028

1.8K 401 39
                                    

hal pertama yang ingin sekali yohan lakukan saat tiba di angkringan adalah putar tumit dan pulang.

harusnya. harusnya dia tetap bersikeras untuk tidak ikuti kemauan yena dan sihun. harusnya dia abai dan berkelit lebih jauh lagi supaya dia tak perlu datang kemari.

yohan bisa lihat hangyul, duduk di kursi plastik bersama seungyoun, jeongguk dan yugyeom, tanggapi konversasi seniornya dengan angguk lalu balas ucap yang tidak bisa yohan dengar, hanya dia tahu lewat gerak bibir dan gestur tangan yang tak dapat diam.

"itu hangyul kan?" yena tunjuk posisi hangyul yang sudah lebih dulu yohan tahu.

"iya." sihun yang membalas. postur yohan rigid di sebelahnya, yena sampai tepuk punggungnya.

"kaku amat han. santai dikit coba."

inginnya yohan juga begitu. tapi sulit buat dia santai hadapi hangyul dan mantan senior ukm-nya bila yang ada di otaknya adalah pergi dan lari. dia tidak ingin bertemu dengan jeongguk dan yugyeom.

"kita samperin aja yuk--"

"jangan!" yohan tahan lengan yena yang melangkah lebih dulu. riuh angkringan meredam suaranya yang cukup tinggi. sebelum dengar protes temannya, buru-buru yohan menambahkan, "kita mesen aja dulu. dia juga nanti liat gue."

"biar hangyul yang nyamperin kamu gitu?"

yohan tidak balas, pilih jalan lebih dulu ke stand kasir. yena misuh-misuh di belakang sihun yang menyusul yohan karena diabaikan. jinhyuk yang berjaga di balik kasir.

"loh, ada yohan. kangen hangyul ya kamu," sapa jinhyuk sambil menggoda. yohan tersenyum saja. sudah kebal. "temen-temen kamu?" tanya jinhyuk kemudian, melirik sihun dan yena di sebelah yohan.

"iya, bang. temenku."

"mau pesen?"

"ya masa mau ngamen."

jinhyuk terbahak. "kalo mau ngamen gratis, kan udah disediain panggung di sana. siapa aja boleh kok."

"lah, siapa aja bisa bebas nyanyi emang? gue kira cuma pajangan doang, hyuk. dari tadi cuma nyetel lagu dari playlist spotify doang."

yohan tidak perhatikan keberadaannya, namun lelaki yang sedari tadi berada di sebelah jinhyuk memotong pembicaraan. yohan ingat wajahnya, mungkin mereka pernah bertemu. tapi dia tak bisa temukan nama yang bisa disandingkan dengan wajah itu.

"yakali, mas. lu mau nyanyi sekarang juga boleh. mumpung nganggur tuh." jinhyuk ladeni si tanpa nama, lalu berikan secarik kertas pada yohan dengan tabel menu. namanya sudah ditulis pada pojok kanan atas.

yohan memberikan kertas yang dia terima pada sihun setelah ceklis teh jahe.

"ga mesen nasi kucing? tadi katanya laper."

"lapernya ga jadi." dengar jawaban ketusnya, sihun telisik yohan.

"bener?" dia memastikan. yohan tidak menanggapi, keburu fokuskan dengar obrolan jinhyuk dan si tanpa nama.

"boleh nih?"

"iya mas. sana, keburu si seungyoun ngamuk."

("han.")

"omong doang, hyuk. dari sebelum dateng ngancem mau nyolok mata gue kenyataannya kagak. malah nyuekin gue terus gabung sama hangyul--"

"yohan."

lengan bajunya ditarik yena. menoleh pada temannya, yena tanyakan lagi hal serupa yang ditanyakan sihun.

"nanti aja, yen. gampang."

"oh ya udah. jadinya teh jahe aja?"

"iya."

yena kemudian berikan kertas menu dengan pesanan mereka pada jinhyuk, yang mengulangi pesanan mereka untuk memastikan.

"mau gabung sama hangyul?"

sebelum dua temannya menjawab, yohan terburu-buru membalas jinhyuk.

"engga, bang. kita di spot lain aja."




















iya maaf ya belum ada interaksi wkwk. mau bikin orang gemes dulu.

btw, ga lama lagi kayaknya bakal mulai simultan update sama work insatiable. timelinenya udah sinkron sekarang.

inevitable ° gyulyohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang