Sepuluh

1.5K 103 4
                                    

Hampir satu bulan setelah percakapan yang cukup akrab itu, Haqeem kembali menghilang. Dia tidak menemui Aviany lagi. Gadis itu merasa kesal dengan sikapnya yang tidak jelas itu. Misterius. Dia tidak dapat menemuinya di Dojo, bahkan dia mampir ke Sparta Gym tapi juga tidak ada.

Terakhir dengan nekad dia mendatangi rumah megah diujung jalan kota itu. Rumah yang terlihat paling besar diantara rumah yang lainnya. Sesampainya di depan pintu gerbang besar berwarna hitam, gadis itu menemui security yang sedang berjaga disana.

" Selamat sore pa eh mas, saya Aviany keponakan Tante Yentri. Mas tahu kan tante saya pemilik mini market diujung jalan sebelah sana. Saya..saya.."

Ragu Aviany menatap Security dengan nama Agustian tertempel di dadanya sebelah kanan. Laki laki usia tiga puluhan itu tersenyum ramah.

" Masuk saja Non. Silahkan.." ucapnya sopan sambil membuka pintu dengan seksama.

Aviany menatapnya heran tapi tak urung melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah yang luas itu.

" Terima kasih." Ucapnya lirih.

Dia membuka pintu kayu besar berwarna coklat dengan perlahan. Setelah mengetuk beberapa kali tidak ada sahutan. Sebenarnya dia ingin mengurungkan niatnya untuk masuk. Tapi rasa penasaran membuatnya melangkahkan kakinya.

" Permisi.."

Sepi..tak ada seorang pun disana, hanya gema suaranya yang terdengar sayup memecah sepi. Aviany mengikuti nalurinya. Berjalan perlahan sambil tak henti menoleh kiri kanan, siapa tahu ada seseorang disana. Dia menaiki tangga menuju lantai dua. Lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Ada sebuah pintu terbuka, sedikit terbuka tepatnya. Aviany menghampirinya. Dia melihat ke dalam, yang ternyata kamar. Entahlah kamar siapa. Tapi sepertinya kamar laki laki. Dia menatapi semua barang barang yang ada disana. Sampai menemukan sebuah bingkai berwarna hitam dan disana terpasang photo dirinya yang sedang tertawa. Dia sendiri tidak tahu photo itu kapan diambil dan oleh siapa. Tapi sepertinya itu photo beberapa bulan lalu, ketika dia belum lama pindah ke kota kecil ini.

" Sedang apa kau di kamarku."

" Aaah..."

Suara itu mengagetkan Aviany. Dia reflek menyimpan bingkai photo tadi dan berbalik. Sesosok tinggi besar dengan mata menyorot tajam menatapnya. Aviany seolah terhipnotis.

" Sedang apa disini." Suara itu kembali terdengar.

" Aku..aku mencarimu. Aku tadi dipersilahkan masuk oleh.."

" Untuk apa mencariku." Suara itu begitu terdengar penuh luka. Aviany menatapnya.

" Aku ...ehm, sudah hampir satu bulan setelah kita pergi ke pegunungan itu, kau tidak lagi menemuiku."

" Haruskah.."  Suara itu terdengar parau dan getir. Aviany mengernyit.

" Ada apa ...tolong jelaskan."

" Tidak perlu penjelasan. Semuanya sudah jelas dan aku telah kalah."

" Apa maksudmu..?"

Aviany sedikit berteriak. Ada nada kesal dalam ucapannya. Aviany menatap Haqeem yang menghindarinya dengan membalikkan tubuhnya. Aviany berjalan berputar kehadapan Haqeem yang kini tertunduk begitu dalam.

" Tatap mataku. Lalu katakan ada apa. Haqeem..please.."

Aviany mulai tidak sabar. Dia menggoyang goyangkan lengan kekar bertatoo itu. Haqeem menggeleng. Dia tetap tertunduk dalam. Aviany menunggu. Tapi tidak ada peegerakan dari laki laki dihadapannya. Dia menghembuskan napas sedikit kasar.

" Baik..kalau kau tidak mau mengatakannya. Aku juga tidak peduli. Kau pernah bilang bahwa kau tidak pantas untukku, tapi sepertinya aku yang tidak pantas untukmu." Aviany menarik napas menjeda ucapannya.

" Aku hanya gadis kecil, yatim piatu, tidak cantik, tidak seksi. Aku hanya gadis biasa yang berharap terlalu tinggi. Fine...Haqeem El Barrack. Thank you for yesterday. Good bye."

Aviany meninggalkan Haqeem dengan tergesa. Ada air mata tanpa dia inginkan bergulir melewati pipi mulusnya.

" Shit..!!!" Umpat Haqeem kesal. Dia menatap punggung gadis yang sangat dicintainya pergi menjauh.

" Mungkin ini yang terbaik. Kau berhak mendapatkan yang terbaik. Seseorang yang lebih baik dariku. Aku mencintaimu, Vi."

Nada letih, marah, kesal dan kalah terdengar dalam ucapannya.

" Lalu kalo lo cinta, kenapa lo ga kejar dia. Lo berhak bahagia Qeem. Lo kejar dia. Jangan mengalah begini. Lo tahu kan dia juga cinta sama lo."

Bayou yang masuk secara tiba tiba membuat Haqeem meringis mendengar ucapannya.

" Tapi gua ga pantes buat dia, You." Lirihnya.

" Terus siapa yang pantes, cowo yang lo liat sama dia dua minggu lalu gitu. Haqeem..lo sadar ga sih..udah bikin dia patah hati. Gua tadi yang papasan sama dia aja ga tega liat dia nangis gitu." Bayou menghela napas.

" Temui dia dan tanyakan siapa cowo itu. Dia berhak menjelaskan. Hidup lo udah kacau, man. Jangan lo bikin tambah kacau. Gua, Aryani dan ibu udah seneng liat lo kemarin terlihat ceria. Temui dia, Bro."

Bayou pergi meninggalkan Haqeem yang berdiri terpaku. Dia menghela napas lelah.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang