030

1.6K 352 21
                                    

pukul sepuluh. yohan rasakan kantuk merayap ke tubuhnya. tiga kali dia coba menahan kuap. hangyul tepuk pahanya lantas berbisik,

"ngantuk?"

"lumayan."

"mau pulang aja?"

tentu saja. yohan ingin pulang sejak injakkan kaki di angkringan. yena pamit duluan, gunakan alasan kerjakan ppt untuk kabur. disusul oleh sihun. entah apa alasan yang dia pakai, sihun tak izinkan yohan ikut. padahal yohan kira sihun rasakan penderitaannya bergabung dengan jeongguk dan yugyeom. oh, yohan lupa dia tidak beritahu sihun tentang itu.

karena ada hangyul, sepertinya. hangyul si pacar pura-pura yang bukan lagi pacar pura-pura. yohan bisa pulang dengan hangyul. tapi yohan tak ingin menunggu hangyul sampai dia selesai bekerja.

dia sempat pikirkan untuk pulang sendiri. tak ada masalah untuk putuskan pulang sendiri. hanya saja sedari tadi dia belum temukan waktu yang tepat untuk pamit undur diri.

yohan tak ingin berdiam lebih lama lagi. jeongguk singgung perihal keberlangsungan ukm, beritahu yohan tentang diskusi calon ketua ukm selanjutnya yang dia bahas bersama hangyul dan yugyeom (ditambah seungyoun sebagai pendengar) sebelum yohan bergabung. nama hangyul muncul bersama dengan woojin. bila yohan masih bergabung, sudah barang tentu dia akan menjadi kandidat.

kandidat terkuat.

bila yohan masih ada di ukm taekwondo, jeongguk tak akan segan serahkan posisinya pada yohan saat dia lengser di akhir tahun ini.

yohan pilih diam.

jeongguk lantas tanyakan kondisi kakinya. disusul yugyeom yang komentari status hubungannya dengan hangyul. katanya, terkejut ia saat tahu yohan dan hangyul berpacaran. yugyeom tahu mereka dekat. tapi selain dekat, keduanya mirip seperti rival.

yohan ingat bagaimana dia dan hangyul berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. awal kedekatan mereka. yohan menikmatinya, miliki rekan kompetitif yang ingin sekali kalahkan dirinya dalam arena tanding.

yohan tidak pernah bertanya bagaimana perasaan hangyul saat yohan putuskan untuk berhenti tekuni taekwondo. selama ini dia hanya pikirkan diri sendiri.

saat hangyul mengunjunginya di rumah sakit berbulan-bulan yang lalu, ketika yohan bilang akan berhenti, dia tak mendengar bagaimana komentar hangyul. yohan menyuruhnya untuk diam.

obrolan hangyul dengan jeongguk dan yugyeom kira-kira sudah selesai. tinggal menunggu keputusan hangyul yang akan berunding dengan woojin terlebih dahulu. dapatkan izin pada seungyoun untuk mengantar yohan begitu mudah. malah dia sarankan untuk hangyul pulang saja sekalian.

"diliburin nih gua ceritanya bang?"

"dari awal juga gawe lu hari ini bentaran doang, gyul. ada yang gantiin lu juga kan."

"mas seungwoo maksudnya?"

"iya. udah sana balik. kasian itu pacar lu tidur di jalan entar."

hangyul ambil tas, sekalian yohan hampiri kasir untuk bayar.

"ga nunggu sampe tutup kayak biasa, han?" tanya jinhyuk setelah terima lembaran uang warna biru.

"engga, bang. keburu ngantuk."

"eh, tadi atas nama sihun ya?"

"iya."

jinhyuk hitung jumlah pesanan yohan, sihun dan yena, lalu masukkan selembar lima puluh ribu ke dalam mesin kasir dan keluarkan kembalian. dia berikan pada yohan sambil sebutkan nominal.

"hangyul nganter?"

"yep."

yohan tak sebutkan kalau hangyul dapat izin pulang lebih dulu dari seungyoun, pun tentang seungwoo (si tanpa nama, omong-omong) yang gantikan hangyul.

hangyul muncul dengan tas disampir di bahu kiri. kunci motor di tangan. tidak ada yang bertanya tentang mengapa hangyul membawa tasnya. yang lain sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

yohan ikuti langkah hangyul ke tempat parkir. tidak ada yang berbicara. keduanya diam sampai mereka naiki motor dan melaju ke kosan yohan.

sampai di tempat tujuan, motor diparkir lalu giliran hangyul ikuti langkah yohan.

"habis ini pulang?" yohan bertanya, akhirnya. "atau mau diem di sini dulu sebelum gerbang dikunci jam 12 entar?"

"bukannya ngantuk?"

"ga begitu sih kalo sekarang."

yohan putar kunci. pintu kamar terbuka. tas dilepas lalu disimpan di atas kasur. hangyul lakukan hal sama, namun letakkan tasnya di lantai, dekat lemari pakaian. dia ambil alih kursi di dekat meja belajar.

"lu baik kan?"

"baik kok," jawabnya, bohong. telisik sorot mata hangyul beritahu bila dia tahu yohan ucapkan dusta. "kenapa?"

"lu keliatan ga nyaman pas tadi kumpul sama bang jeongguk bang yugyeom."

tepat sasaran. yohan jadi ingin marah karena hangyul yang pertama ajak dia untuk bergabung. tapi yohan tidak dapat marah karena dia pasrah setujui yena untuk bergabung. bukan berarti dia mesti tumpahkan kesalnya juga pada yena.

"mau cerita?" hangyul kembali berbicara. dia tidak pernah tawarkan hal begini sebelumnya. berikan yohan pilihan untuk menolak atau menerima tawarannya. hangyul biasa todong dia langsung atau pilih diam untuk tidak membahasnya. seperti memaksanya untuk jadi pacar pura-pura, juga ketika dia diam saja dan biarkan yohan kukuhkan keputusannya untuk tak melanjutkan taekwondo setelah yohan pinta dia untuk tidak membahasnya.

"apa yang bisa gue ceritain emang?"

"apa aja."

"termasuk tanggapan gue soal lo yang jadi pilihan bang jeongguk buat gantiin dia?"

hangyul mengangguk.

"gua tau lu pasti punya unek-unek."

benar. yohan memang miliki pemikirannya terkait itu. tapi dia tidak siap menumpahkannya pada hangyul. karena bila dia mengucapkannya, dia pasti akan bertanya, bagaimana perasaan hangyul saat yohan memilih untuk berhenti dari taekwondo.













maaf banget baru bisa update lagi. abis dapet selca mereka berdua kemarin, aku keinget work ini :')

inevitable ° gyulyohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang