Dua puluh

1.5K 90 10
                                    

Sedari tadi Aviany merasakan seseorang seolah memperhatikannya. Lalu mengikutinya ke mana pun dia berjalan saat ini. Aviany sengaja berbelok menuju gang kecil disebelah taman kota. Dia ingin tahu apa orang itu mengikutinya. Dia lalu segera bersembunyi di balik tong sampah besar dipertigaan gang tersebut.

Orang yang tadi mengikuti, menengok ke kanan dan ke kiri. Dia mencarinya. Aviany menghampirinya dengan cepat dia mendorongnya sampai menabrak tong sampah yang ada dibelakang orang tersebut. Tangannya berada di dada orang tersebut. Wajahnya sengaja didekatkan untuk meneliti wajah lelaki itu. Dia sampai harus berjinjit untuk melakukan itu. Tubuh lelaki itu lumayan tinggi, walaupun tidak lebih tinggi dari Haqeem. Bahkan sedikit lebih pendek. Dia menatap tajam mata orang tersebut. Keadaan gang yang sedikit gelap membuat Aviany sedikit samar melihat wajah tersebut. Dia gagal mengenalinya.

" Siapa lo, ngikutin gua terus dari tadi?" Aviany menatap wajah lelaki di depannya yang terlihat ketakutan.

" Ehm, gua di suruh Juan." Jawabnya pelan. Aviany melepaskan tangannya dari dada orang tersebut.

" Kenapa Juan kirim lo, buat mata matain gua gitu?" Orang itu menatap Aviany lalu menggeleng.

" Gak begitu, dia khawatir. Lo sering terlihat jalan sama Haqeem. Lo tahu siapa Haqeem kan. Dia gak mau lo dalam masalah." Aviany mengangguk.

" Gua tahu, gua pacaran sama dia. Bilang juga sama Juan, gua mau nikah sama Haqeem." Aviany menepuk pundak lelaki itu dan berlalu meninggalkan lelaki itu. Kemudian dia berhenti dan menatap lelaki itu sekejap.

" Bilang Juan, gak usah khawatir. Gua baik baik aja. Apalagi ada Haqeem disebelah gua." Aviany membawa langkahnya menjauh. Lelaki itu mengangguk dan mengulas senyum.

" Syukurlah." Desisnya. Dia pun beranjak meninggalkan tempat tersebut.

Aviany tidak sadar, bahwa ada sepasang mata lain yang memperhatikannya. Orang itu juga mengikutinya. Aviany sama sekali tidak menyadarinya. Sepertinya orang yang satu ini lebih hebat darinya. Aviany terus menyusuri gang kecil itu. Penerangan yang tak terlalu terang membuatnya sedikit ngeri. Dia menengok ke kiri dan ke kanan. Sedikit merinding jika menatap ke arah tempat tadi yang sedikit gelap. Aviany mengusir rasa takutnya dan kembali berjalan. Di belokan dekat taman kota, dia merasa tangannya ditarik, sedikit kasar lalu tangan itu memeluknya dari belakang. Dia merasakan tangan itu begitu kekar. Deru napas terdengar ditelinganya dan hembusan napasnya terasa hangat menyentuh lehernya. Aviany memejamkan matanya.

" Dari mana malam malam begini?" Suara itu berat penuh penekanan, " Dan siapa lelaki jelek tadi?" Lanjutnya.

Aviany tersenyum kecut. Dia berusaha membalikkan tubuhnya.

" Tetap seperti ini." Suara berat itu kembali memerintah. Aviany menurut.

" Jawab saja." Ucapnya datar. Aviany mengulas senyum.

" Apa seorang Haqeem sedang cemburu?" Aviany bertanya menggoda.

" Kau tidak pernah takut olehku dan bagaimana kau bisa mengenaliku, huh?"  Suara datar itu sedikit melembut.

" Aku mengenali harum tubuhmu dan aku tahu kau mencintaiku, karena itulah aku tidak pernah takut padamu."

Aviany berbalik menatap wajah lelaki yang tadi memeluknya. Kali ini lelaki itu menyerah. Dia menyambut wajah cantik yang menghadapnya dengan senyum tipis. Aviany mengecup singkat bibir itu.

" Cuma kau yang seperti ini." Ucapnya frustasi. Aviany mengulas senyum.

" Jangan tersenyum menggoda begitu sayangku."

" Menggoda, senyum menggoda seperti apa?"

Aviany mengelus wajah Haqeem yang kini matanya terpejam. Tangan lelaki itu mengepal. Rahangnya mengetat. Aviany terkekeh melihatnya.

" Jangan kesal begitu." Kembali Aviany mengecup bibir itu sekilas. Haqeem kesal, dia melumat kasar bibir wanitanya. Dia mengulum lama bibir itu. Aviany tidak diam, dia mengimbanginya. Lalu mereka terengah dan saling menatap. Aviany tersenyum manis. Haqeem memeluk sayang wanitanya.

" Lelaki jelek tadi diminta Juan untuk melihatku, menanyakan kabarku dan kedekatanku denganmu."

" Siapa Juan ?" Aviany menatap Haqeem sambil tersenyum.

" Juan Endrique, abangku."

Haqeem menatap Aviany yang mengangguk meyakinkannya.

" Untung tadi aku tidak membunuh lelaki itu karena berani beraninya mengikutimu."

Aviany tertawa pelan. Dia menarik tangan Haqeem untuk melanjutkan perjalanannya.

" Aku tadi lapar dan berniat mencari makanan tapi orang tadi bikin masalah. Sekarang kau ajak aku makan, aku lapar sekali."

" Dia yang bikin kesal kenapa aku yang harus mengajakmu makan?" Haqeem menghentikan langkah Aviany.

" Ouh, ya sudah. Aku akan kembali ke sana dan memintanya mengajakku makan."

" Hei, kau nakal sekali. Tidak ada seperti itu. Aku akan mengajakmu, ayo."

Haqeem mengalah. Dia menarik tangan Aviany menuju resto terdekat. Aviany tersenyum.

" I love you." Ucap Aviany pelan. Haqeem tersenyum mendengarnya.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang