Tujuh

1.6K 108 5
                                    

Hampir dua jam mereka menempuh perjalanan. Mobil melaju di jalan raya yang ramai kurang lebih satu jam lalu berbelok memasuki jalan berbatu. Mobil berjalan perlahan. Aviany memandang takjub keluar jendela. Sepanjang jalan dia disuguhkan pemandangan yang begitu memanjakan matanya.

" Semua hijau.." gumamnya.

Haqeem menoleh mendengar gumaman gadis itu. Sedikit lama menatap wajah yang terlihat berseri. Sesuatu yang baru kali ini dilihatnya. Dia kembali fokus ke jalanan. Sementara gadis itu tetap menatap pemandangan sepanjang jalan. Dia membuka kaca jendelanya sedikit, menghirup napas dalam lalu menghembuskannya perlahan.

" Segar sekali."

" Sebentar lagi kita sampai."

Suara itu mengusik Aviany. Dia menolehkan wajahnya yang berseri. Begitu cantik, batin Haqeem. Dia terpesona karenanya. Pipi itu terlihat merona merah jambu. Matanya beriak menyimpan senyum. 

" Kau terlihat senang.."

Suara datar itu kembali mengusik. Aviany tersenyum sekilas lalu mengangguk.

" Aku suka suasana pegunungan. Basah tapi segar." Jawabnya dengan suara yang begitu enak didengar ditelinga Haqeem.

Jantungnya berdetak tak beraturan. Rasa hangat terasa menjalarinya.  Haqeem berusaha untuk menepisnya tapi dia tidak sanggup. Wajahnya terlihat pasrah penuh sesal. Dia berdecak. Aviany menatapnya.

" Kenapa.." wajahnya mengundang tanya.

" Kita sudah sampai, ayo turun."

Haqeem berkelit. Dia mendahului gadis itu turun dari mobil dan sedikit bergegas memasuki sebuah rumah dengan halaman luas yang tampak asri. Aviany menyusulnya dengan wajah sedikit kesal.

" Aduuh..laki laki ini ..seenaknya saja." Gerutunya.

" Kenapa.." suara berat itu mengagetkannya.

" Aaahh, tidak, maksudku  tidak..itu..ehm..tempatnya enak sekali." Jawab Aviany sedikit gugup. Haqeem menatapnya dingin.

" Eh..ada Den Haqeem..ko datang ga kasih kabar dulu sih..aduh bawa siapa ini..cantik sekali."

Seorang ibu paruh baya menyambut mereka. Haqeem menghampirinya lalu mencium punggung tangannya. Kemudian dia menoleh Aviany, yang dengan segera mengikuti yang dilakukannya.

" Den..ini siapa..calon istri ya...betul betul..cantik sekali.."

Ibu itu menatap Aviany dengan senyum. Gadis itu membalas senyumnya.

" Dia teman bi..."

Suara datar Haqeem menjawab pertanyaan ibu paruh baya itu yang dia panggil bi.

" Nama saya Aviany bi."

Gadis itu menyapa ramah, " Saya teman Haqeem." Lanjutnya dengan mata tajam melirik Haqeem.

" Oh..ya sudah..ayo masuk..bibi akan siapkan minuman." Ucapnya sambil merangkul pundak Aviany.

" Tidak usah bi, siapkan untuk makan siang saja. Kami akan berkeliling kebun dulu."

Haqeem mencegahnya. Ibu itu tersenyum dan mengangguk patuh. Haqeem menggandeng tangan Aviany lalu membawanya berjalan menuju belakang rumah.

" Kita akan berkeliling." Ujarnya sambil melirik Aviany yang sedang menatapnya sedikit bingung.

Didepan mereka terhampar pohon teh yang begitu hijau, ada pohon pohon besar disisi kanan kirinya. Sejauh mata memandang pohon pohon teh itu memenuhinya. Aviany menatap dengan mata yang berkilat ceria. Senyum menghiasi bibir kecilnya. Haqeem kembali dibuat tak berdaya. Dia menyerah.

" Aahh..cantik sekali." Ucapnya sedikit  keras.

Kemudian dia merapatkan bibirnya seolah frustasi. Aviany menatapnya.

" Yah..cantik sekali. Terima kasih sudah mengajakku ke sini."

Aviany tidak menyadari arti dari ucapan Haqeem. Laki laki itu menggaruk tengkuknya kasar.
Bersisian mereka mulai menapaki hamparan pohon pohon teh. Tangan mereka bertaut.

Mereka berjalan sudah lumayan jauh dari tempat tadi mereka berdiri. Hamparan pohon pohon teh sudah berganti dengan pohon pohon pinus yang tinggi menjulang. Cicit burung menyemarakkan suasana. Tampak tetes embun yang bening masih menggantung diujung ujung daun. Harum tanah basah membuat Aviany terus menerus menghirup udara lama lama, agar memenuhi rongga dadanya dan menghadirkan kenyamanan.

Aviany menampakkan wajah berseri yang begitu cantik. Kulit putih itu seolah berkilau diterpa sinar matahari yang baru muncul setelah hujan. Rambut coklatnya terlihat begitu indah ditiup angin sepoi sepoi basah. Haqeem menatap gadis disebelahnya. Ada yang menggelitik hatinya. Rasa gemas menyapa menghadirkan rasa yang belum pernah dia rasakan. Dia menghembuskan napasnya sambil mengacak rambutnya.

Dia menolehkan tatapannya untuk menemukan wajah yang tadi dia kagumi. Wajah yang kini sedang tersenyum. Haqeem memajukan dirinya lalu membingkai wajah itu dengan kedua tangannya. Gadis itu sedikit terkesiap, kaget.

" Diam..." ucapnya dingin.

Aviany menurut. Mata itu mengerjap, Haqeem memejamkan matanya.

" Kenapa wajahmu selalu menari nari di kepalaku.." lirihnya.

Aviany menatapnya bingung. Haqeem melepaskan wajah Aviany yang tadi dibingkainya, dia kemudian sedikit bergegas melanjutkan langkah.

" Tunggu..aku takut tersesat."

Aviany berteriak sambil menyusul langkah Haqeem yang tergesa.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang