7.Pembawa

4.2K 138 2
                                    

Keesokan harinya Geo terbangun.Pukul 8 dan ia terlambat.Geo beranjak dari tempat tidur.Ia menatap wajahnya di cermin.Wajahnya bakan masih babak belur.Ia meringis.Geo lalu membersihkan diri.

Terdengar ketukan pintu.Geo berjalan dan membuka pintu apartemennya.Pria berbadan besar dengan wanita di lengannya menyapanya.Geo mempersilahkan laki laki itu untuk masuk.

"Siapa ya?"

Pria berbadan besar itu menunjukan foto Angga dan Geo mengangguk dua kali.Mengerti.Ternyata laki laki itu adalah pembawanya.

"Geo."Geo mengulurkan tangannya.

"Maxime."

"Kita berangkat sekarang?"tanya Geo.Maxime mengangguk.

Geo menatap mobil di depannya ini.Sangat sangat keren.Geo langsung masuk.Maxime membawanya ke tempat yang lumayan jauh dari apartemen Geo.Geo terus menyibukan diri dengan memperkenalkan diri.Sepuluh menit berlalu mereka sampai di gedung bekas tak terpakai.Bau cat dan minyak menyengat di hidung dan drum bekas berserakan. Ia terus masuk ke dalam.

Geo bingung mengapa ia dibawa kesini namun Geo tetap mengikuti Maxime.Pintu reyot berwarna merah menyapa mereka berdua.Maxime berdeham.

"Rusa jantan!"ucapnya lantang dan pintu reyot itu terbuka.Geo membulatkan matanya.Beberapa orang menyambutnya.

Maxime masuk lebih dahulu.

Samar samar Ia mendengar suara dentuman. Lebih ke dalam lagi suara itu semakin besar. Hingga terdapat sebuah pintu bertuliskan hard first. Maxime membuka pintu itu dengan kode rusa jantan dan pintu itu terbuka.Geo menatap sekeliling dan takjub.

Apakah Ia salah tempat?

Seseorang menepuk pundak Geo dari belakang. Itu Angga. Ia tersenyum.

"Max thanks!"Angga bertos high five dengan Maxime lalu Maxime pergi."Ikut Gue," Angga berjalan lebih dulu. Geo mengekor. Geo masih bingung dan penasaran tempat apa ini.Angga mengantar Geo untuk mengelilingi tempat ini.

Di dalam gedung tua terdapat banyak ring. Seperti arena tinju lebih tepanya. Namun mengapa tempatnya sangat tidak elite? Pasalnya banyak juga pria yang berbadan besar dan berotot yang sedang beradu fisik di atas ring.Banyak juga yang beristirahat. Atau sekedar menoton temannya bertanding.

Mereka sampai di salah satu tempat seperti bar yang ada di gedung tua itu. Terdapat banyak sekali tempat duduk dan terisi setengah. Mungkin petinju yang sedang beristirahat dan sedang lapar.

Angga dan Geo duduk di salah satu kursi panjang.Geo masih memperhatikan sekeliling dengan takjub.Siapapun pasti tidak mengira bila gedung yang tak terpakai itu dalamnya ternyata sangat luar biasa.

"Gimana tempat ini bagus nggak?" tanya Angga.

"Gak nyangka. Dari luar udah kaya gedung yang udah gak kepake berapa abad tapi dalemnya.." Geo geleng geleng kepala. Angga terkekeh. Lalu tak lama seorang pria bertato memberikan minuman kepada Geo dan Angga.

"Minum dulu."

"Oh iya."Angga berbisik."disini juga ada vodka dan wiski loh."Angga terkikik.

"Beneran?"Angga tersenyum.Geo mengangguk lalu meminum minuman yang ada di depannya.

"Ini tempat gue yang bikin."

Geo menyembur minumannya.

"Hah?!"

Angga tertawa. Ia melanjutkan kalimatnya. "Gue udah bangun tempat ini 1 tahun yang lalu."

"Kenapa lo bikin arena tinju disini bang? Serius gue gak nyangka ada tempat tinju yang gede banget disini."

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang