Coretan disetiap meja mau pun loker Jisoo adalah hal biasa sekarang. Gadis itu selalu menghadapinya dengan lapang dada dan tidak melawan semua penindasan terhadap dirinya.
Jika boleh dibilang Jisoo sangat sabar menghadapi cemohan demi cemohan. Penindasan terhadap dirinya tidak pernah berhenti seiring waktu berjalan bahkan rasanya penindasan ini semakin hari semakin parah saja.
Entahlah kenapa Seokjin sekejam itu tapi jujur saja tidak ada yang berani buka mutul untuk mengadu pada guru jika Seokjin menindas Jisoo padahal pak kepala sekolah Kwon Ji-yong sama sekali tidak pilih kasih tapi entah kenapa anak-anak tetap menutup mulut.
Jisoo duduk di taman sendiri sambil memakan roti coklat yang dia bawa dari rumah, ibunya yant membuatnya khusus untuk Jisoo karena Jibsa khawatir anaknya itu tidak makan disekolah karena setiap pulang uang jajan Jisoo selalu utuh dan dia tabung, kebiasan Jisoo tidak suka menghambur-hambur uang ternyata cukup merepotkan menurut Jibsa.
Saat akan berdiri tiba-tiba dari lantai dua air bekas mengepel lantai tumpah mengenai tubuh Jisoo.
"Maaf, aku sengaja haha." dan yang diatas hanya tertawa senang, orang yang tertawa tak lain dan tak bukan adalah Yerin.
"Kau tak apa?" Umji tiba-tiba menghampiri Jisoo berdua dengan Lisa sambil memberikan handuk.
"Aku tak bisa banyak membantumu, aku tidak berani pada Seokjin, tapi jujur saja aku sedikit khawatir. Bersihkan dirimu." ucap Lisa sambil berbisik lalu pergi meninggalkan Jisoo.
Jisoo menerima handuk itu dan menatap kepergian Umji mau pun Lisa, ternyata masih ada yang peduli dengannya, Jisoo jadi terharu.
Gadis itu pun pergi ke toilet dan membersihkan dirinya yang kotor disana. Tadi Jisoo sudah meminta kaos cadangan di klinik dan memakainya walau pun kebesaran.
Saat akan keluar dari toilet Jisoo kaget sendiri, pintu toilet tidak bisa di buka. "Hei ada orang di luar? Tolong aku!" teriak Jisoo dengan kerasnya.
"Huhu bagaimana ini? Sedikit lagi pelajarn fisika, pak Siwon pasti sudah dikelas." gumam Jisoo.
"Jangan menyerah Jisoo." katanya lalu Jisoo pun mulai naik ke atas toilet duduk lalu memanjat ke alar cela atas pintu dan berhasil keluar.
"Akhh--" Jisio agak terpeleset sehingga tangannya membentur sudut pintu dan membuat tangannya tergores. Jisoo buru-buru berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar.
Alangkah terkejutnya Jisoo saat melihat tanda "toilet rusak" pantas saja tidak ada yang datang dan menolongnya.
Jisoo berlari dengan cepatnya menuju kelas. Saat pintu dibula auranya sama saja, semua menatapnya dengan mata yang sama seperti kemarin. Teman-temannya atau bisa dibilang mantan temannya hanya mampu diam dan nampak tidak peduli.
Jisoo lantas duduk dibangkunya sesegera mungkin. Dia bersyukur karena Pak Siwon belum masuk ke dalam kelas, kalau dia terlambat barang sedetik saja mungkin Jisoo akan dihukum lagi.
Pak Siwon masuk dengan senyum merekah khasnya sendiri. "Baiklah anak-anak keluarkan buku fisika kalian, kita akan lanjutkan pelajaran yang kemarin."
Jisoo merogok tasnya namun hasilnya nihil, buku fisikanya sama sekali tidak ada didalam tas, hal itu membuat Jisoo kalang kabut sendiri.
"Kenapa kamu Kim Jisoo? Maksudku Ji Jisoo, mana bukumu nak?" tanya pak Siwon dengan mata siap membunuh.
"Anu pak, tadi rasanya malam tadi sehabis belajar aku sudah menyimpannya tapi sekarang tidak ada." ucapan Jisoo nampak terbatah-batah saking gugup dan takutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poor And The Rich (JinSoo)
FanfictionKim Seokjin, lelaki kaya dan memiliki orang tua yang cukup berpengaruh di dunia. Namun hal itu membuat dia sombong dan besar kepala. Apa pun yang dia inginkan harus terpenuhi, ya SEMUANYA. Kim Seokjin sangatlah terkenal di SMA-nya dan sangat disegan...