033

1.4K 310 26
                                    

jumat sore. tidak ada kelas yang harus dia datangi hari ini. yohan hanya berbaring di kasur seharian. buka youtube, cek twitter, pelototi langit-langit kamar, dan pergi ke kamar mandi ketika kebelet pipis.

pukul dua siang ada panggilan masuk. hyeop ajak yohan makan malam bareng. sekaligus ingin curhat tentang gebetan, yang kebetulan yohan kenali karena pernah satu ukm dulu. yohan iya-iya saja. tapi dia sedang tidak ingin injak kaki keluar kosan.

"yaudah, gue yang nyamperin lo ke kosan entar sambil bawa makan. mau apa?"

"apa aja deh. d'chick juga sabi."

"oke. detailnya di chat aja ya."

"sip."

"abis maghrib gue otw."

"oke."

telepon ditutup, yohan balik melamun. tiga hari hangyul tidak menghubunginya. menurutnya wajar, yohan suguhkan isi hatinya yang tidak enak didengar. yohan skeptis hangyul ingin bertemu dengannya lagi setelah ini.

yohan ingin meminta maaf. setidaknya untuk kurangi rasa bersalah karena manfaatkan hangyul selama ini. namun buka ruang obrolannya dengan hangyul saja dia tidak berani. prasangka buruk terlanjur penuhi isi kepala. hangyul tak akan bereaksi dengan permintaan maafnya.

sempat yohan mencemooh diri sendiri, mengapa dia merasa takut kalau sejak awal dirinyalah yang membuat hangyul meninggalkannya pada selasa malam lalu. harusnya tidak masalah untuknya. hana meninggalkannya saat yohan beritahu adiknya bahwa dia akan membuang taekwondo dari hidupnya.

hana, adik kesayangannya. yohan rindu habiskan waktu dengannya. dia tidak ingat kapan terakhir kali mereka bersenda gurau bersama. interaksi terakhir yang terpatri dalam memorinya adalah amarah hana yang tumpah tanggapi keputusan yohan. hana abai padanya setelah itu, dan yohan tidak mencoba untuk memulai obrolan-obrolan baru. lagi-lagi karena takut. lagi-lagi karena prasangka buruk hana tidak akan tanggapi dia.

yohan hampir membanting ponselnya ketika halaman utama whatsapp berubah menjadi panggilan pada adiknya. dia sedang pandangi foto profil hana ketika jempolnya tak sengaja mengusap icon panggilan suara. cepat-cepat dia matikan panggilannya sebelum dering kedua terdengar. jantungnya bergemuruh.

denting pesan masuk terdengar. kontak hana berpindah menjadi paling teratas pada halaman utama whatsapp. yohan tidak sanggup membukanya.

hana
kak yoyo? (1) 15:03

dua menit. lima menit. sepuluh menit. yohan membiarkan cahaya ponselnya redup kemudian gelap. layar ponselnya kembali menyala bersamaan dengan bunyi irama panggilan masuk dan getaran pada badan ponsel.

hana
incoming call

yohan tidak mengangkatnya. hana kembali memanggilnya. dua. tiga.

hana kirim yohan pesan lagi.

hana
kak jawab (2) 15:20

panggilan keempat yohan masih tidak menjawabnya. pada panggilan kelima, dia usap icon hijau ke atas. letakkan ponsel di telinga, yohan bungkam.

"kak yoyo?"

"...."

"kak ...."

"...."

"kak, ngomong dong."

"...."

"kak, tau ga sih hana kangen denger suara kak yoyo?"

"...."

"kangeeen banget. hana nyesel pas minggu kemarin kak yoyo pulang, hana malah pergi keluar mulu."

"...."

"sumpah hana nyesel banget kak."

"...."

"kak yoyo baik-baik aja kan?"

yohan masih bungkam. hana ikut diam. dadanya perlahan penuh, mendesak menuju leher yang ikut-ikutan sesak sampai ke hidung dan tenggorokan. mual terasa di ujung lidah. dia ingin muntah.

yohan terbatuk.

"han--"

dia menekan pelupuk matanya dengan jari-jari tangannya. matanya panas.

inevitable ° gyulyohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang