Enam

1.6K 117 2
                                    

Pagi ini udara terasa begitu dingin. Angin berhembus sedikit kencang dan tituk titik gerimis menyambut memulai hari. Dengan mengeratkan jaketnya Aviany menyusuri side walk menuju sekolahnya. Jarak antara rumah dan sekolahnya tidak begitu jauh.

Aviany membenahi tutup kepalanya yang tertiup angin. Dia berdecak kesal dan mengumpat lirih. Sepasang mata menatap tajam dari kejauhan. Memperhatikan semua pergerakan yang dilakukan oleh gadis itu. Aviany bukannya tidak menyadari akan sepasang mata itu. Dia cukup tahu dan mengenali mobil yang terparkir tidak jauh dari pintu gerbang sekolahnya. Tapi dia berusaha untuk tidak memperhatikannya. Memasuki kelasnya yang sudah ramai. Dia berjalan lambat menuju bangkunya. Sebuah kotak plastik berwarna hijau terlihat diatas mejanya. Kotak itu lumayan besar.

" Waah..mimpi apa kamu semalam, tadi sebelum kamu datang bang Haqeem meletakkan itu."

Aviany disambut Diana teman sebangkunya, Dia menunjuk kotak plastik di atas mejanya. Aviany menatap Diana, lalu meraih kotak itu yang ternyata lumayan berat. Kemudian dia membukanya. Beberapa botol minuman berbagai merk terlihat didalam kotak plastik itu. Aviany tersenyum menatapnya.

" Kenapa bang Haqeem ngirim minuman banyak amat. Nyuruh jualan gitu..?" Tanya Frida yang tadi ikut menatap penuh ingin tahu kotak plastik yang tersimpan di atas meja Aviany. Beberapa murid ikut menatapnya penasaran.

" Ga...dia mungkin ngirim ini supaya aku ga kehausan." Aviany menjawab diiringi kekehan.

" Tapi banyak banget Vi."

" Kalian boleh ambil ko kalau mau." Frida dan Diana tersenyum.

" Serius nih..."

" Iya..ambil aja."

Frida dan Diana masing masing mengambil satu botol minuman. Beberapa murid yang tadi menatapinya ikut juga mengambil.

" Thank you ya Vi, bilang bang Haqeem sering sering gitu." Ujar Diana dengan senyum senang. Aviany tersenyum.

" Terima kasih Vi.." Serempak mereka berucap.

Sementara diluar kelas terdengar ribut ribut. Apalagi Amelia dan angelsnya yang terkenal biang ribut itu. Suara cemprengnya terdengar menyakitkan telinga dipagi sejuk bergerimis itu.

" Bang Haqeem...ko ke sini ga bilang bilang siih...iiih..."

Tuh..suara manja dibuat buat itu terdengar. Aviany tertawa mendengarnya. Tawanya segera terhenti ketika sosok tinggi besar itu berdiri diambang pintu kelasnya. Dia menatapnya tajam. Tangannya terangkat seolah memberi isyarat agar gadis itu menghampirinya. Aviany berjalan mendekatinya. Tangan besar itu menarik tangan mungil gadis itu. Lalu berjalan melintasi koridor sekolah menuju ke luar sekolah. Aviany agak kerepotan menjejeri langkahnya yang cepat.

" Mau kemana sih.."

Pertanyaan yang percuma karena tanpa tanggapan. Haqeem membukakan pintu mobilnya dan mendorong pelan gadis itu agar masuk. Lalu dia pun masuk ke dalam mobil dan duduk didepan kemudi. Wajahnya tampak tegang, sorot matanya diliputi kegelisahan. Aviany menatapnya tanpa kedip.

" Kenapa tadi kamu tidak menghampiriku ?" Tanyanya ketus.

Aviany menatapnya, tidak ada jawaban yang terlontar. Haqeem melirik gadis disebelahnya. Aviany gelagapan. Jantungnya berdebar tak karuan. Ada sesuatu yang terasa hangat menjalari hatinya.

" Kenapa.." Suara itu melunak.

" Aku....aku tidak tahu kalau kau datang untukku." Aviany menjawab gugup. Haqeem menatapnya. Tatapan matanya melembut.

" Pelajaran apa hari ini ?" Tanyanya kemudian.

" Sebenarnya hari ini free class, karena kami sudah ujian untuk kenaikan kelas."

" Kalau begitu bisa ikut denganku." Aviany menatap Haqeem tak percaya.

" Mau pergi kemana ?"

Haqeem tidak butuh jawaban gadis itu, apalagi menjawab pertanyaannya. Dia segera menjalankan mobilnya menuju jalan raya.

" Hey..aku belum bilang iya, lalu bagaimana dengan tas dan minuman yang kau kirim.."

Haqeem hanya menatap sekilas gadis disebelahnya. Tapi kemudian menghentikan mobil dengan mendadak. Suara klakson terdengar tapi laki laki itu seolah tidak peduli. Dia mendekat ke arah Aviany. Gadis itu menahan napas melihat perlakuan Haqeem yang memasangkan seat belt untuk dirinya. Lalu kembali bernapas lega setelah laki laki itu kembali ke posisinya. Mobil kembali melaju membelah jalan yang masih diguyur tetesan hujan yang kini bertambah deras. Aviany mengeratkan jaketnya. Penghangat di dalam mobil seolah tidak mengusir hawa dingin yang dirasakannya.

" Aku benci hujan." Umpatnya pelan. Haqeem meliriknya.

" Ganti jaketmu dengan sweater yang ada di jok belakang. Mungkin jaketmu  basah jadi kau kedinginan."

Aviany melayangkan pandangannya ke jok belakang. Ada sweater berwarna abu abu di sana. Gadis itu meraihnya dan tanpa ragu membuka jaketnya dan menggantinya dengan sweater itu.

" Lebih hangat kan.."

Suara itu datar tapi menyiratkan perhatian. Aviany mengangguk.

" Terima kasih." Ucapnya tulus.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang