Dua Puluh Tiga

1.4K 86 7
                                    

Ketika kata ' Yes I do' Aviany ucapkan. Maka Haqeem serius mempersiapkan pernikahannya. Bayou dan Ibu juga Tante Yentri dibuat sibuk karena Haqeem meminta pernikahan itu dilaksanakan secepatnya.

" Lo gila, Bro. Selalu bikin repot orang." Protes Bayou, ketika Haqeem minta pernikahan itu dilaksanakan dalam waktu satu minggu.

" Oh jadi lo ngerasa direpotin nih?"

Haqeem menatap tajam Bayou yang sedang menatapnya datar.

" Iyalah, kapan lo ga bikin repot. Gua yang selalu kena getahnya. Lo inget waktu Jemima marah marah karena lo nolak dia. Cewek itu nyangka gua sama lo pasangan gay, makanya lo nolak dia. Terus waktu Ranine nampar gua karena ga ngasih tau keberadaan lo. Trus gua juga yang harus bantu lo nyari Aviany waktu dia ngambek. Trus..."

" Halaaah...Trus..trus..lo kebanyakan bilang trus..gua bilang apa, Bro. Ntar lo nubruk tau." Potong Haqeem kesal.

" Ah, dasar gila lo." Sungut Bayou. Tangannya memukul lengan Haqeem yang meringis karenanya.

" Gila.. gila..gini gini gua sodara lo tau." Semprot Haqeem kesal.

" Nah itu kagak enaknya. Gimana gua mau marah coba sama lo. Lo tuh sodara gua, man. Kampret banget kan." Ucap Bayou sambil menoyor kepala Haqeem. Lelaki itu terkekeh.

" You, jaga bicaranya. Sekarang kau sudah punya anak. Mau anakmu mengikuti?" Suara lembut ibu menengahi.

" Maaf bu. Bocah nyebelin ini bikin Bayou pusing bu." Ucap Bayou sambil menatap garang Haqeem yang cengar cengir.

" You, dia saudaramu."

Ibu memukul pelan lengan Bayou yang tergelak karena perlakuan Ibu.

" Iya Ibu kanjeng dan Bayou menyayanginya."

Bayou merangkul Haqeem dan mencium puncak kepalanya.

" Ih, jijik. Ntar beneran disangka gay, monyong."

Haqeem menepis Bayou yang tertawa senang. Haqeem memukul lengan Bayou.

" Aduuh gila lo, sakit." Bayou mengaduh.

" Haqeem.."

" Siap Ibu kanjeng."

Mereka saling berangkulan penuh kasih. Ibu menatap dua putra kesayangannya.

" Suamiku tidak berselingkuh dengan adikku kan?" Suara Aryani yang datang sambil mengendong Jericho, bayi yang dilahirkannya sepuluh hari lalu membuat Haqeem dan Bayou melepaskan rangkulannya.

" Istriku cemburu."

Bayou menghampiri Aryani dan mengecup bibirnya lalu mengambil alih Jericho. Haqeem terkekeh. Ibu tertawa pelan. Aryani tersipu.

" Jadi bagaimana persiapannya?" Tanya Aryani sambil menatap ibu dan Bayou. Sementara Haqeem malah berlalu menuju dapur.

" Hampir beres lima atau enam puluh persen." Jawab Bayou, matanya menatap sayang Jericho yang ada di pangkuannya. Ibu mengangguk setuju.

" Syukurlah. Maaf aku tidak bisa membantu." Ucap Aryani sedikit menyesal.

" Kau sudah sangat membantu dengan mengurusi anak tampan ini."

Aryani tersenyum. Ibu juga tersenyum sambil mengangguk.

" Aku harus bertemu Aviany. Dia masih bingung memilih baju pengantinnya." Tiba tiba Haqeem datang dengan segelas coklat hangat ditangannya. Dia meminum isi gelas itu dengan tergesa.

" Hati hati. Pelan pelan saja nanti tersedak, Qeem." Ibu menasehati. Haqeem terkekeh.

" Sudah habis bu."

" Kalau udah tuan putri memanggil langsung deh semangat." Ejek Bayou.

" Kayak lo ga aja dulu. Lo malah sampe jingkrak jingkrak kalo Aryani minta dianter ke kampus."

Haqeem balas mengejek Bayou yang mukanya terlihat jadi kesal.

" Qeem, lo jangan buka aib dong."

" Bodo amat. Pergi dulu ya bu."

Haqeem menghampiri ibu dan mencium punggung tangannya dengan santun. Lalu dia melangkah menuju keluar rumah.

" Ar, ati ati tuh. Jericho jangan kayak bapanya. Rese." Ucapnya sebelum hilang dibalik pintu.

" Dasar bocah edan." Sungut Bayou.

Bayou lalu bangkit dan membawa Jericho yang tertidur menuju kamar. Ibu dan Aryani menatapinya dengan senyum.

" Mereka itu selalu begitu. Bercanda, ribut, saling ejek, tapi Ibu tahu mereka saling mengasihi. Bayou begitu menyayangi Haqeem, begitu juga sebaliknya."

" Iya bu. Ar tahu itu. Bahkan Haqeem yang pertama terlihat begitu senang ketika Ar mau menikah dengan Bayou. Dia bilang, dia merasa tenang dua orang yang disayanginya bisa bersatu." Aryani menghela napas perlahan.

" Dan sekarang Ar juga senang bu, Haqeem mendapatkan orang yang tepat. Avi itu begitu baik dan sangat mencintai Haqeem."

Aryani menatap Ibu yang mengangguk dengan senyum tersungging di bibirnya.

" Begitu pun Haqeem. Dia terlihat sekali begitu mencintai Aviany. Kita doakan agar mereka langgeng." Ucap Ibu dengan suara lembut dan tulus.

" Doakan Ar dan Bayou juga bu."

" Itu sudah pasti sayang."

Mereka saling tatap dalam senyuman.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang