Haqeem menatap gadis yang menuju ke arahnya dengan tatapan tajam. Wajahnya terlihat pucat diliputi amarah. Hilang sudah pemandangan wajah merona dengan bibir kecilnya menyungging senyum. Mata itu juga tidak lagi berkilat ceria. Haqeem sedikit heran dengan perubahan yang demikian cepat.
" Jangan pernah meninggalkanku sendiri di tempat yang tidak aku kenal. Aku takut tersesat." Suaranya memburu penuh rasa kesal. Haqeem mengernyit.
" Tersesat..?" Tanyanya heran. Gadis itu mengangguk cepat.
" Ya....tersesat. Aku takut tersesat." Ucapnya lirih. Matanya terlihat berkaca kaca.
" Kau tidak akan tersesat." Haqeem menatapnya sedikit cemas, " Aku akan mencarimu jika kau tersesat." Lanjutnya menenangkan.
Aviany menggangguk, kemudian ikut menempatkan tubuhnya disebelah Haqeem.
" Kenapa kau berpikir akan tersesat?" Haqeem bertanya serius. Aviany menatapnya.
" Aku tidak mengenal tempat ini."
" Kau pernah tersesat?" Haqeem bertanya lagi. Aviany mengangguk.
" Ya..dulu..ketika pergi keluar kota dengan abang. Aku terpisah dari abang." Haqeem tersenyum samar.
" Kau tidak akan pernah tersesat lagi. Aku akan selalu menemanimu."
Kata kata itu meluncur begitu saja dari mulut Haqeem. Dia seolah tidak sadar dengan apa yang diucapkannya. Aviany menatap laki laki yang duduk santai disebelahnya. Haqeem yang sadar sedang diperhatikan balas menatapnya. Dia menggeleng gelisah. Tangannya sibuk menguar rambut hitam gondrongnya.
" Kenapa kau mau pulang diantar aku, kenapa kau mau ikut pergi denganku dan kenapa kau bertanya tentang ketidak beradaanku selama dua minggu kemarin.."
Pertanyaan Haqeem yang begitu banyak membuat Aviany menatapnya dengan kening berkerut.
" Maksudnya.."
" Seharusnya kau jangan berdekatan denganku dan tidak usah memberikan perhatian padaku."
" Eh, kenapa.."
" Aku bukan orang baik. Seharusnya kau tidak berteman denganku." Aviany menatap Haqeem.
" Kau tidak pantas berteman denganku." Ucapnya dengan nada gusar. Tampak sekali raut wajahnya menyiratkan keletihan.
" Aku yang menentukan dengan siapa aku berteman. Aku juga tidak tahu kenapa aku mau diantar dan pergi denganmu dan rasa ingin tahuku tentang dirimu yang menghilang selama dua minggu itu terlontar begitu saja karena pertanyaan itu telah terendap diotakku. Yang aku tahu aku merasa nyaman berada didekatmu, yang aku tahu ada debaran aneh tapi begitu membuatku senang ketika menatap matamu. Aku juga tidak tahu kenapa, karena ini baru pertama kali kurasakan."
Haqeem menatap gadis itu yang bicara dengan lugas. Dia semakin tersudut.
" Aku berusaha menghindarimu, berusaha mengenyahkan rasa yang hadir. Aku laki laki dewasa, aku dapat mengartikan rasa yang aku punya. Dua minggu aku mencobanya dan aku menyerah."
Mata itu terlihat berkabut, lelah, gusar dan marah. Haqeem merasa frustasi.
" Dan sekarang, jawaban kau barusan membuatku semakin terbebani. Aku tidak lagi bisa menolak. Aku kalah. Aku menyerah."
Haqeem berdiri sedikit menjauh. Dia membuka sweaternya, lalu membuka kaosnya. Tampak tatto menghiasi hampir semua bagian tubuhnya. Aviany menatapnya tak berkedip.
" Kau lihat. Masih mau berdekatan. Masih mau berteman denganku. Belum lagi kau melihat kehidupanku. Kau belum lihat aku marah dan membunuh orang. Masih tidak takut berada disisiku."
Aviany tersenyum memandang Haqeem. Senyum yang membuat laki laki itu semakin pasrah. Dia merasa terpuruk dalam pesona gadis dihadapannya.
" Eeerrrggh..." erangnya kesal.
" Aku selalu berhasil menjauh dari gadis mana pun. Aku selalu tidak punya rasa seperti ini. Aaaahhh...Aku jatuh cinta. Setelah sekian lama aku selalu berhasil menghindarinya." Haqeem menatap Aviany yang tak henti tersenyum menatapnya.
" Heeeuuh...jangan tersenyum semanis itu. Jangan bertingkah secantik itu. Jangan buat aku lebih dalam jatuh akan pesonamu."
Aviany tergelak. Tawa itu begitu merdu. Satu lagi yang membuatnya semakin menyerah. Haqeem benar benar kalah.
" Jangan menghindariku lagi. Tetaplah disebelahku. Tetaplah menemaniku disetiap hujan dan mengusir takutku akan petir. Tetap genggam tanganku ditempat yang tak kukenal, agar aku tidak tersesat. Aku tidak merasa takut dengan tattoo itu, aku juga akan meredam amarahmu. Aku yang akan mengingatkan agar kau tidak lagi membunuh. Jika kau jatuh cinta, biarkan aku membalasnya dengan rasa yang sama. Aku juga merasakannya."
" Ini tidak akan mudah." Desis Haqeem. Aviany menggeleng tegas.
" Kita akan membuatnya mudah." Ucapnya ringan.
Lalu gadis itu dengan sekali gerakan memeluk Haqeem, menghadirkan gelenyar nyaman di hati laki laki itu. Haqeem membalas pelukan itu hangat. Mereka tenggelam dalam rasa yang menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love ( Completed )
General FictionHaqeem El Barrack tidak pernah menyangka, dikehidupannya yang selalu berteman dengan kekerasan dan kegelapan ternyata menemukan cahaya dari cinta tulus seorang gadis lugu. Gadis yang tanpa malu dan takut mengakuinya sebagai kekasihnya. Selama ini Ha...