Dua Puluh Satu

1.4K 102 3
                                    

Wajah Haqeem memerah, rahangnya mengetat. Dia terlihat marah. Dia kembali menatap tulisan di buku tebal milik Aviany. Buku yang semalam dia temukan di laci belajarnya tanpa sengaja.

Malam tadi seperti biasa dia mengantarkan Aviany ke rumahnya dan akan menemaninya terlebih dulu sampai dia tertidur. Setelah Aviany terlelap dia akan bergegas pulang. Dimana sebelumnya dia akan mengecup lama kening wanita yang teramat dicintainya itu. Tapi malam tadi setelah hampir satu tahun mereka bersama, tangannya iseng membuka laci meja belajarnya. Dia menemukan buku tebal disana. Entahlah apa yang membuat Haqeem ingin mengambilnya dan membukanya. Lalu dengan teliti matanya membaca tulisan yang ada di buku itu kata demi kata. Entah sampai lembar keberapa. Membuatnya tetap terduduk di kamar itu.

" Ini buku ungkapan perasaaanmu." Ucapnya geram. Dia melirik sinis wanita yang tertidur lelap itu.

Haqeem berdecak kesal. Dia marah. Buku itu seolah menunjukan sisi lain kekasihnya itu.

" Sebaiknya kita memang tidak usah bersama, dari awal sudah aku katakan. Aku tidak pantas untukmu." Ucapnya datar.

Haqeem melangkah keluar dari kamar Aviany. Setelah melemparkan buku tebal itu ke atas tempat tidur. Tapi langkahnya terhenti, dia kembali ke kamar kekasihnya.

" Aku tidak mau pergi dengan perasaan marah dan tidak tenang. Aku harus meminta penjelasannya."  Ucapnya dengan nada kesal.

" Qeem, ada apa. Kau belum pulang?" Suara seorang wanita mengagetkan Haqeem. Dia menoleh dan menatap wanita itu.

" Tante, mengagetkan saja. Aku mau pulang tapi.." Haqeem ragu untuk melanjutkan ucapannya.

" Ini hampir pagi, kau ketiduran atau apa?"

Haqeem menatap tante Yentri lalu menggeleng. Sinar matanya masih berkilat menyimpan amarahnya.

" Ada apa, kau bertengkar dengan Avi?" Tante Yentri bertanya sambil menatapnya.

" Duduklah dan bicara. Mungkin tante bisa menjawab pertanyaanmu." Tante Tentri mengajaknya untuk duduk. Haqeem menatap sekilas, tapi kemudian menurutinya.

" Katakan, ada apa?"

Haqeem menatap ragu wanita di depannya. Dia menarik napas pelan lalu menghembuskannya.

" Aku tadi membaca buku tebal milik Aviany." Haqeem menatap Tante Yentri yang sedikit menarik alisnya ke atas.

" Ya, itu memang tidak sopan. Maaf. Tapi aku jadi tahu perasaan dia yang sebenarnya."

" Perasaannya yang mana. Bukankah kau tahu, dia begitu mencintaimu?"

" Ya, aku tahu itu. Tapi dia menyesali apa yang kita lakukan." Haqeem menatap Tante Yentri dingin. Wanita itu tersenyum. Dia seolah tahu arah pembicaraan Haqeem.

" Dengar, keponakanku itu tidak pernah merasakan jatuh cinta. Semua teman lelakinya tidak ada yang dapat membuatnya jatuh cinta. Tidak juga Mikhael yang begitu lama menjadi sahabatnya. Padahal Mikhael begitu mencintainya. Dia begitu hati hati untuk jatuh cinta dan dia selalu berkata kepadaku bahwa dia tidak akan pernah menyerahkan dirinya selain kepada suaminya. Dia tidak menyukai sex before marriage. Dia takut, jika dia menyerahkan diri sebelum menikah. Lelaki itu akan dengan mudah meninggalkannya. Dia tidak mau itu terjadi." Tante Yentri menarik napasnya sekejap. Lalu menatap Haqeem.

" Lalu dia bertemu denganmu. Dia jatuh cinta. Dia katakan itu berulang ulang padaku. Dia jatuh cinta padamu. Tapi fakta mengatakan bahwa kau tidak pernah jatuh cinta dan tidak mau terikat membuatnya takut. Dia tahu kau seperti itu karena kau selalu beranggapan cinta sejati itu tidak pernah ada. Kau selalu merasa tidak pantas dicintai. Kau selalu menyangka wanita itu hanya mengejar uangmu saja. Dia ingin meyakinkanmu bahwa cinta tulus itu ada. Karena itulah dia menyerahkan dirinya kepadamu. Walaupun sebenarnya tidak sesuai dengan kata hatinya. Tapi dia mencintaimu." Tante Yentri menatap Haqeem yang tertunduk di depannya.

" Dia mencintaimu, Qeem. Begitu cintanya hingga dia mau melanggar prinsipnya. Aku yakin perasaan penyesalan itu yang tertuang dibuku itu." Haqeem masih diam. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan saat ini.

" Menikahlah dengannya. Aku rasa itu solusinya." 

Tante Yentri menepuk lengannya. Kemudian berlalu kembali ke kamarnya. Haqeem bergeming. Dia menemukan kenyataan lain. Kenyataan bahwa wanita yang dicintainya itu begitu tulus. Dia mau melakukan apa pun untuk dirinya. Hanya karena ingin meyakinkannya bahwa cinta sejati itu ada. Haqeem memejamkan matanya. Dadanya menghangat. Rasa cintanya kian membuncah. Sesuatu yang menggelitik hatinya menghadirkan senyuman di bibirnya.

" Aku mencintaimu sayang." Gumamnya dengan mata berbinar. Dia membawa langkahnya kembali memasuki kamar Aviany. Perasaannya kini begitu mantap.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang