Dua belas

1.5K 108 2
                                    

Pagi menyapa dengan kicauan burung nan merdu dan sinar mentari menyinarinya hangat. Aviany masih bergelung di balik selimut tebalnya. Dia membuka kelopak matanya lalu menyesuaikan dengan cahaya ruang tidurnya yang temaram.

Dia meraba sesuatu yang mengganjal di bagian kepalanya. Sedikit terkesiap melihat tangan bertato yang jadi bantalnya. Dia terbangun dan mendapati seorang laki laki sedang menatapnya dengan senyum.

"Nyenyak tidurnya, sayangku."

Suara parau mengalun menerpa gendang telinganya. Begitu manis. Aviany tersenyum. Dia cepat menyadari situasi.

"Kau menemaniku?" Tanyanya dengan suara serak.

" Kau melarangku pergi semalam. Tadinya aku akan pergi begitu kau terlelap, tapi kau malah memelukku dan memintaku untuk tetap menemanimu." Haqeem mengulum senyum. Aviany merona.

" Benarkah?"

Wajah Aviany yang memerah membuat Haqeem gemas. Dia mencium pipi gadis itu.

"Apakah tidurmu selalu seperti itu?" Bukannya menjawab, Haqeem malah balik bertanya. Aviany menatapnya.

" Seperti apa?"

" Gelisah dan mengigau."

" Mengigau. Kau mendengarku mengigau. Tentang apa?"

Aviany menelusupkan wajahnya ke dada Haqeem, dia menyembunyikan rona merah di wajahnya.

" Kau memanggil ibumu. Sepertinya kau merindukannya. Lalu kau menyebut namaku. Lalu ketika aku memelukmu kau tertidur pulas."

Aviany menatap lekat wajah laki laki di depannya. Dia tersenyum. Lalu dengan berani mengecup bibir tipis didepannya.

" Terima kasih sudah menemaniku." Haqeem tersenyum samar.

" Kau akan sarapan disini kan. Tanteku kemarin pergi untuk melihat stock supplier di pusat. Jadi aku sendirian."

Aviany menjelaskan tanpa diminta. Haqeem mengangguk. Dia menarik lembut tangan gadis yang hendak beranjak turun dari tempat tidurnya. Lalu mendudukkan dipangkuannya. Dia menghirup ceruk lehernya dan menciumnya.

" Wangi sekali." Desisnya.

Mata Haqeem terpejam menyesap wangi yang seolah menghipnotisnya. Dia mendaratkan ciuman basah dileher jenjang dan putih mulus itu. Dia lalu mencari bibir manis yang selalu membuatnya ingin selalu menciumnya. Dia melumatnya dan bermain main dengan bibir yang membalas ciumannya itu.

" Hentikan aku jika kau keberatan." Lirihnya.

Aviany menggeleng. Posisinya berputar menghadap Haqeem yang tak lepas menciumnya. Tangan besar itu menelusuri tubuh halus mulus itu. Aviany mendesah. Dia pun menelusuri tubuh bertato itu dengan tangan halusnya. Haqeem merasakan sesuatu yang begitu sulit untuk dia lukiskan. Dia merebahkan gadis kecilnya dan menciumi wajahnya. Bertemu dengan bibirnya yang dilumatnya dengan penuh hasrat. Lalu menciumi leher melewati dada dan mengecupi lama perut rata itu. Aviany sedikit meronta dan menjerit tertahan. Dia berusaha menutup perutnya dengan kaosnya yang naik ke atas karena tangan nakal Haqeem.

" Kau belum pernah tersentuh sayangku?"

Haqeem menatapnya. Aviany menggeleng tegas. Haqeem tersenyum. Dia kembali menyatukan bibir mereka. Lalu duduk dan menarik gadisnya dengan satu hentakan.

" Mengapa berhenti?" Aviany bertanya parau. Haqeem tersenyum.

" Kita masih punya banyak waktu." Jawaban Haqeem membuat Aviany tertunduk. Haqeem mengelus pipinya.

" Ayo kita sarapan."

Haqeem menggenggam tangan gadis itu dan berjalan keluar dari kamar. Dia membawanya menuju pintu keluar. Aviany menatapnya.

" Kita sarapan di taman dekat danau saja."

Haqeem berkata sebelum gadis itu bertanya. Aviany mengangguk.
Mereka menuju taman dengan berjalan kaki, karena memang tidak terlalu jauh.

Sepanjang jalan banyak sekali yang memandangi kebersamaan mereka. Ada yang menatap dengan senyum senang . Ada juga yang menatap dengan sinis. Haqeem menatap tajam mereka yang menatapnya dengan sinis. Mereka berubah melukiskan senyuman terpaksa. Aviany tidak tahu, yang menatap sinis itu adalah Jemima dan Ranine. Dua wanita yang menaruh hati kepada Haqeem.

Mereka sampai di taman yang pagi itu sedikit ramai. Cuaca cerah membuat penghuni kota itu ingin memulai hari dengan sarapan di taman. Apalagi ini hari minggu.

Haqeem mencari tempat duduk yang dirasa nyaman untuk mereka berdua. Setelah dapat, dia memesan makanan dengan hanya mengangkat tangannya. Haqeem tidak henti memberlakukan gadisnya dengan manis. Sesekali menyuapinya. Mengusap ujung bibirnya dan mengambilkan minumnya. Semua itu tidak lepas dari tatapan sinis dua orang wanita yang mengikutinya dan duduk agak jauh dari mereka.

Ketika mereka hampir selesai sarapan Bayou dan Aryani ikut bergabung. Bayou menemani istrinya yang sedang hamil berjalan pagi agar persalinannya lancar. Mereka berbincang dan tertawa sampai matahari mulai terlihat meninggi.

" Ayo kita pulang." Ajak Haqeem. Aviany mengangguk. Bayou pun merangkul istrinya masuk ke mobil dan berlalu.

" I'm happy." Bisik Aviany. Haqeem mencubit gemas pipi gadisnya.

True Love ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang