Dua Puluh Enam

1.6K 83 14
                                    

Pernikahan Haqeem dan Aviany berjalan sesuai keinginan Haqeem. Walaupun semua sibuk tapi mereka senang melakukannya. Ibu dan Tante Yentri juga Aryani tak henti menitikkan air mata. Bayou juga matanya berkaca kaca, begitu juga Alina yang hadir bersama Mikhael.
Lelaki itu masih terlihat tidak terima sahabat yang dicintainya menikah dengan Haqeem.

" Kenapa harus lelaki sombong dan menyebalkan itu yang menikahi gadis cantikku." Gerutunya dengan muka masam.

" Dia sahabatmu, Mikh." Alina menanggapinya. Mikhael berdecak.

" Sahabat yang kucintai." Ucapnya dengan mata bergeriap.

" Tapi dia tidak mencintaimu, Mikh." Ujar Alina dengan senyum.

" Aku rasa dia akan luluh dan mencintaiku, jika saja si brengsek itu tidak merebutnya dariku." Ketusnya. Raut wajahnya terlihat sinis.

" Dan si brengsek itu sekarang sudah jadi suaminya, Mikh." Ucap Alina ringan. Mikhael kian kesal. Dia menghembusan napasnya kasar.

" Ya, dan aku kesal karenanya."

Dia mendengus kasar. Alina terkekeh. Dia mengalihkan tatapan Mikhael dengan menarik tangannya dan mengajaknya membelakangi pasangan itu.

" Aku tidak ingin kau melihat ke sana, nanti kau semakin kesal dan kepalamu berasap atau bahkan mengeluarkan api." Ucapnya sambil tergelak.

Mikhael menatap tajam Alina. Dia kembali berbalik dan menatap marah pasangan di depan sana yang sedang berciuman dengan mesra. Hatinya panas sekali. Sakit rasanya melihat itu. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain menerimanya. Dia menyayangi Aviany dan harus menghargai keputusannya. Gadis itu memilih Haqeem. Walaupun telah sekian lama Mikhael menemaninya dan dia selalu menunjukan rasa cintanya. Tapi gadis itu tidak pernah sedikit pun menganggapnya lebih dari seorang sahabat. Mikhael harus puas dengan itu.

" Hei, Mikey...kau hadir juga, katanya kau akan keluar negeri?"

Suara ceria Aviany menyapanya. Mikhael memeluk hangat gadis  kesayangannya itu. Kemudian dia menatap gadis itu dengan senyum.

" Aku tak akan melewatkan hari bahagia sahabatku." Ucapnya tulus. Aviany tersenyum menanggapinya.

" Thank You, Mikey." Aviany menyentuh lembut bahu Mikhael.

" Vi, sayang. Kita harus bertemu Mr. Brandon."

Suara khas Haqeem membuat Aviany terjengat. Dia menolehkan wajah cantiknya dengan senyum. Haqeem menatap wajah Mikhael dengan tatapan sinis. Lalu menatap wajah Aviany dengan tatapan dingin. Aviany mengerti, dia mengusap lembut lengannya. Lalu berjinjit menyampaikan mulutnya ke hadapan telinga lelaki tinggi itu.

" Jangan cemburu seperti itu. I'm yours." Bisik Aviany ditelinga Haqeem. Lelaki itu menatapnya dengan senyum tipis.

" Aku tidak bisa untuk tidak cemburu pada sahabatmu yang selalu cari perhatian itu." Ucapnya dengan muka keruh.

" Jangan merusak moment bahagia kita sayangku. Dia sahabatku, hanya sahabat dan aku tidak pernah menganggapnya lebih." Ujar Aviany serius.

" Sampai kapan pun?" Haqeem menatapnya seolah merajuk. Aviany berdecak. Dia terkadang melihat lelaki ini manja seperti anak kecil.

" Oh My God, Qeem...Sampai kapan pun, I promise." Ucapnya tegas meyakinkan pria itu. Pria itu tersenyum puas.

" Manja banget lo." Ucap Bayou yang tak sengaja mendengarnya. Haqeem menatapnya galak.

" Bodo amat. Gua manjanya sama bini gua." Ucapnya ketus. Bayou tergelak. Aviany tersenyum, tangannya mengusap usap lembut punggung Haqeem.

" Kalau diusap terus gitu jadi pengen cepat selesai nih acara." Bayou kembali menggodanya. Haqeem terkekeh.

" Tau aja lo." Jawabnya ringan. Mereka pun tergelak.

Lalu setelah acara selesai dan semua tamu undangan pulang. Haqeem memboyong istrinya menuju Bridal room.

Kamar luas dengan tempat tidur yang besar dan empuk menyambut mereka. Harum bunga mawar berwarna merah dan putih membuat semarak kamar itu. Sebuah meja bundar dengan dua kursi kayu tertata apik di pojok ruangan. Ada sebotol moet champagne dan dua buah gelas flute diatasnya.

Haqeem mendudukkan istrinya di atas kasur empuk yang ditebari banyak bunga mawar. Kemudian lelaki itu membawa langkahnya ke depan meja bunda, mengisi dua gelas itu dengan minuman dan membawanya kehadapan istrinya. Aviany yang sedang menghirup wangi bunga mawar dalam dalam, menatap lelaki yang kini mengangsurkan gelas kehadapannya. Dia mengulas senyum. Lalu meneguk sedikit cairan di dalam gelas itu dan mengembalikan gelas itu kepada suaminya. Haqeem menyimpan kembali gelas itu ke tempatnya.

" Terima kasih sudah menerimaku menjadi suamimu, dear. Aku bahagia sekali."

Haqeem meraup bibir mungil Aviany. Melumatnya dengan segera dan Pria itu menggila mendengar istrinya mendesah karenanya. Dia tak membuang waktunya untuk segera menuntaskan hasrat yang sudah berpadu dalam gairahnya.

" Honey, I love you."

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang