Mereka sampai di Rumah sakit ketika bayi Aryani sudah lahir. Haqeem ikut senang dengan kebahagian Bayou dan Aryani. Aviany memeluk hangat Aryani. Dia mencolek pipi bayi mungil itu dan menciumnya. Tapi dia menolak ketika diminta untuk menggendong bayi itu.
" No, no..." Dia menolak sambil tertawa pelan.
" Nanti kau pun akan punya bayi." Haqeem mengingatkan.
" Ya, nanti tidak sekarang."
" Tapi proses pembuatannya sudah kan."
Bayou menggodanya. Wajah Aviany merona.
" Bayou, jangan begitu."
Ibu yang sedang menggendong bayi, menatap tajam Bayou.
" Sorry.." Ucap Bayou dengan senyum. Aryani tersenyum. Haqeem terkekeh.
" Makanya Qeem, cepat nyusul Bayou. Kalian jadi lebih tenang, lebih saling tanggung jawab dan bisa kasih ibu tambahan cucu."
Suara ibu yang lembut menasehati. Haqeem mengangguk.
" Segera bu, kalau Haqeem sudah mau terikat. Jatuh cinta saja baru bu."
Aviany yang menjawab ibu. Bayou mengulum senyum.
" Segera bu, sepulang Aryani dari Rumah sakit, Haqeem mau minta Bayou mengurus semua kebutuhan untuk pernikahan."
Haqeem menatap Aviany yang sedikit terkejut dengan perkataan Haqeem.
" Serius lo, man?" Tanya Bayou meyakinkan.
" Seriuslah, kapan gua pernah main main."
" Tapi pernikahan itu sebuah komitmen, Qeem." Aryani ikut bicara.
" Gua tahu itu dan gua yakin. Ibu mulai aja bicara dengan Tante Yentri." Haqeem meyakinkan.
" Baik kalau begitu." Ucap ibu sambil mengangguk.
" Ehm, Aku akan ke Canteen sebentar. Ada yang mau titip?" Aviany berusaha mengalihkan pembicaraan.
" Pergilah Vi, hati hati."
Ibu mengingatkan lembut. Aviany mengangguk.
" Aku temani."
Haqeem menggandeng tangan Aviany yang sudah membuka pintu kamar.
Canteen Rumah sakit cukup ramai. Mereka mencari tempat duduk agak dibelakang. Mereka memesan kopi dan roti isi coklat. Haqeem mengusap lembut bibir Aviany ketika coklat menempel diujung bibirnya. Dia berlama lama mengusap bibir itu.
" Qeem, jangan menggodaku."
Aviany memejamkan matanya. Haqeem tersenyum menatapnya. Dia senang sekali melihat wajah Aviany tersipu.
" Apa tadi kau serius?"
Aviany menatap Haqeem. Laki laki itu mengangguk.
" Yes, of course. Aku tidak pernah seserius ini."
Haqeem mengusap lembut pipi wanitanya. Aviany tersipu.
" Hei, Haqeem."
Jemima tiba tiba menghampiri mereka. Dia datang bersama Ranine dan Amelia. Haqeem menatapnya dingin. Aviany mengulas senyum sinis.
" Qeem, wanita ini yang kemarin menemuiku dan mengaku sebagai teman dekatmu. Dia juga menunjukan foto foto kalian. Dan dia sepertinya kesal, karena menurutnya seorang Haqeem tidak pernah jatuh cinta dan tidak pernah mau terikat. Lalu aku katakan bahwa aku kekasihmu dan kau terikat padaku. Bukankah dengan kita tinggal bersama dan kita saling memiliki merupakan bukti bahwa kau mencintaiku?"
Aviany menatap manja Haqeem. Haqeem tersenyum lalu memajukan dirinya. Dia melumat bibir wanita di depannya.
" Aku mencintaimu dan aku terikat padamu, dear."
Haqeem menjawab mantap. Ketiga perempuan itu terkejut menatapnya. Mereka baru melihat seorang Haqeem begitu patuh pada seorang wanita.
" Dan Qeem, maukah kau menghapus foto fotomu di ponsel Jemima, aku tidak mau tahu bagaimana caranya."
Belum hilang keterkejutan mereka. Aviany kembali bersuara dengan merengek manja. Haqeem kembali tersenyum, dia kembali mencium bibir wanitanya.
" Sure baby, as you wish."
Haqeem berdiri dan merebut ponsel Jemima dengan kasar. Jemima menjerit, tapi Haqeem tidak peduli. Dia dengan cepat menghapus semua foto fotonya yang ada di ponsel Jemima.
" Done, My love."
Haqeem kembali memberikan ponsel Jemima dan duduk kembali disebelah Aviany. Jemima kesal tapi tidak bisa berbuat apa apa, akan jadi masalah besar jika dia mencari masalah dengan Haqeem. Dia memilih pergi diikuti Ranine dan Amelia.
" puas sayangku?" Haqeem menatap lembut wanitanya. Aviany tersenyum menggoda.
" Lebih puas jika sekarang kita pulang."
" Ouh..gadis kecil nakal." Haqeem terkekeh.
" Aku bukan gadis kecil."
Aviany memukul lengan Haqeem. Dengan gemas Haqeem menggendong Aviany dan membawanya keluar dari Canteen. Semua orang menatap mereka dengan senyum. Setelah bersama Aviany, Haqeem terlihat lebih tenang dan wajah dinginnya kadang mengulas senyum. Mereka menyukai perubahan itu. Haqeem menggendong Aviany menuju area parkir.
" Hei, kita belum ijin pulang ke mereka."
" I call them, later."
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love ( Completed )
General FictionHaqeem El Barrack tidak pernah menyangka, dikehidupannya yang selalu berteman dengan kekerasan dan kegelapan ternyata menemukan cahaya dari cinta tulus seorang gadis lugu. Gadis yang tanpa malu dan takut mengakuinya sebagai kekasihnya. Selama ini Ha...