Mereka duduk berhadapan sambil menikmati gorengan dan teh hangat yang dibuat bi Didah. Aviany menatap wajah Haqeem yang juga menatapnya.
" Apa betul kau ditinggal orang tuamu ketika masih sangat kecil?" Aviany bertanya disela kunyahannya. Haqeem mengangguk.
" 6 tahun, waktu mereka meninggal."
" Lalu Ibu Bayou yang merawatmu ya."
Haqeem kembali mengangguk.
" Ya..ibu sangat baik. Dia tidak pernah membedakan antara aku dan Bayou."
" Mereka sakit, maksudku meninggal karena...."
" Kecelakaan," potong Haqeem,
"kecelakaan yang disengaja." Lirihnya. Aviany menatapnya.
" Seperti orang tuaku." Gumamnya.
Haqeem menatapnya. Dia sebenarnya ingin bertanya lebih jauh tentang kematian orang tua gadis itu. Tapi dia mengurungkannya. Belum saatnya, dia pikir. Atau mungkin lebih baik meminta Bayou atau orangnya yang lain mencari tahu tentang hal itu. Aviany mengerjapkan matanya.
" Kau ingin balas dendam?" Ujarnya pelan, matanya berkilat penuh duka. Haqeem menggeleng tegas.
" Tidak..percuma. Mereka sudah mati juga saat ini." Jawab Haqeem tegas. Aviany menghembuskan napas lega.
" Syukurlah.."
" Kenapa.."
" Aku takut kau melakukan balas dendam yang akan membahayakan dirimu."
" Kenapa.." Mata tajam Haqeem menatapnya penuh selidik.
" Aku tak mau kehilangan lagi. Cukup aku kehilangan orang tuaku, terpisah dari sahabatku dan berjauhan dengan abangku." Nada sedih begitu terdengar dari ucapannya.
" Aku tak akan meninggalkanmu."
" Janji.." Haqeem menggangguk pasti.
" Ya..janji." Aviany tersenyum.
" Apa kau tidak takut padaku?"
Haqeem mengelus lembut pipi mulus gadis itu. Aviany tersenyum. Teramat cantik.
" Kenapa harus takut, kau baik."
" Baik. Kau belum mengenalku dengan baik. Kau tidak tahu siapa aku." Aviany kembali tersenyum.
" Aku tahu siapa dirimu. Seorang Haqeem El Barrack, pemimpin Serpent Blanc, pemilik Sparta Gym dan Dojo tempatku berlatih." Aviany tertawa pelan.
" Sekarang aku yang takut padamu." Mata Haqeem menatap tajam gadis dihadapannya.
" Kenapa takut.." Tanyanya dengan kening berkerut.
" Karena siapa tahu kau detektif yang sedang menyelidikiku." Aviany tergelak.
" Aku detektif cinta. Gadis yang pada saat pertama melihatmu langsung jatuh cinta. Gadis yang penasaran kenapa seorang Haqeem menjauhinya setelah pertemuan itu. Bukankah seorang Haqeem El Barrack, laki laki yang tidak pernah menghindari seorang perempuan mana pun. Katanya dia tidak pernah jatuh cinta pada perempuan mana pun."
Aviany menatap lekat mata Haqeem dengan senyum.
" Karena aku takut padamu, makanya aku menghindar. Aku takut jatuh cinta. Karena aku merasakan sesuatu yang lain ketika aku pertama kali bertatapan denganmu. Aku tidak mau kau masuk dalam kehidupanku yang tidak aman."
" Terlambat.. kau telah jatuh cinta dan aku sudah berada disana saat pertama aku melihatmu." Aviany berujar mantap. Haqeem tersenyum melihatnya.
" Gadis kecil yang nakal." Ucap
Haqeem sambil terkekeh." Hey...aku bukan gadis kecil. Usiaku hampir 18 tahun, aku masih kelas satu karena mengulang kelas. Setelah kematian orang tuaku, hampir setahun kami hidup berpindah. Sampai kemudian dirasa aman. Aku pindah ke kota ini dan abangku ke Amerika."
Tampak wajah Aviany berubah muram. Haqeem merangkum wajah itu. Tanpa ragu mendaratkan ciuman dibibir merah mudanya.
" Berarti sudah boleh kucium, aku pikir usiamu masih 15 atau 16 tahun." Haqeem mengulum senyum. Aviany tertawa pelan.
" Jangan bercanda, kau pasti sudah membaca dataku."
Aviany memukul pelan lengan bertatoo itu. Haqeem tergelak.
Dikejauhan tampak sepasang mata menatap penuh senyum pasangan yang sedang bercakap penuh kebahagian itu. Dia terlihat senang dengan pemandangan yang dilihatnya.
" Den Bayou, kenapa senyum senyum gitu. Ko ga masuk sih malah diam disitu. Ayo masuk. Diluar dingin, Den."
" Bi Didah ngagetin aja. Ga usah masuk deh ntar ganggu tuh bocah yang lagi kasmaran." Bayou terkekeh. Bi Didah ikut tertawa.
" Seneng lihat Den Haqeem bisa ketawa gitu." Bayou mengangguk tanda setuju.
" Jatuh cinta juga lo, Bro." Gumamnya.
" Saya pulang bi, syukur deh kalau tuh bocah ada disini." Bayou berlalu dari hadapan bi Didah.
" Ada siapa bi?" Haqeem tiba tiba berdiri disebelah bi Didah.
" Eh..eh..kaget....itu den, ada den Bayou. Tapi ga mau masuk langsung pergi lagi."
Haqeem tersenyum lalu kembali ke tempat dimana tadi dia sedang bercakap akrab dengan Aviany.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love ( Completed )
Fiksi UmumHaqeem El Barrack tidak pernah menyangka, dikehidupannya yang selalu berteman dengan kekerasan dan kegelapan ternyata menemukan cahaya dari cinta tulus seorang gadis lugu. Gadis yang tanpa malu dan takut mengakuinya sebagai kekasihnya. Selama ini Ha...