Enam belas

1.4K 94 5
                                    

Haqeem segera memasuki mobil dan duduk di depan kemudi. Bayou menariknya keluar dengan cepat. Haqeem menepis tangan Bayou.

" Minggir, Gua yang bawa mobil. Tadi Haikal ngasih tau, lo bawa mobil kaya orang kesetanan. Gua ga mau mati konyol. Bini gua lagi hamil, gua mau punya baby, man."

" Ah, bawel lo."

Haqeem berjalan memutari mobil menuju kursi penumpang. Bayou menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

" Jadi kita kemana, ke makam ibu cewek lo atau rumah Theo."

" Gua bingung, Bro."

" Ga usah bingung, tinggal bilang aja. Gua anterin ko."

" Bukan gitu, gua bingung kenapa cewek gua bisa kenal Theo." Bayou tersenyum.

" Ga usah bingung juga."

" Maksud lo?"

Haqeem menyikut lengan Bayou yang kemudian meringis sambil mengaduh karena sikutannya itu.

" Lo tau, man. Aviany anaknya Augusta Mouradz."

" What, are you kidding me?"

" Ga usah teriak gitu, gua ga budek."

" Sorry.."

" Aviany anak Augusta Mouradz dan Cybill Athena."

" Seriusan nih?"

" Seriusanlah."

" Gua baru dapet data itu dua hari lalu, gua belum sempet ngomong sama lo karena lo lagi sibuk ngurus kontrak sama Mr. Brandon. Jadi gini.." Bayou menarik napas sejenak.

" Gimana.." Haqeem tidak sabar. Bayou berdecak.

" Theodore Marc, Ryuzi Kyoto dan Augusta Mouradz, lo tau kan mereka bertiga."

" The Black world atau ada juga yang menyebutnya Burakkuwārudo." Bayou mengangguk membenarkan.

" Kematian orangtua Aviany karena kecelakaan. Kecelakaan itu terjadi karena salah faham. Augusta dan istrinya salah menaiki mobil. Informasi yang disampaikan kurang jelas." Bayou menjeda ucapannya.

" Aviany itu sempat ganti nama lima kali, begitu juga kakaknya. Mereka berusaha menyembunyikan identitas anak anak mereka." Haqeem menatap Bayou yang juga menatapnya sekilas.

" Ketika lahir namanya Tatiana Mouradz, umur 5 tahun berganti nama jadi Larisa Azhia, umur 8 tahun namanya Yudhitya Pramest, umur 12 eh 13 tahun namanya eng...namanya, aduh gua lupa...ehm...Li...Liza Anilla dan berganti nama yang sekarang ini. Dua hari setelah kematian orang tuanya keluarga Albany yang mengadopsinya. Tapi tidak begitu aman tinggal disana, sehingga pindah kesini." Haqeem menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

" Jadi lo jangan kaget sahabatnya yang lo cemburuin itu naksirnya sama Yudith, bukan Aviany, karena yang dia tahu namanya Yudith."

" Ah kurang ngajar lo, malahan ngeledek gua. Dasar buaya lo."

" Eh, lo tuh kadal."

" Temennya dong." Mereka tergelak. Lalu mereka terdiam.

" Gua ga tahu kalo cewek gua anak Augusta Mouradz."

Suara Haqeem terdengar sedikit gusar setelah lama terdiam.

" Lo ga usah gitu. Lo harus inget lo anak Maher El Barrack. Ayah lo orang yang disegani anggota The Black World."

" Yes, Thank you, Bro. Lo selalu bisa bikin gua tenang."

Bayou tersenyum. Mobil memasuki halaman luas dengan rumah megah berlantai tiga. Sebelumnya Bayou melambaikan tangan dan memamerkan senyumnya di camera agar pintu besi tinggi itu terbuka. Mereka memutuskan mendatangi rumah Theodore Marc.

Turun dari mobil mereka disambut dua pengawal yang mengantarnya ke bagian belakang rumah. Tampak Theodore sedang duduk santai dengan gelas ditangannya.

" Hai, Haqeem, Bayou..duduk. Senang sekali kalian bisa mampir."

Theodore menyambut mereka dengan ramah. Haqeem dan Bayou mengambil tempat duduk di hadapannya.

" Ada apa anak muda?" Theodore menatap mereka.

" Aku mencari Aviany." Jawab Haqeem lugas.

" Aviany, kenapa mencarinya?"

" Tantenya cemas. Dia bilang akan ke rumahku tapi sebenarnya tidak ke rumahku."

" Yentri tadi sudah menghubungiku. Oh iya ada apa Aviany harus ke rumahmu. Apa hubunganmu dengan anakku itu?" Haqeem menatapnya dingin.

" Semua anak sahabatku berarti anakku juga."

Theodore menjelaskan.
Haqeem menatap Bayou yang juga menatapnya.

" Dia kekasihku." Ujar Haqeem tegas. Tawa Theodore menggema.

" Anak muda, aku selalu menghormati ayahmu. Aku juga menaruh hormat padamu. Jangan karena masalah ini aku harus memburu dan membunuhmu."

" I love her."

Theodore menatap Haqeem, Dia mencari kesungguhan dari ucapannya.

" Bisa kau pertanggung jawabkan ucapanmu?"

" Kau tahu siapa aku." Tegas Haqeem.

" Okay....I trust you. Don't you ever break her heart, okay."

" Never, I promise." Theodore mengangguk.

" Naiklah ke lantai tiga, belok kanan ada pintu berwarna putih di ujung. Itu kamarnya."

" Okay, thank you,sir."

" Take your time."

Haqeem segera berdiri dan beranjak menuju kamar gadisnya. Langkahnya sedikit tergesa. Dia merindukan gadis itu.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang