027

1.7K 389 17
                                        

tidak akan selesai bila ladeni yohan untuk berdebat. kadang kala batunya dia benar-benar buat jengkel hati. dia masih belum balas pesan pacarnya itu. bingung katanya. ditanya mengapa jawabannya makin berputar-putar. niat bantu balas pesan malah ditolak mentah-mentah. lanjut kerjakan tugas pun jadi tidak dalam konsentrasi penuh.

untung sekali mereka punya sihun. laporan mereka hampir sepenuhnya rampung. tinggal buat power point untuk presentasi. yena usulkan diri untuk kerjakan itu karena ia merasa belum banyak membantu.

"pokoknya, sebelum masuk kelas besok ppt udah jadi," janjinya. sihun dan yohan setuju-setuju saja.

sihun matikan laptop setelah kirim dokumen tugas mereka ke email yohan dan yena, lalu rapikan barang untuk dimasukkan ke dalam tas. kerja kelompok mereka sudah selesai.

"kamu udah bales hangyul belum?" yena bertanya lagi pada yohan, yang pada akhirnya ambil gorengan yena karena ia mulai merasa lapar. kunjungi warung nasi jadi rencananya sebelum pulang ke kosan setelah ini.

"cuma gue read doang."

"ga bakal salah paham gitu? hangyul ngira kamu ngambek atau apa."

"kalo nanya yaaa tinggal bilang aja lupa bales."

"ga bakal kenapa-kenapa?"

"yen, tumben dah kepo amat lu," yohan nyinyir. sihun berusaha menahan diri untuk tidak tertawa. yena yang mendengar balasan yohan manyun seketika.

"aku peduli dibilang kepo. yohan yang udah aku kenal dua tahun lebih, yang katanya ga pernah pacaran tiba-tiba bilang punya pacar. terus sekarang lagi bingung bales chat pacar, malah milih buat ngeread doang. tanda-tanda menuju kesalahpahaman, tau!"

"udah kepo, sotoy lagi. sihun aja ga masalahin. bener kan, hun?"

sihun masih mencoba menahan tawa.

"anjir dicuekin."

sihun berdeham. "ke angkringan aja yuk."

"ngapain!" yohan protes. ia masih belum siap bertemu dengan hangyul. sedangkan yena rekahkan bibirnya, sudah tentu setuju.

"nah, bener. datengin langsung aja udah. kalo kamu ada unek-unek sama hangyul juga lebih enak ngomong langsung."

"nanti aja deh gue bales chatnya abis di kosan. ga usah ketemu juga."

"ga percaya aku sama nantinya kamu, han."

"tapi gue laper. di angkringan ga ada yang bikin kenyang."

"masa sih? ada kali nasi kucing."

"namanya nasi kucing porsinya dikit, yen."

"yang pinter dong, belinya lebih dari satu. baru jam delapan juga kan ini. pasti masih banyak lah."

yohan masih berusaha untuk berkelit, namun kali ini yena lebih keras kepala, kalahkan batunya dia. sihun juga tidak ada niatan untuk membantunya sama sekali, biarkan saja dia dan yena berdebat, seakan tahu hasilnya seperti apa.

"ya udah. kita ke angkringan."

seperti biasa, yohan ikut motor sihun. yena membawa motornya sendiri. yohan masih bertanya-tanya apakah keputusannya untuk mengiyakan ajakan sihun dan yena benar pilihan yang tepat. menyoal kenapa dia bingung membalas pesan hangyul, ia sendiri tidak tahu.

tidak karuan benaknya karena hangyul bilang dia habis makan bersama anak-anak ukm. terlebih saat hangyul sebut nama adik tingkat yang yohan tak tahu siapa, bilang kalau dia ingin temui yohan karena jadikan panutan.

bagian dari kesehariannya yang ingin yohan tanggalkan jauh-jauh darinya senang sekali datangi dia. hangyul yang masih menggeluti taekwondo kadang kala buat yohan tak nyaman.

namun, hanya hangyul yang dapat dia temui dengan leluasa tanpa merasa bersalah. yohan tak pernah mau menemui kawan-kawan ukmnya bila direncanakan. apabila tidak sengaja bertemu, dia memilih untuk menghindar dengan cepat.


















opsi yang menang yang b ya. sampai jumpa di part selanjutnya! :)

inevitable ° gyulyohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang