Dua Puluh Dua

1.4K 90 3
                                    

Aviany mengerjap ngerjapkan matanya. Dia memandang tak percaya wajah yang terlelap dihadapannya.

" Pantas aku merasa hangat, ternyata kau memelukku."

Aviany berusaha keluar dari lilitan tangan kekar yang memeluk tubuhnya. Dia mendaratkan ciuman di bibir pria yang tampak damai dalam tidurnya.

" Aduh, gimana nih. Apa semalam dia tidak pulang. Apa semalam hujan jadi dia tidak pulang atau semalam dia ketiduran ya?"

" Berisik, bawel sekali. Aku masih mengantuk." Suara serak Haqeem membuat Aviany mengernyit.

" Ups sorry, tapi aku harus bangun. Aku harus ke kamar mandi, please." Ucapnya lirih.

Haqeem malah mempererat pelukannya. Dia membenamkan kepalanya di ceruk leher Aviany. Wanita itu meringis.

" Aduuh, nanti aku ngompol. Haqeem sayang, please." Aviany merengek.

Haqeem bergeming, dia tidak juga membuka matanya. Aviany mulai menatap kesal. Dengan gerakan cepat dia melumat bibir Haqeem. Begitu liar. Terpaksa Haqeem membuka mata dan meregangkan pelukannya.

" Ternyata pelukan bisa terbuka. Untung aku ingat kuncinya."

Aviany berlari ke kamar mandi sambil terkekeh. Haqeem tersenyum menanggapi ocehan wanitanya. Dengan malas dia menyandarkan kepalanya di kepala tempat tidur. Matanya terpejam lagi.

Aviany kembali masuk ke kamar dan menatap Haqeem yang tertidur dengan posisi yang tidak nyaman. Dia menghampirinya dan berusaha menarik tubuh besar itu. Dia meletakkan kepalanya di bantal.

" Tidur jam berapa sih, keliatannya ngantuk banget?" Gerutunya.

Setelah menyelimuti dan mengecup bibir Haqeem, Aviany keluar kamar. Dia menemui tantenya yang sedang memasak bersama bi Nori.

" Sudah bangun sayang." Sapa Tante dengan senyum.

" Tante tahu kenapa dia tidak pulang?"

" Siapa, Haqeem maksudmu?"

" Siapa lagi."

Aviany mendudukan diri di kursi dekat pintu. Dia lalu menerima segelas teh manis yang disodorkan oleh bi Nori.

" Terima kasih, bi." Bi Nori menggangguk sambil tersenyum.

" Dia masih tidur? Ya, pasti masih tidur. Menjelang pagi dia keluar dari kamarmu. Dia hendak pulang tapi tidak jadi."

Aviany mengernyitkan dahinya. Dia menatap Tantenya.

" Dia membaca buku tebalmu itu."

Mata Aviany melotot sempurna, mulutnya terbuka lebar.

" Mulutmu sayang, nanti ada lalat masuk."

Tante Yentri dan Bi Nori tertawa menatap Aviany. Cepat dia menutup mulutnya. Kemudian sedikit berlari membawa langkahnya kembali ke kamar. Tante Yentri dan Bi Nori saling menatap. Mereka tersenyum.

" Ya Tuhan dimana buku itu."

Aviany mencari bukunya tapi tidak dia temukan. Dia mulai merasa takut sendiri. Jantungnya berdetak lebih cepat. Badannya sedikit bergetar.

" Ada apa?" Haqeem menatapnya dengan mata yang masih mengantuk. Aviany terkesiap.

" Aahh, tidak. Tidak ada apa apa."

" Mencari ini?" Haqeem memegang buku yang dicari Aviany. Ragu wanita itu mengangguk.

" Please, listen to me." Suara Aviany bergetar. Matanya mulai berkaca kaca.

" Hei..hei baby, what's wrong?"

Haqeem menghampiri wanita yang kini terduduk di kursi dekat meja belajarnya dengan wajah sedih. Haqeem berlutut dihadapannya. Aviany menatapnya dengan mata berkabut air mata. Haqeem tersenyum memandangnya. Dia memeluk Aviany dengan sayang.

" Aku tahu kau membaca buku itu, tapi itu..maksudku..aku hanya.."

Haqeem memandangi dengan senyum wanita yang berkata kata dengan gugup dihadapannya. Dia masih menunggu kelanjutan ucapannya. Aviany memejamkan matanya. Lalu menatap Haqeem lekat.

" Dengarkan aku..."

" Aku akan mendengarkanmu." Haqeem tersenyum menatap tajam Aviany.

" Aku akan menjelaskannya." Aviany menelan ludah. Lalu menarik napas.

" Maka jelaskanlah."

Aviany menggeleng pelan. Wajahnya tertunduk. Haqeem tidak tega melihatnya.

" Begini saja.."

Haqeem berdiri dan mengangkat tubuh Aviany. Kemudian dia duduk di kursi yang tadi diduduki wanita itu. Dia memangku wanita itu.

" Kau tidak usah menjelaskannya atau mengatakan apa pun. Cukup jawab pertanyaanku saja, okay."

Haqeem menatap Aviany yang kemudian mengangguk patuh.

" Sebentar, ehm..aku siap siap dulu. Ehm..ehm.."

Haqeem melegakan tenggorokannya. Menarik napas lalu membuangnya perlahan. Dia kemudian mencium bibir Aviany. Wanita itu terlihat heran menatapnya.

" Sabar. Ini butuh persiapan."

Haqeem sedikit terbatuk. Aviany menatapnya tidak mengerti.

" Okay, aku siap. Kau siap?"

Haqeem menatap Aviany yang bingung menatapnya. Tapi tak urung wanita itu mengangguk, walaupun dia tak mengerti.

"Will you marry me?" Tanya Haqeem tegas.

Aviany menatap tak percaya. Dia tersenyum sambil tangannya bergerak gerak tak beraturan. Air mata melompat tak terbendung. Dia mengangguk angguk cepat.

" Yes..Yes I do."



True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang