"Joong!!"
Joong berhenti berlari, lalu berbalik saat mendengar seseorang memanggil namanya
Mata Joong terbelalak seketika.
Dia melihat Mean berlari ke arahnya bermandikan keringat
Joong merasakan firasat buruk
"Nine! Di mana, Nine? Apa kau melihatnya?" panik Mean
Joong sontak mencekik leher Mean dengan satu tangan, matanya menyala nyalang
"Joong!" Pavel tampak panik saat berlari menghampiri Joong
Dome tidak kalah panik dengan Pavel
"Apa maksud, phi?" geram Joong
Mean memukul tangan Joong, tapi tidak berefek apapun. Tangan Joong mengeras bagai batu.
"Joong! Joong, lepaskan phi Mean! Joong!" panik Pavel menggenggam erat lengan Joong
Sementara Dome berusaha melepas jari jemari Joong yang melilit leher Mean
"Joong! Ini bukan salah phi Mean!" teriak Pavel
Joong sontak melepaskan cengkeramannya pada leher Mean
Mean terbatuk, meraup udara sebanyak-banyaknya
"Katakan, di mana phi Nine?" gelap Joong
"Aku juga tidak tahu! Kami berdua ke toilet bersama, tapi saat aku keluar aku tidak melihat Nine di manapun!" teriak Mean
Mean satu-satunya yang tidak takut di depan Joong yang sedang mengamuk.
"Pavel" Joong melirik tajam Pavel
"Aku akan hubungi Plan sekarang. Juga Earth dan Perth" Pavel lalu meraih ponselnya
"Joong, tenangkan dirimu. Kita masih di kampus" bujuk Dome
"Bukankah sudah kukatakan, aku akan melepas semuanya dan lari ke sisi phi Nine" ujar Joong dingin
"Plan sedang melacak ponsel phi Nine. Earth dan Perth sedang dalam perjalanan kemari. Apa kau ingin aku menghubungi yang lain?" ujar Pavel
Joong tampak berpikir, dia sedikit ragu dengan apa yang ada dalam pikirannya sendiri
Pavel menepuk bahu Joong, lalu mengangguk
"Aku tidak bisa melakukannya sendiri jika bajingan itu memang yang melakukannya" Joong menggertakkan giginya
"Uhm. Dia pasti akan membawa bala bantuan. Apa aku perlu menghubungi yang lain? Mereka pasti sudah lama menanti hal seperti ini" ujar Pavel
"Tidak. Aku tidak ingin merusak masa depan lebih banyak orang" Joong menatap Pavel
Joong merasa menyesal membawa Pavel ke dalam masalah pribadinya seperti sekarang
Pavel tersenyum "Kita adalah saudara, man. Luka mu adalah luka ku"
"Apa kalian tahu apa yang terjadi pada Nine?" tanya Dome
"Aku hanya mencurigai satu orang, phi. Sudah terlalu lama dia diam, dan itu mengusikku. Aku tidak mengira dia menyerang ku saat aku lengah" ujar Joong
"Maksudmu?" bingung Dome
"Tul Pakorn. Dia yang membawa Nine pergi" Joong mengepalkan tangannya
Dome mengutuk dalam hati. Tul, dia menggali lubang kuburnya sendiri.
Melihat betapa marahnya Joong, kali ini dia pasti tidak akan berbaik hati seperti sebelumnya.
Jika sebelumnya, Joong hanya menghajar Tul sedikit, tidak banyak. Hanya sedikit, tapi penuh dendam.
