Sebelas

1.5K 107 2
                                    

Hujan menemani malam sepi kota kecil itu. Sekilas cahaya kilat terlihat menerangi kegelapan. Aviany bergelung gelisah dibalik selimut tebalnya. Matanya susah sekali terpejam. Kelebatan bayangan tadi sore terus memenuhi pikirannya. Dia mendengus kesal. Lalu berjalan mendekati jendela dan membukanya. Dihempaskannya rasa takut akan petir yang mungkin saja dengan tanpa pemberitahuan menggelegar memekakkan telingannya. Tapi rasa gundahnya seolah menghilangkan ketakutannya.

" Aaaahhh...."

Dia berteriak tertahan ketika sebuah tangan memegang tangannya ketika mendorong jendela.

" Biarkan aku masuk."

Suara berat itu memerintah dan dengan patuh Aviany bergeser. Wajahnya sedikit bingung menatap wajah yang tampak kaku di depannya. Rambut gondrongnya basah. Sweaternya juga basah. Seolah tersadar Aviany menuju lemari. Mengambil handuk dan sweaternya.

" Gantilah. Nanti kau sakit."

Haqeem menatapnya. Dia mengambil handuk dan sweater yang diberikan padanya. Lalu membuka sweaternya dan menggantinya. Dia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Selama Haqeem berganti pakaian. Aviany menatapnya tanpa berkedip. Ada desiran hangat yang menjalari hatinya. Terasa linu dan nyaman. Dia mendesah pelan. Haqeem yang menyadari akan hal itu, menatapnya dengan mata sayu.

" Berapa lama kau berada di luar sana?"

" Cukup lama."

" Mengapa kau tidak menelponku?"

" Apakah kau mau mengangkatnya?"

Aviany terdiam dia menatap Haqeem yang berjalan pelan menghampirinya.

" Maafkan aku. Aku telah kasar tadi." Ucapnya lirih dihadapan Aviany.

Gadis itu menatapnya. Matanya berkaca kaca. Bibir itu bergerak gerak hendak berkata kata tapi tak ada satu kata pun keluar dari sana.

Haqeem tidak lagi mampu menahannya. Dia menangkup wajah cantik dihadapannya. Lalu dengan lembut mencium bibir yang masih bergetar itu. Aviany memejamkan matanya. Meresapi apa yang barusan diterimanya. Dia lalu menentang tatapan mata yang menatapnya dengan lembut. Dia seolah mencari pertanyaan dan jawaban dimata itu.

Haqeem kembali menyatukan bibirnya dengan bibir gadis dihadapannya. Mengulumnya sebentar lalu melepaskannya. Membuat gadis itu merasakan kehilangan.

" Aku cemburu." Ucapnya getir.

Ada rasa perih yang menusuk hatinya. Aviany tersenyum, kali ini dengan berani dia melumat bibir yang tadi menciumnya. Haqeem bergetar. Dia tidak menyangka gadis itu akan melakukan hal itu. Dia terhanyut lalu membalas lumatan itu. Mereka saling menyecap menyalurkan rasa yang mereka hadirkan. Mereka merenggangkan ciuman lalu saling menatap. Aviany mengusap lembut pipi yang ditumbuhi bulu bulu halus itu.

" Aku cemburu. Aku tidak berdaya...I'm not good for you."

Suara itu penuh kepedihan. Aviany menatapnya. Dibalik tampang sangar dan tubuh bertatoo. Terkenal begitu sadis dan ditakuti. Ternyata jagoan ini punya sisi melonkolis juga, batin Aviany. Dia menarik tangan Haqeem untuk duduk di atas tempat tidur.

" Umurku baru 8 tahun, ketika orang tuaku mulai sibuk dengam bisnisnya. Mereka jarang pulang ke rumah. Aku hanya tinggal dengan pengasuh dan pembantu. Abangku juga jarang pulang. Kegiatannya disekolah membuatnya selalu sibuk. Aku tidak punya teman dan...Mikhael. Dia selalu ada untukku. Dia yang selalu menemaniku. Mengajariku menaiki sepeda. Mengajariku matematika dan ibunya...ibunya selalu membuatkan makanan kesukaanku. Dia begitu baik dan aku tidak pernah tahu bagaimana cara berterima kasih kepadanya. Dia mencintaiku tapi aku hanya menganggapnya sahabat. Hanya sahabat, tidak lebih. Dia sahabat terbaikku. Lalu kau hadir..kau.."

Aviany menatap Haqeem yang juga sedang menatapnya.

" Kau hadir sebagai seseorang yang jauh lebih dari itu. Kau lebih dari seorang sahabat. Kau orang yang menghadirkan rasa lain yang belum pernah aku rasakan. Kau yang menghadirkan debaran dan getaran jantung yang begitu nyaman. Kau lebih special dari apa pun yang ada di dunia ini."

Aviany menatap Haqeem. Ada senyum samar terlukis dibibir tipis laki laki itu.

" Hidupku kacau hampir sebulan ini."

Haqeem mendengus kasar. Aviany tersenyum. Dia mengusap lembut rambut gondrong laki laki dihadapannya. Gadis yang terlihat galak jika sedang berlatih itu begitu lembut saat ini.

" Hidupku juga kacau karena tidak bisa melihatmu."

Aviany memajukan wajahnya. Haqeem mengerti. Dia melumat bibir manis dihadapannya.

" I miss you and my life was mess without you." Aviany mengangguk sambil tersenyum.

" Aku selalu bertanya dalam hati selama ini."

Haqeem menatap Aviany, mengusap rambutnya dengan sayang. Aviany menatapnya menunggu kelanjutan ucapannya.

" Akankah hadir seseorang yang akan kucintai dan mencintaiku. Akankah ada seseorang yang paling kucintai dimuka bumi ini. Lalu aku bertemu gadis kecil yang cantik, yang membuatku mengalah dan jatuh cinta." Haqeem terkekeh.

" Kini aku pastikan. Ternyata ada yang paling kucintai dimuka bumi ini. Kau sayangku. Avianyku. Gadis kecilku yang nakal." 

Haqeem memeluk erat gadis dihadapannya.

" Tetaplah bersamaku apa pun yang terjadi." Bisiknya ditelinga gadisnya. Aviany mengangguk pasti.

" Perasaanku tak akan berubah, apa pun yang terjadi nantinya." Jawaban Aviany meyakinkan Haqeem. Laki laki itu tersenyum.

" I love you, babe."

" I love you too."

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang