004

2.8K 583 33
                                    

"udah sarapan?"

"abis bangun kan langsung nyamperin elu, mana sempet sarapan."

yohan merogoh sari roti sandwich dari tas selempangnya lalu lemparkan pada hangyul.

"buat gua?"

yohan anggukkan kepala. "minumnya beli sendiri."

"thanks, han." hangyul senyum, sobek plastik kemasan lalu gigit ujung sandwich coklat, nikmati sarapannya di atas motor matic miliknya. yohan meninggalkannya di parkiran jasa cetak dan fotokopi ke depan etalase dengan secarik bon di tangan, hampiri pegawai fotokopi untuk mengambil barang yang janji diselesaikan hari ini. tidak akan lama katanya.

hangyul berpesan agar yohan hati-hati menaiki anak tangga di depannya, yang dibalas dengan rotasi bola mata dan ungkapan masa bodo dari kawannya.

roti yang diberikan yohan sudah ludes menuju perut, saat dia kembali dengan setumpuk kertas yang dimasukkan ke dalam totebag merah marun berukuran besar. jantung hangyul seakan hendak copot ketika yohan hampir terjatuh saat menuruni beberapa undakan menuju parkiran.

kaki kanan yohan yang patah karena terlibat insiden kecelakaan bus di jalan tol semester lalu masih belum sembuh benar. ia sudah lepaskan alat bantu sejak jauh-jauh hari, namun yohan masih saja mengeluh sesekali kalau kakinya berdenyut nyeri. walaupun begitu, tak jarang ia berlaku sembrono dengan kondisi kakinya. katanya ia sudah tidak peduli.

hangyul tak dapat berbuat apa-apa.

"lagian gue emang udah mutusin buat berhenti jadi atlet taekwondo," ungkap yohan beberapa bulan yang lalu, ketika hangyul menjenguknya selepas insiden kecelakaan bus di rumah sakit. kaki yang patah lebih dari cukup untuk yohan jadikan alasan.

mereka berdua menjadi kawan dekat sejak bergabung dengan ukm taekwondo kampus. berbeda jurusan tak jadi halangan. keduanya sering habiskan banyak waktu bersama di luar latihan ukm tiap minggu. yohan tahu ada siapa saja di lingkaran pertemanan hangyul dan sebaliknya.

lepas dari taekwondo, mereka masih sering nongkrong bareng. yang berbeda hanya tidak ada lagi teman yang bisa diajak hangyul bersikap bodoh saat pemanasan tiap hari selasa saat latihan.

"kalo jalan matanya dipake," komentar hangyul begitu yohan berada di hadapannya.

"mata kaki gue ketutupan sepatu," balasnya, tahu maksud hangyul ke arah mana.

"abis ini kemana?"

"kampus. kelas gue mulai jam setengah sebelas."

yohan serahkan totebag yang dia jinjing pada hangyul yang mengerti dan menggantungnya di cantelan motor.

"baliknya perlu dijemput ga?"

"ga usah. balik sendiri aja."

mesin motor dinyalakan. yohan naik ke jok belakang. punggung hangyul ditepuk sebagai gestur kalau ia sudah aman untuk melaju.

setelah antarkan yohan, hangyul langsung pergi ke fakultasnya. dia mampir ke kantin buat beli minum dan bergabung dengan bang seungyoun yang habis keluar kelas pagi, sedang menyeruput kopi.

"kelas pagi juga, gyul?"

"enggak bang. kelas gua siang entar jam satu."

bibir seungyoun maju diikuti alisnya yang naik. "ngapain ke kampus jam segini kalo gitu?"

"abis nganter yohan, ya sekalian aja ngampus."

bang seungyoun angguk-angguk.

hangyul meninggalkan bang seungyoun sebentar untuk memesan nasi goreng pada bibi kantin. roti yang diberi yohan tidak cukup mengganjal perutnya.

inevitable ° gyulyohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang