisnya. Aviany menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu.

Dikejauhan Aviany melihat beberapa orang berdiri membelakanginya. Mereka menghadap ke sebuah meja yang ternyata berisi bermacam makanan dan minuman. Aviany menatapi satu persatu orang orang berdiri disana.  Disana berdiri orang orang yang dia kenali. Ada Ibu, Tante Yentri, Bayou, Aryani dan bayinya, Alina, Theodore, Bi Nori, laki laki yang beberapa hari lalu menghadangnya dan...

" Abang..." Lirih Aviany.

Dia seolah tak percaya menatap seorang lelaki yang berdiri disana dengan topi dan kaca mata hitam. Jacket panjang hitam menutupi tubuhnya. Dia menghampiri orang tersebut.

" Abang.." jerit Aviany, tubuhnya dihamburkan ke dalam pelukan orang itu yang telah merentangkan tangannya. Dia memeluk tubuh yang dia rindukan itu dengan erat. Dia kemudian sedikit meregangkan pelukannya. Kemudian dia membuka topi dan kaca mata hitamnya.

" Abang, Aku kangen." Aviany menyusupkan wajahnya kepelukan hangat abangnya.

" Adiknya abang sudah besar dan cantik sekali." Suara lelaki itu terdengar sedikit bergetar.

" Aku rasa cukup kangen kangenannya. Dan kau harus tahu yang kau peluk itu calon istriku. Aku tidak suka ada yang memeluknya selain aku."

Suara dingin Haqeem membuat mereka saling meregangkan pelukannya. Aviany mencibir dan lelaki itu mendengus kesal. Sementara yang lain tertawa pelan.

" Kau kurang ajar sekali. Kalau tidak karena adik kecilku ini mencintaimu, sudah kubunuh kau." Suara lelaki itu terdengar dingin tak bersahabat.

" Bang Juan......" Aviany terdengar sedikit merengek. Lelaki itu tertawa pelan. Dia mengusap sayang kepala adiknya.

" Aku akan membunuhnya, jika dia menyakitimu, sayang." Ucapnya tegas.

Haqeem tertawa pelan. Theodore yang sedang menikmati minumannya menatap mereka. Bayou juga tampak tegang.

" Aku akan menjaga wanitaku ini dengan nyawaku." Ucap Haqeem tenang.

Dia meraih tubuh Aviany dan memeluknya erat. Kemudian dia mencium keningnya dengan sangat lembut.

" Aku mencintainya, jadi mana mungkin aku menyakitinya." Ucapnya lagi. Matanya menatap tajam lelaki itu yang juga menatapnya dingin.

" Aku akan pegang janjimu. Jagalah adik kecilku dan menikahlah." Ucap lelaki itu dengan senyum miring tergambar diwajahnya.

Haqeem tersenyum, dia kemudian membuka kotak kecil yang tadi dibawanya dihadapan Aviany.

" Jadilah istriku, maka aku akan menjagamu seumur hidupku dan kupastikan kau akan selalu bahagia." Ucap Haqeem dengan senyum terulas di bibirnya. Aviany tersenyum lalu mengangguk.

" Tentu. Abangku akan membunuhmu jika kau tidak menikahiku." Jawabnya ringan.

Haqeem menyematkan cincin berlian cantik dijari manis Aviany. Wanita itu tertawa bahagia. Haqeem menatapnya penuh cinta. Kemudian mereka saling menyatukan bibirnya. 

Bayou berdecak sambil menatap pasangan yang sedang berbahagia itu.

" Betul betul tidak romantis." Cetusnya.

Aryani tertawa pelan. Sementara yang lainnya ikut tergelak. Kebahagian tampak melingkupi mereka.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang