Tergesa Haqeem memasuki halaman rumah bercat hijau cerah itu. Tak sabaran dia mengetuk pintunya. Sepanjang perjalanan tadi dia menghubungi gadisnya tapi ponselnya tidak aktif. Setengah gila dia melajukan mobilnya. Haikal saja sampai ketakutan dibuatnya. Dia menatap gelisah pintu yang tidak juga terbuka. Berulang kali dia mengetuk dan ketika terdengar kuncinya dibuka dia merasa lega.
" Sayang...eh, maaf. Tante, aku mau bertemu Vi."
Tante Yentri menatap Haqeem dengan alisnya yang mengerung.
" Bukannya dia.." Wanita itu terlihat ragu. Haqeem menatapnya.
" Maksud tante, dia belum pulang."
" Belum pulang, tapi ini hampir tengah malam, Tan."
" Tadi dia mengabari akan ke rumahmu."
" Ponselnya tidak aktif, Tan."
" Dia mengabari tadi, sekitar jam 8 an."
" Sebentar."
Haqeem mengambil ponselnya. Lalu melakukan sambungan telpon.
" You, ada Vi disana?" Tanyanya cepat, begitu tersambung.
" Aviany?"
" Ya. Siapa lagi." Ketus Haqeem.
" Tidak ada. Mungkin di rumahnya."
" Gua di depan rumahnya bersama tantenya. Dia belum balik."
" Tunggu di sana, gua bantu cari. Sebentar gua ganti baju langsung ke sana."
Bayou menutup panggilan. Haqeem meringis. Tante Yentri menatap Haqeem dengan pandangan cemas.
" Dia tidak ada di rumahku."
" Ya Tuhan, kemana dia?" Wanita itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
" Tante, boleh aku menunggu disini sebentar?" Wanita itu mengangguk. Wajahnya kini terlihat ketakutan.
" Kemana anak itu, tadi dia bilang akan ke rumahmu." Ujarnya dengan nada panik. Matanya terlihat mulai berkaca kaca.
" Aku akan cari tan, tolong tante tenang ya." Wanita itu mengangguk lagi.
" Aku takut sesuatu terjadi padanya."
" Tidak akan terjadi apa pun. Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya. Percaya padaku."
Wanita itu menatap Haqeem dan kembali mengangguk. Lalu mereka terdiam. Berusaha mengingat dan menebak nebak kemana Aviany pergi.
" Semoga dia ada disana." Gumaman Tante Yentri membuat Haqeem menoleh.
" Dimana?"
" Tapi tidak mungkin. Itu terlalu jauh dari sini." Tante Yentri tidak menjawab pertanyaan Haqeem.
" Dimana...Tan, please...dimana?"
" Biasanya jika sedang marah dan sedih dia akan mengunjungi makam ibunya. Tapi itu terlalu jauh dan sangat berbahaya jika dia pergi ke sana sendiri."
" Tante tuliskan saja alamatnya. Aku akan ke sana mencarinya."
" Tapi..." Tante Yentri terlihat kembali berpikir," Sebentar, aku coba tanya Mikhael dulu. Apa dia bersamanya."
Haqeem menatap tante Yentri yang pergi ke dalam. Mendengar nama Mikhael disebut, amarahnya sedikit tersulut. Dia mengeratkan rahangnya. Tangannya mengepal. Napas kasar keluar dari mulutnya. Terus terang dia cemburu. Dia kesal memikirkan apa yang akan dilakukan laki laki yang dianggap gadisnya sebagai sahabat.
" Hei Bro. Sorry lama, aku menenangkan dulu Aryani yang panik mendengar Aviany tidak ada di rumah."
Bayou menghampiri Haqeem dengan tergesa. Bersamaan Tante Yentri keluar.
" Mikhael tidak bersamanya. Dia sendiri, diluaran sana. Ya Tuhan..bahkan ini sudah tengah malam. Bagaimana jika sesuatu yang buruk menimpanya." Tante Yentri mulai terisak.
" Tan, tolong tenang, aku dan Bayou akan mencarinya." Wanita itu mengangguk.
" Sebentar tante buatkan minuman, sekalian tante tuliskan alamat makam ibunya Avi." Wanita itu beranjak ke dalam.
" Tidak usah buat minuman Tan, Kita mau langsung pergi."
" Lo bilang tadi Aviany ketemu Jemima?"
" Ya, tadi sekitar jam 8 dia gua hubungi. Dia bilang ketemu Jemima. Kayaknya dia marah. Dia bilang Jemima ngeliatin foto fotonya sama gua. Gila tuh cewek. Dasar jalang."
Haqeem mendengus. Bayou menatapnya sambil tersenyum tipis. Baru kali ini dia melihat Haqeem marah hanya gara gara seorang gadis.
" What...lo malah nyengir gitu. Gua lagi cemas, You. Dimana coba cewek gua malem malem gini, malahan ini udah lewat tengah malem." Haqeem menatap Bayou sinis.
" Gua ngerti lo cemas, man."
" Kalo lo tau ya ga usah nyengir gitu."
" Gua cuma baru kali ini liat lo segitu panik dan cemasnya hanya karena seorang cewek." Haqeem menatapnya garang.
" Damn it..!!!. Lo telpon Jemima, bilang ga usah macem macem. Liat aja kalo sampe cewek gua kenapa kenapa, dia harus siap terima akibatnya."
" Ini alamatnya. Tapi coba dulu ke alamat yang bawah itu."
Tante Yentri menghampiri Haqeem dengan menyerahkan secarik kertas.
" Yang bawah ini..."
" Itu alamat rumah Alina, sahabatnya juga. Dia pernah tinggal disana sebelum pindah ke rumah ini."
" Alina Marc.."
" Ya..putri Theodore Marc." Haqeem dan Bayou menatap Tante Yentri.
" Aku sudah menghubungi Theo tapi ponselnya selalu sibuk."
" Baiklah, kami pergi."
Bayou mengekori Haqeem yang berjalan sedikit tergesa.
" Apa hubungan cewek gua sama Theodore. Oh babe, what the hell are you?"
Bayou tertawa pelan mendengar Haqeem mengerutu kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love ( Completed )
General FictionHaqeem El Barrack tidak pernah menyangka, dikehidupannya yang selalu berteman dengan kekerasan dan kegelapan ternyata menemukan cahaya dari cinta tulus seorang gadis lugu. Gadis yang tanpa malu dan takut mengakuinya sebagai kekasihnya. Selama ini Ha...