019

2K 447 114
                                        

hangyul rasakan tangan peluk dia. saat buka mata, dia temui yohan tengah terlelap. mulutnya yang terbuka buat giginya kelihatan. hangyul benturkan dahi mereka.

yohan merengut. alisnya beradu, bentuk pola kusut di tengah-tengah diikuti pejam mata yang lebih rapat, sebelum berkedip satu dua tiga kali dan mengaduh.

"bukannya bangunin malah ikut tidur," komentar hangyul. suaranya masih serak.

"abisnya, keliatan enak banget tidur lu."

"sekarang jam berapa?"  hangyul pisahkan diri dari yohan lalu tinggalkan kasur untuk mencari ponselnya.

yohan menarik tangan kiri untuk lihat angka pada jam di pergelangan tangan. "setengah sepuluh—whoa, gue tidur sejam lebih."

"liat hape gua ga?"

"eng ... tadi gue taro di atas meja."

hangyul langsung lirik meja. benar saja, ponselnya ada di sana dengan barang bawaan yohan. hangyul ambil ponselnya dan sambungkan dengan charger. semalam tak sempat isi daya saking lelahnya ia.

yohan berguling di kasur sampai merapat pada dinding. "makan yuk," ajaknya.

"mandi dulu."

"yaudah. sana cepetan mandi."

hangyul tanggalkan jaket dan jatuhkan ke dalam keranjang cucian. ambil handuk yang digantung dekat pintu kamar mandi, pilih baju ganti dari lemari, lalu masuk ke kamar mandi.

kurang lebih lima belas menit, hangyul keluar dengan kaus oblong hitam dan celana training biru tua. rambut basahnya digosok seadanya lalu simpan handuk di tempat semula. ia masukkan baju kotor lain ke keranjang cucian.

lihat keranjang cuciannya yang semakin menumpuk, hangyul buat catatan mental untuk secepatnya mengirimnya ke laundry.

yohan duduk di kasur, menyender pada tembok. dia sibuk dengan ponselnya. sudah pasti sedang buka twitter.

nasi timbel yang seingat hangyul dibicarakan yohan saat di travel sudah dikeluarkan, disimpan di tengah karpet bersama piring hangyul. wangi rempah daging maranggi dalam kotak tupperware langsung merasuk ke hidung hangyul. lapar serang dia seketika.

yohan simpan ponsel saat hangyul hampiri. angsurkan senyum, lalu pinta sendok pada hangyul. dia tak tahu hangyul taruh sendok di mana. hangyul mengambilnya dari dalam laci lalu berikan satu pada yohan.

hangyul duduk berhadapan dengan yohan, ambil bagiannya lalu makan tanpa bersuara. yohan makan sambil gulirkan timeline twitter.

"hapenya simpen dulu. makan yang bener."

teguran hangyul mempan, walau hasilkan kerucutan bibir yohan.

"hari ini ada rencana?" yohan bertanya. ganti perhatian dari ponselnya pada hangyul.

"ke tempat laundry ngasihin baju kotor, terus ...."

"terus?"

"ga ada."

"ga ke angkringan?"

"gua minta libur sama bang seungyoun."

"tumben ...."

hangyul melahap nasi, kunyah sebentar lalu telan. makannya cepat dengan sesekali teguk air putih.

"pengen istirahat gua."

"iya sih. kalo diforsir entar lu sakit."

yohan menyendok suapan terakhir makannya. lalu hangyul terpikir topik yang belum sempat ia angkat di kamis sore, tentang sudahi hubungan pura-pura mereka.

"han."

"yup."

hangyul sedikit ragu. putar otak dia buat pilih-pilih kata yang akan keluar dari mulut.

"inget ga, lu pernah nanya sampe kapan."

"apanya yang sampe kapan?" lantas yohan terdiam sejenak, kelihatan berpikir. "oh ... status kita?"

"iya."

"mau udahan aja?"













akhirnya!!!!

inevitable ° gyulyohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang