Seokjin memberhentikan mobilnya pinggir danau. Entah dimana ini namun yang pasti sudah memasuki pedesaan.
Danau luas itu terbentang dan dipinggir danau ada beberapa sawah, ladang dan juga warga yang menarik barang dengan sapinya.
"Ini dimana?" tanya Jisoo bingung.
"Ini desa Nenekku, desa yang paling dekat dengan Seoul." jelas Seokjin sembari duduk di pinggir danau dan sudah bertelanjang kaki.
Jisoo lantas membuka sepatunya juga dan ikut duduk disebelah Seokjin sambil sesekali bermain air.
"Mana Nenekmu?"
"Sudah meninggal." jawab Seokjin spontan dan membuat Jisoo agak kaget.
"Mianhe." Jisoo meminta maaf sambil tertunduk.
"Tak masalah. Aku tiba-tiba rindu desa ini dan entah bisikan apa yang membuatku berkunjung ke sini."
"Apa kau tidak punya kerabat disini?"
"Tidak."
Seketika atmosfer kembali hening. Jisoo hanya sibuk bermain air dan Seokjin kelihatannya asik memandang langit.
Jisoo tersenyum sendiri sambil bermain air, dia terlihat senang bermain dengan ikan, kaki-kakinya dijilati oleh ikan mas yang berwarna orange keemasan.
Seokjin ternyata diam-diam melirik dan mencuri pandangan, ditatapnya Jisoo dengan lekat, memandangi wajah cantik gadis itu dengan senyum yang tidak memudar.
Jisoo sektika menoleh ke arah Seokjin dan dengan cepatnya pria itu memalingkan wajahnya ke atas langit.
"Kau menatapku ya tadi?" Hardik Jisoo dengan percaya diri.
"Hah lihat siapa yang sangat percaya diri ini? Aku menatapmu? Yang benar saja." walau tuduhan Jisoo benar namun Seokjin tetap tak mau mengaku.
"Ngomong-ngomong sebenarnya aku takut air, maksudku, aku tidak bisa berenang." Jisoo pun mencairkan suasana dan membuka topik pembicaraan.
"Hmm." Seokjin hanya menjawab sekenaknya.
"Tapi aku ingin sekali merasakan bagaimana rasanya berenang, menyelam di dalam air. Katanya ketika berenang rasanya seperti terbang. Aku ingin sekali merasakannya." Jisoo hanya tersenyum kecut sembari menatap ke dalam danau dan tanpa disadari Seokjin menatapnya lagi sekarang.
"Ah maaf kelihatannya aku terlalu banyak bicara." Jisoo hanya menggosok belakang kuduknya dan tersenyum canggung.
"Kau ini benar-benar seperti burung beo, bicara terus. Ngomong-ngomong ketika kau takut sesuatu pasti ada tragedi yang membuat kau trauma. Kalau boleh tau apa penyebab kau takut?"
"Ya! Kau bilang aku seperti burung beo tapi sekarang kau yang banyak bertanya." Jisoo membantah cepat.
"Jawab saja dasar bawel!" Seokjin menjitak kening Jisoo dan membuat gadis itu meringgis kesakitan.
"Itu pemaksaan namanya." Jisoo memalingkan wajahnya sambil mendengus kesal.
"Ah arraseo kumohon ceritakan ceritamu Jisoo." dan Seokjin berusaha bicara selembut mungkin walau nadanya juga terdengar ketus
"Apa? Kurang keras aku tidak dengar." Jisoo mendekatkan telinganya sembari menelentangkan tangannya juga di dekat telinganya.
"Ashhh ya sudah tidak usah!" Seokjin membalikan badannya, kesal dengan godaan dari Jisoo.
"Haha baiklah aku cerita. Dulu saat masih kecil ada temanku yang kelihatannya tidak suka padaku. Hari itu sekolah mengadakan kemah dan aku ikut, saat disungai ketika mengambil air dan mencari ikan tiba-tiba temanku itu mendorongku ke dalam sungai. Dia juga mencaciku dan mengatakan bahwa aku sudah merebut orang yang dia sukai tapi aku bahkan tidak tahu siapa yang menyukaiku dulu. Lalu aku hanyut terbawa arus sungai sampai ke tengah dan puncaknya ketika hampir sampai dengan air terjun tiba-tiba kepalaku pening dan aku seketika pingsan lalu tahu tahu ketika bangun aku sudah ditepi. Semenjak hari itu aku takut berenang." jelas Jisoo panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poor And The Rich (JinSoo)
FanfictionKim Seokjin, lelaki kaya dan memiliki orang tua yang cukup berpengaruh di dunia. Namun hal itu membuat dia sombong dan besar kepala. Apa pun yang dia inginkan harus terpenuhi, ya SEMUANYA. Kim Seokjin sangatlah terkenal di SMA-nya dan sangat disegan...