"Astaga kita akan telat!"
"Ini semua karena kau! Kenapa tadi malam tidur tengah malam heh?"
"Aku? Kalau aku tidak bergadang tugas ini tidak akan selesai!"
Perdebatan antar seorang lelaki dan perempuan membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka dengan heran. Sesekali perempuan itu nampak kesal dan menginjak kaki lelaki itu tapi dengan sengitnya si lelaki menghindar bahkan menepuk pelan jidat perempuan itu.
"Jaewook sakit!" keluh Jibsa sambil meringgis dan memegangi jidatnya yanga baru saja di pukul pelan oleh Jaewook.
"Kau ini cerewet sekali, kalau kau cerewet begini anakmu nanti pasti juga akan cerewet." balas Jaewook lagi.
Jibsa mengembulkan pipinya dan menyipangkan kedua tangannya. Dia menatap Jaewook dengan kesalnya dan matanya serasa sudah mau keluar.
"Aku bergadang itu karena tugas sialanmu itu! Karena tugasmu lah aku harus menyelesaikannya dan sekarang kau malah menyalahiku?!" Jibsa berdecak lalu melangkah pergi meninggalkan Jaewook yang mematung.
"Ya! Jibsa kau ini kenapa jadi kasar begini? Hei tunggu aku." dengan langkah yang linglung Jaewook mencoba mengejar Jibsa, dan akhirnya keduanya pun sudah sampai di gerbang sekolah yang tiga puluh detik lagi akan tutup.
"Syukurlah kita tidak telat." hanya ada suara helaan nafas lwga dari Jaewook lalu dengan tiba-tiba Jaewook menggandeng tangan Jibsa dengan tak tahu malu.
Jibsa yang risih sekaligus terkejut itu pun menepis dengan kasarnya tangan Jaewook.
"Ini sekolah Jaewook, tolong kontrol dirimu." kesal Jibsa.
"Lagi pula kita tidak berpacaran."
Bagai sebuah cambuk yang mengenai punggung sapi, itulah sakit yang Jaewook rasakan. Dia hanya mampu tersenyum kecut saat Jibsa mengucapkan hal yang membuat hatinya terluka itu.
Jibsa berjalan di depan sedangkan Jaewook mengekorinya dibelakang dan saat mereka sampai di pintu kelas tiba-tiba...
Byurr
Jibsa kaget luar biasa dan membulatkan matanya, mulutnya sudah mengagap tak karuan sedangkan orang di hadapannya tertawa puas.
"Sampah sepertimu itu harus busuk haha." lelaki biadab di depan kelas itu tertawa puas diikuti oleh kekehan kecil dari orang-orang di kelas.
"Jibsa?!" tiba-tiba Jaewook dari belakang langsung menarik Jibsa dan mengeringkan tubuhnya dengan jaket yang dia kenakan.
"Hah pacarnya juga ada toh." lelaki yang berada didepan kelas itu hanya mengangkat tangan dan menguap, seolah sudah mulai bosan.
"Apa salahku padamu Changwook? Kenapa kau terus-terusan menggangguku?" mata Jibsa sedikit memerah tapi karena air kotor dari toiet itu membasahi tubuh Jibsa air matanya tidak terlihat.
"Hmm kenapa ya? Karena aku suka melihat kau menderita, haha lucu sekali hoaam aku jadi mengantuk kan. Baiklah cepat sana kau perbaiki dirimu sebelum ada guru." dengan santainya Changwook melangkah menuju bangkunya dan akhirnya berakhir dengan dengkuran.
"Kau ini benar-benar keterlaluan Chang--" kalimat Jaewook terputus saat dengan cepatnya Jibsa menarik lengannya menuju keluar kelas.
"Kenapa sih Jibsa? Kenapa kau selalu menghindar dan tidak mau membalas?" Jaewook bertanya dengan kesalnya, dia sendiri tidak terima Jibsa di perlakukan kasar begitu.
Senyuman hampar terukir di bibir mungil gadis itu sampai akhirnya mulutnya pun terbuka. "Api jika di tambah api maka tidak akan padam, jadi lebih baik kau dingin seperti air saja." tamparan keras yang membuat Jaewook membatu seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poor And The Rich (JinSoo)
FanficKim Seokjin, lelaki kaya dan memiliki orang tua yang cukup berpengaruh di dunia. Namun hal itu membuat dia sombong dan besar kepala. Apa pun yang dia inginkan harus terpenuhi, ya SEMUANYA. Kim Seokjin sangatlah terkenal di SMA-nya dan sangat disegan...