Seokjin merenggangkan badannya dan terbangun sambil menggarut-garut bokongnya malas.
"Hoam aku benci hari senin, eh hari ini kan hari rabu." Entah dia tengah mengigau atau sudah terbangun namun Seokjin kembali mencekat air liurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dapat dilihat kamar Seokjin yang begitu besar sekaligus cukup berantakan karena dipenuhi oleh robot dan mesin hasil ciptaannya sendiri, ada yang masih bisa hidup dan ada juga yang sudah rusak atau gagal dibuat.
Butuh waktu beberapa menit sampai akhirnya pria bersurai gagah itu selesai bergelut dengan air yang cukup dingin.
Setelah itu dengan cepatnya Seokjin mengenakan seragam dan memakai parfum mahal seharga jutaan won yang persis seperti punya Papanya.
"Mama aku lapar, mana Bi Jibsa? Aku hanya mau makan masakan dia ataupun Mama." Seokjin kembali berteriak membuat orang dipenjuru rumah kaget.
"Seokjin bicara pelan-pelan nak. Bi Jibsa belum datang sepagi ini, dan Mama membuatkanmu roti bakar dan susu hangat, makanlah." Seoknjin hanya mengangguk dan memakannya dengan lahaf. Seokjin hanya memakan masakan Jihyun dan juga masakan Jibsa.
"Mama, mana Papa?" Seokjin bertanya perihal keberadaan Doryeon yang jarang berada dirumah.
"Malam tadi dia pulang larut Seokjin dan pergi lagi sekitar pagi tadi saat kau masih tidur." jelas Jihyun sambil berharap anaknya ini tidak kecewa, tapi hati Jihyun terpukul saat melihat ada sorot mata sedih dari Jihyun.
"Papa selalu sibuk Ma, dan dia kelihatannya lupa dengan keberadaanku." Seokjin bicara dengan kelutnya sambil memakan roti bakar yang Jihyun buat
"Seokjin, Papamu begitu karena demi menapkahi hidup kita." Jihyun berusaha menghibur Seokjin, berharap anaknya ini tidak menaruh dendam pada Doryeon.
"Aku rindu saat Papa mengajariku cara merangkai robot dan mesin, aku rindu sekali saat aku memenangkan perlombaan membuat robot tingkat SD dulu dan Papa datang. Aku rindu sekali Ma, kenapa semakin hari aku semakin jauh pada Papa?" tanpa disadari setetes air mata turub dari pelupuk mata Seokjin.
"Oh astaga putraku, jangn menangis nak." nasehat Jihyun sambil merangkul Seokjin lembut menuju pelukannya.
Jihyun dan Doryeon mungkin punya kesibukan namun berbeda dengan Doryeon, Jihyun memiliki waktu cukup berada dirumah dan bisa terus bersama Seokjin, membuat anaknya ini merasakan juga kasih sayang seorang Ibu.
"Sudah jangan menangis seperti ini iron man, kau kan kuat sekuat besi." Jihyun kembali menggoda dan seketika Seokjin berhenti menangis.
"Baiklah kalau begitu aku berangkat dulu ya Ma." Seokjin berpamitan pada Jihyun dan melajukan mesin mobilnya.
****
Suara riuh sekolah memang menjadi ciri khas terutama saat Seokjin datang, semua keriuhan itu juga ikut datang lantaran Seokjin menjadi pusat dari semuanya. Pintar, anak orang kaya, dan tampan. Tidak ada cacat sedikit pun.
"Suga, Suho kalian dimana?" Seokjin menelpon Suga dan yang menjawab telponnya adalah Suho.
"Kami sudah ada dikelas Seokjin." jawab Suga sekenaknya.
"Ya, kalian jahat sekali, kalian meninggalkanku? Aissh aku tidak mau dikerumuni orang banyak." Seokjin berdecak dan belum keluar dari mobilnya namun semua orang sudah menunggu diluar mobil, ingin melihat Seokjin secara langsung.
"Sial sial sial." Seokjin mengumpat lagi saat telponnya tidak direspon oleh Suga ataupun Suho, benar-benar bebal.
"Aku harus apa? Eottokeh?" Seokjin bertanya pada dirinya sendiri dan wajahnya kelihatan sangat frustasi. Tidak lucu dia harus melakukan oprasi plastik hanya karena wajahnya lecet sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poor And The Rich (JinSoo)
FanficKim Seokjin, lelaki kaya dan memiliki orang tua yang cukup berpengaruh di dunia. Namun hal itu membuat dia sombong dan besar kepala. Apa pun yang dia inginkan harus terpenuhi, ya SEMUANYA. Kim Seokjin sangatlah terkenal di SMA-nya dan sangat disegan...